Mohon tunggu...
Hb. Sapto Nugroho
Hb. Sapto Nugroho Mohon Tunggu... Administrasi - Hidup ini adalah Pikink ( Selalu senang dan bersyukur ), sementara tinggal di Tokyo

senang berbagi cerita

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Kembali": Sebuah Cerita Gembira yang bisa Dibagi

9 Mei 2011   06:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:55 657
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Luasnya daerah yang dilanda kerusakan karena tsunami dan juga besarnya tsunami yang terjadi pada tanggal 11 Maret 2011, menyebabkan lamanya pemulihan kembali pemukiman yang ada.  Setelah 42 hari dari kejadian itu, beberapa teman relawan Indonesia ( group orang2 Indonesia yang tinggal di jepang : dari Tsukuba, Mito, Tokyo, Yokohama, Hamamatsu, Shizuoka ) sempat pergi ke suatu tempat yang bernama Minami-SanrikuCho, profinsi Miyagi di Jepang bagian utara.  Di daerah yang berbatasan dengan laut memang semua bangunan hilang ( masih ada tersisa kerangaka bangunan).  Group relawan indonesia yang saya ikuti, memutuskan untuk membantu di daerah Minami-SanrikuCho karena melihat kemungkinan bahwa di daerah ini jauh dari Tokyo atau kota2 besar  lainnya, sehingga sangat sedikit bantuan yang disalurkan ke daerah ini oleh group2 relawan yang lain. Pusat penampungan pengungsi yang dipusatkan di bangunan sekolah (SD,SMP,SMA) banyak dikunjungi oleh group relawan dan juga bantuan dari pemerintah pusat. Ada suatu tempat yang bernama Okubo,  di daerah ini tidak semua rumah rusak akan tetapi sampai 42 hari setelah gempa fasilitas air untuk makan dan minum masih belum ada.  Kehidupan perekonomian yaitu jual beli makanan dan minumum belum berjalan, jadi praktis daerah ini juga masih mengalami kesulitan dalam penyediaan makanan dan minuman.  Berbeda dengan fasilitas sekolah yang menjadikan salah satu ruangannya untuk menyimpan bahan2 makanan/minuman, maka daerah diluar sekolah ini atas inisiatif dari beberapa warga mendirikan suatu pusat penerimaan bantuan sendiri.  Digunakan rumah yang lama tidak dipakai sebagai tempat untuk para relawan menyiapkan makanan atau membagikan bahan2 makanan dan minuman. Mereka membuat suatu gudang sendiri untuk menyimpan bahan bantuan yang diterima seperti beras  dan sayur2an.  Fasilitas air bersih untuk minum dsb disediakan oleh pasukan bela diri jepang yang dikirim ke daerah itu.  Warga di daerah Okubo ini juga terdaftar di dafta pengungsi di sekolah SMP, akan tetapi mereka tidur di rumah sendiri. Ada satu hal yang sangat berkesan di saat kami menyediakan dan membagikan makanan di daerah itu. Waktu itu kami menyediakan jenis makanan jepang yang disebut "Oden",  yaitu jenis makanan rebus berkuah yang dalamnya ada telor, tahu, daikon (seperti jipang/waluh), konyaku, sejenis rumput laut ( wakame ).  Waktu itu kami tidak membawa mangkok untuk mereka, jadi mereka membawa rantang atau tempat sayur dari rumah sendiri dan membawanya ke rumah mereka.  Ada seorang ibu yang sudah tua ( mungkin sekitar 60 tahun usianya ), sambil berucap terimakasih ibu itu bercerita :  " Saya hari ini sangat senang karena saya sudah kembali ke rumah sendiri. Sebelumnya saya menumpang di rumah orang lain selama 42 hari.  Beberapa hari yang lalu ada orang membantu membersihkan rumah kami, sehingga meski semua masih berantakan akan tetapi sudah bisa di huni. " Waktu ibu tua itu meninggalkan tempat pengambilan makanan,  kami sempat melihat ibu itu turun ke rumah yang tidak jauh dari tempat kami menyediakan makanan. Rupanya ibu itu tinggal di rumah yang selalu kami lihat saat melewati daerah itu.  Dari cara ibu itu bercerita tentang rumahnya yang rusak dan sekarang bisa ditempati lagi, tampak bahwa sudah ada "kegembiraan" kecil yaitu bisa "kembali" ke rumahnya.  Kalau kami membagikan sedikit makanan, ibu tua itu telah "berani" dan dengan "tegar" membagikan cerita gembira ditengah2  cerita2 lain yang cukup berat dalam hidupnya bersama-sama dengan penduduk di sekitar itu.  Semoga sedikit demi sedikit keadaan menjadi baik. Trimakasih kepada ibu tua yang telah menunjukan "ketegaran" dan "senyum gembira" dalam ceritanya.  Di daerah itu juga ada beberapa anak2 seusia anak SD dan SMP, mereka juga datang waktu diantara kami ada yang mebawakan beberapa mainan, kaos, dan beberapa barang lain yang disukai anak2.  Dengan mau datangnya anak2 merupakan suatu kegembiraan juga, karena mereka tidak menutup diri dalam kesedihan akan tetapi tetap mau berkomunikasi dan bermain seperti semula ( sempat kami lihat 3 anak2 main lempar2an bola ) Salam dan tetap saling mendoakan Berikut ini beberapa gambar yang berkaitan dengan cerita di atas. [caption id="attachment_108066" align="alignnone" width="500" caption="Ini rumah ibu tua itu yang hancur / rusak karena tsunami sampai ditempat ini. Posisi rumah agak dibawah jalan."][/caption] [caption id="attachment_108067" align="alignnone" width="550" caption="Tampak salah satu orang sedang membantu merapikan rumah dari ibu tua itu."][/caption] [caption id="attachment_108068" align="aligncenter" width="560" caption="Gudang darurat tempat menyimpan bantuan dan air bersih yang dibantu oleh pasukan beladiri jepang"][/caption] [caption id="attachment_108073" align="alignnone" width="430" caption="Tempat menyiapkan makanan dan makanan "][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun