Mohon tunggu...
Hb. Sapto Nugroho
Hb. Sapto Nugroho Mohon Tunggu... Administrasi - Hidup ini adalah Pikink ( Selalu senang dan bersyukur ), sementara tinggal di Tokyo

senang berbagi cerita

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Indonesia, Jamaica, Jepang

15 Agustus 2012   09:07 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:44 834
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1345021584765463905

Indonesia, Jamaica, Jepang : Tiga negara yang bukan saja dekat urutan abjadnya, akan tetapi tiga negara itu sangat berkaitan dalam diri saya. Tidak lain dan tidak bukan karena moment Olimpiade musim panas yang barusan selesai di London,  hari Senin 13 Agustus 2012 yang lalu. Murah tapi butuh pembinaan terus menerus Kebetulan saya tinggal sementara di Jepang, oleh orang Jepang ditanya kenapa penduduk Indonesia yang begitu banyak kok tidak ada yang menonjol dalam bidang olah raga.  Kalau alasannya biaya latihan olah raga sangat mahal, kenapa dari sekian banyak orang Indonesia tidak ada yang lari cepat seperti Bolt dari Jamaica itu.  Pertanyaan itu mungkin juga benar, seandainya dari sekian penduduk di Indonesia diadakan lomba lari 100m dan dicari yang paling cepat, mungkin saja ada yang secepat Bolt juga. Olah raga lari atau marathon tidak membutuhkan peralatan atau lapangan khusus, jadi tidak terlalu memakan biaya.  Yang diperlukan adalah pembinaan dan terus-menerus. Perlu  diadakan pertandingan di dalam negri sehingga akan muncul bibit2 yang bisa dikirim ke pesta Olimpiade.  Event2 yang diadakan kiranya bukan saja event pentas musik atau pertunjukan film, tetapi juga lomba lari setiap tahunnya. Tentu saja hadiah dan fasilitas yang didapat pemenang merupakan suatu jaminan untuk bisa hidup layak.  Mungkin saja juara 1 sampai 5 ada sejumlah perusahaan yang mau memberikan pekerjaan jika yang bersangkutan masih nganggur.  Ini menjadi daya tarik sendiri. Persoalannya,  siapa yang seharusnya mencari bibit orang yang punya prestasi di bidang olah raga. Yang terjadi  bukannya sibuk mencari dan melatih atlit, akan tetapi malah sibuk dengan "anggaran" pembangunan Wisma Atlet.  "Terlalu ....", itulah  kata yang mungkin pantas dilontarkan. Perhatian dan menjadikan tujuan Indonesia mendapat 1 perak dan 1 perunggu. Adakah diberitakan di koran atau di TV bahwa peraih medali mendapat penyambutan waktu tiba di lapangan terbang, serta banyak station TV menyiarkan khusus kesan2 dari 2 orang Indonesia yang meraih medali itu ? Apakah dua orang Indonesia peraih medali itu menjadi terkenal?  Apakah anak2 juga mengenal peraih medali itu ? Kedua peraih medali itu apakah punya pekerjaan tetap?  Kalau tidak punya pekerjaan tetap apakah ada perusahaan yang mau mempekerjakannya? Pertanyaan-pertanyaan yang saya tuliskan itu adalah untuk mengetahui sejauh mana perhatian pemerintah atau masyarakat terhadap atlit olah raga, yang secara nyata ikut mengharumkan nama bangsa dan menjadikan negara Indonesia ini dikenal di seluruh dunia. Karena saya berada di Jepang, maka saya ambil contoh di Jepang saja. Kali ini Jepang meraih sejumlah 38 medali ( 7 Emas, 14 Perak, 17 Perunggu ).  Sejak awal babak penyisihan peserta Olimpiade selalu diberitakan di mas media, sehingga masyarakat luas tahu.  Begitu ditentukan siapa dan mewakili olah raga apa, maka secara resmi diumumkan di seluruh negara lewat TV dan media lain.  Dengan cara ini semua masyarakat tahu siapa orang Jepang yang ikut bertanding. Waktu atlit berangkat ke London, sudah mulai disiarkan saat mereka di lapangan udara. Pada saat pertandingan tentu saja disiarkan. Tidak hanya siaran di London saja, tetap diliput juga kota atau daerah asal atlet. Di siarkan bagaimana pendukung bersama-sama melihat siarang TV ( nobar : nonton bareng ). Adakah di Indonesia nobar terhadap pemain yang bertanding di Olimpiade ? Apakah presiden atau mentri olah raga menonton juga wakil Indonesia yang sedang bertanding ?  Kenapa Presiden hanya nobar pertandingan sepak bola, dan bukan dari negaranya ? Waktu atlet pulang kembali ke Jepang,  para pendukungpun ikut menyambut di lapangan terbang.  Hampir semua station TV membuat acara khusus wawancara terhadap peraih medali.  Tidak hanya peraih medali, tetapi juga keluarganya ikut diwawancara dan disiarkan di TV.  Semua itu menjadikan bahwa bermain atau bertanding di Olimpiade itu suatu kebanggaan besar dan suatu nilai yang tinggi. Hampir semua anak2 Jepang yang senang olah raga tentu punya mimpi ingin bisa bertanding di Olimpiade. Adakah anak2 Indonesia yang senang olah raga juga punya mimpi yang sama ? Siaran-siaran yang ada di TV atau media cetak lain kiranya perlu membuat suasana agar anak-anak juga menyadari bahwa bidang olah raga merupakan tujuan hidup yang menarik dan sangat membanggakan, karena bisa ke dunia International. Semoga yang berwenang dan bertugas dalam bidang olahraga dimanapun di Indonesia lekas menyadarinya, juga para pelaku bisnis mau memberikan sebagian keuntungannya untuk memajukan bidang olah raga. Gambar dari : AFP-JIJI [caption id="attachment_206891" align="aligncenter" width="540" caption="Catch you later: Usain Bolt runs ahead of Ryan Bailey during the men's 4x100-meter relay final on Saturday.AFP-JIJI "][/caption] Semoga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun