Bulan Agustus, tanggal 6, meski masih pagi udara sudah terasa panas. Pagi ini jam 8 lebih 15 menit, lonceng berdentang dan semua tunduk mengheningkan cipta untuk berdoa bersama selama satu menit. Doa bersama / mengheningkan cipta itu awal dari acara peringatan jatuhnya bom atom di kota Hiroshima 66 tahun yang lalu, waktu itu bom jatuh jam 8:15 di pagi hari. "Tanggal 5 agustus, hari minggu waktu itu hari terakhir main di taman dekat sungai itu. Terdengar teriakan minta tolong, tapi waktu itu tidak bisa menolong waktu itu semua jadi gelap", itu sebagian yang disampaikan oleh walikota Hiroshima dalam kata sambutannya. Berdasarkan pengalaman di Hiroshima dan juga akibat meledaknya PLTN di Fukushima, walikota Hiroshima juga menyampaikan ke pemerintah Jepang untuk meninjau kembali penggunaan nuklir karena penduduk Hiroshima waktu itu juga kena radiasi akibat ledakan bom. Dalam upacara yang rutin diadakan setiap tahun tanggal 6 Agustus itu , selalu dihadiri oleh Perdana Mentri Jepang. Selain itu hadir juga perwakilan dari kedutaan besar dari semua negara, termasuk duta besar Indonesia untuk Jepang yaitu bapak Muhammad Lufti juga hadir ( tampak dalam foto yang saya sertakan ). Tahun lalu sebagai tamu kehormatan datang Ketua PBB. [caption id="attachment_127272" align="aligncenter" width="600" caption="Suasana Peringatan Jatuhnya Bom di Hiroshima ( di taman perdamaian kota Hiroshima ). Di bagian belakang tampak satu bangunan rusak tinggal rangka yagn disisakan sebagai pengingat"][/caption] Dua anak sekolah dasar, putra dan putri, maju ke depan dan menyampaikan kesannya. Tentu mereka tidak mengalami peristiwa bom Hiroshima, tapi yang mereka tahu adalah hari ini udara sangat panas dan mereka membayangkan : tentunya tambah panas waktu itu ? betapa susahnya waktu itu? betapa sedihnya waktu itu? Satu anak lagi mengatakan dengan melihat sendiri apa yang terjadi bencana tanggal 11 Maret di Jepang utara, anak ini mengajak bersama untuk mewujudkan perdamian dunia. Perdana Mentri, Kan Nauto, dalam akhir sambutannya memang sekali lagi mengatakan apa yang pernah dikatakan sebelumnya : "Sedapat mungkin membangun sistem masyarakat yang tidak menggunakan Tenaga Nuklir". Namun demikian ini baru ucapan awal dari PM, dalam realisasinya memang belum ada langkah nyata. Akan tetapi ucapan PM ini membuat beberapa perushaan industri pembangkit tenaga listrik nuklir jadi "agak tidak bebas" bergerak. Pada akhir bulan juli yang lalu, sebetulnya Turki meminta salah satu perusahaan Jepang untuk ikut serta dalam tender membangun PLTN di Turki, dengan harapan Turki akan memilih Jepang sebagai pembangun. Dengan situasi di Fukushima dan ucapan PM ini, maka perusahaan jepang tidak ikut serta dalam pembangunan PLTN di Turki. [caption id="attachment_127274" align="alignleft" width="300" caption="Perwakilan negara asing yang hadir, termasuk dubes Indonesia untuk Jepang "][/caption] [caption id="attachment_127275" align="alignright" width="300" caption="PM Jepang , Kan Nauto"][/caption] [caption id="attachment_127276" align="alignleft" width="300" caption="Walikota Hiroshima"][/caption] [caption id="attachment_127278" align="alignright" width="300" caption="Dua anak SD menyampaikan kesan dan pesannya "][/caption] Masalah bom nuklir dan PLTN bagi jepang memang sangat berkaitan dan bukan masalah sederhana. Sejak Jepang kalah perang ( setelah bom Hiroshima dan Nagasaki ), maka Jepang tidak boleh mempunyai pasukan atau tentara. Yang ada adalah pasukan bela diri. Orang jepang juga tahu dan sadar soal pasukan bela diri ini ( bahkan ada orang jepang ada juga yang tidak setuju ada pasukan ini, ada yang berpendapat tidak ada gunanaya dan menghabiskan biaya ). Dalam pro dan kontra, pasukan bela diri ini masih ada dan mungkin dipandang diperlukan. Jepang berada di dekat Korea Utara dan China, dimana kedua negara ini juga mengembangkan bom nuklir. Takut akan situasi di sekitarnya ini, maka jepang tidak hanya mempunyai pasukan beladiri tapi juga berusaha menguasai teknologi nuklir. Aturan kalah perang tidak boleh Jepang membuat bom nuklir, akan tetapi dengan membuat PLTN dengan tujuan untuk kesejahteraan dan kehidupan rakyat, maka PLTN merupakan pintu masuk jepang menguasai teknologi nuklir ( catatan : banyak mahasiswa Indonesia yang belajar teknologi nuklir di Jepang ). Secara tidak langsung Jepang sebetulnya sudah bisa dan tahu pembuatan bom niklir. Jepang yang tidak punya sumber alam yang bisa dijual ke luar negri, maka dengan dibangunnya banyak PLTN di Jepang ( sekarang ini ada 54 pusat PLTN di Jepang ), menjadikan Jepang sebagai salah satu negara industri pembuat PLTN ( disamping Amerika, Prancis, Jerman dll ). Oleh karena itu arah menuju tanpa PLTN rupanya masih lama dan belum jelas. Orang Indonesia tentu mengenal Jepang melalui pelajaran sejarah sebagai negara penjajah. Sebagai orang Indonesia yang lama tinggal di Jepang, memang belum pernah saya mendengar atau bicara langsung dengan orang Jepang tentang penjajahan Jepang di Indonesia. Dua anak saya yang sekolah di sekolah jepang juga tidak diajarkan dalam sejarahnya. Anak saya mengatakan bahwa ada perang maka bom dijatuhkan di Hiroshima, soal perangnya dimana dan detailnya dimana tidak diajarkan. Jadi memang sejarah penjajahan atau pendudukan tentara jepang jaman dulu tidak diajarkan ke anak2 sekolah. Ini juga sempat di protes oleh Korea Selatan ( yang dulu juga dijajah Jepang ). Namun demikian kita memang tidak bisa memaksakan soal pendidikan sejarah ini, tiap negara punya kebijakan sendiri, dan "tidak diajarkan" bukan berarti "tidak mengakui". Jadi "nada" dan nuansa peringatan 6 Agustus di Hiroshima adalah "menyuarakan perdamaian dunia". Tahun 1992 saya pernah bertemu dengan orang jepang yang pernah jadi tentara dan dulu ditempatkan di Kediri. Meski tidak bicara soal penjajahan, bapak yang saya kenal ini ( Isozaki san ) sangat baik dan banyak membantu orang Indonesia yang tinggal di daerah Osaka/Kobe dan sekitarnya. Mungkin tindakan ini sebagai ungkapan sesal dan sekaligus balas budi akan dia ( yang mungkin sedikit bisa mewakili orang jepang ). Mungkin banyak sekali orang Indonesia yang dibantu dia. Saya juga merasakan kebaikan dia, bahkan waktu saya pindah tugas dari Osaka ke Tokyo waktu itu ( tahun 1994 ), Isozaki ikut mengantar sampai station. Semoga Hiroshima menjadikan kita selalu ingat dan berusaha menciptakan perdamaian dunia, semoga Fukushima menjadikan kita semakin sadar akan keterbatasan manusia dan berusaha untuk bisa membuat karya yang tidak menghancurkan manusia sendiri. Salam. hb.sapto nugroho Sumber gambar : Siaran Langsung TV Jepang ( NHK ), hari ini 6 Agustus 2011
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H