Untuk ukuran orang jawa mungkin warna kulitku putih. Waktu SD pun sering temanku minta lenganku dijejerkan dengan lengannya, memang tampak kulitku lebih putih. Sekolah SD ku di kampung jadi tidak ada orang china, makanya jika kulitku putih mungkin cukup menyolok. Sewaktu SMP, baru aku mengenal yang disebut orang china. Memang mereka kulitnya putih sekali. Sebagian besar temanku yang cina rambutnya lurus, jarang yang ikal, apalagi rambut brintik sama sekali belum pernah lihat. Kebetulan sekolah SMP ku sepertinya banyak orang cina. Dari namanya saja tidak bisa tahu cina atau bukan. Tetapi ada beberapa teman yang masih memakai nama cina asli, yang ini pasti tahu. Semasa sekolah kami sama sekali tidak mempermasalahkan cina atau bukan, saya sendiri sering main ke rumah teman cina. Bahkan pernah diajak berkelahi ama teman cina, nggak tahu dan lupa kenapa dia ngajak gelut ( berkelahi ). Waktu itu saya mencari kost-kostan atau tempat tinggal, saya berhenti di sebuah warung dan tanya apakah di sekitar warung ada tempat kost2an. Kebetulan di warung itu ada wanita yang mendengar, lalu saya ditawari dan diajak ke rumah yang memang dekat dari warung itu dengan ramah. Akhirnya saya setuju dan mau sewa di salah satu kamarnya. Hari2 pertama tidak ketemu dengan semua penghuninya. Baru setelah dua minggu ada kesempatan ketemu. Semua penghuni kost2an itu orang cina. Saya sendiri tak masalah karena juga jarang di rumah kost, apalagi saya sendiri banyak teman cina. Saya sempat berpikir, jangan2 wanita yang ajak saya itu "salah sangka", dikiranya saya orang cina kali. Sering saya dengar juga bahasa cina diantara mereka, saya sama sekali tidak ngerti. Beberapa orang yang main ke rumah dan sempat saya lihat juga hampir semua orang cina. Pernah saya ajak dua teman saya main ke rumah. Sewaktu teman saya ketemu di lain tempat, dengan heran teman saya tanya : "kamu kok aneh, tinggal ama orang cina semua?". Saya hanya tersenyum, nggak bisa menjawab. Tapi minimal bagi teman saya merupakan suatu hal baru bahwa orang cina juga mau tinggal bareng dengan orang jawa atau orang suku lain. Saya sendiri juga senang karena mereka bisa menerima saya. Keyakinan bahwa saya diterima diantara orang cina yg tinggal serumah semakin nyata sewaktu mereka melibatkan saya dalam arisan penghuni rumah. Saya baru tahu ternyata arisan bisa dipakai sebagai cara untuk membantu teman yang butuh uang. Jadi yang butuh bisa bilang dan minta dia yang dapat arisan, dengan catatan kalau minta khusus yang lain cuma bayar 90% iuran. Suatu cara pinjam tanpa bunga, tapi dengan cara lain. Yang bayar 90% juga seneng aja ( termasuk saya ) Pernah juga saya mengalami kehilangan sepedamotor, saat motor itu saya taruh di tempat parkir. Meski parkir bayar, tapi motor hilang tetap tidak bisa diganti tukang parkir. Lebih sial lagi, motor itu bukan motor saya, pusing 100 keliling karena harus ganti uang. Selain teman cina, kebetulan saya juga kenal banyak keluarga cina. Ada tiga keluarga cina yang membantu saya dengan memberi uang untuk mengganti motor itu. Itu hanya salah dua cerita yang saya alami, masih banyak cerita lain misalnya saat berkunjung ke rumah cewek pernah ditanya juga :"kamu cina ya?". Saya hanya mau bilang bahwa saya merasa senang bisa diterima di kalangan orang cina. Tentu orang cina juga senang kalau diterima di antara bangsa atau suku lain.  Selamat Imlek, dan selamat saling menerima satu sama lain tidak terbatas dalam ucapan tapi juga dalam hidup sehari-hari. [caption id="attachment_165690" align="aligncenter" width="650" caption="Salah satu sudut ChinaTown, Yokohama, Jepang ( foto : sapto nugroho )"][/caption] Gambar di atas  ini adalah salah satu pintu gerbang ChinaTown , Yokohama, Jepang.  Teman saya pernah bilang : "Di sini hampir tidak bisa dibedakan orang jepang, orang korea dan orang cina".  Oleh karena itu tidak usah dibedakan maka semua akan enak dan gampang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H