Mohon tunggu...
Sapta Juliant
Sapta Juliant Mohon Tunggu... Lainnya - A human without label

Hanya seorang manusia yang tercipta dari debu bintang, dan menjadi bagian dari masyarakat alam semesta.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Anda Anti-LGBT? Pikir Kembali Sebelum Memakai Komputer

6 Februari 2021   10:31 Diperbarui: 6 Februari 2021   10:35 1748
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Instagram @saptajuliant

Pada saat itu Britania Raya termasuk negara yang keras dalam menghukum kaum LGBT, mereka akan dijatuhi hukuman penjara apabila tertuduh sebagai penyuka sesama jenis. Hal ini sudah berlaku semenjak tahun 1533 M, yang mana undang-undang ini disahkan oleh Parlemen Inggris yang dipelopori oleh Henry VIII.

Meskipun pada tahun 1861 hukuman mati bagi kaum LGBT di Britania Raya dihapuskan, namun sayangnya undang-undang tersebut tidak pernah di-revisi. Jadi kaum LGBT akan dikenakan hukuman penjara, termasuk Alan Turing yang diberikan pertimbangan ingin dipenjara atau disuntik hormon (kebiri).

Alan Turing memilih untuk disuntik hormon demi menghilangkan perilaku seksualnya yang 'dianggap' menyimpang itu.

Pada 7 Juni 1954, Alan Turing seorang yang jenius sekaligus pahlawan perang yang telah menyelamatkan jutaan nyawa itu memilih untuk mengakhiri hidupnya secara tragis dengan memakan Apel yang telah dicampur Sianida, karena tidak tahan merasakan penderitaan sebagai orang yang dikebiri, harus minum obat setiap hari,  dan menjalani kehidupan yang bukan dirinya sendiri hanya karena negaranya memandang orang sepertinya adalah orang yang sakit, dan harus disingkirkan.

Saya menulis ini dengan rasa sedih sekaligus marah, namun mau bagaimana lagi? Pada masa lalu pengetahuan masyarakat kita akan moral dan manusia belum seperti saat ini yang lebih maju dalam menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan tanpa memandang siapapun dia.

Mereka kaum LGBT bukanlah penyakit, sindrom semacam ini juga ada pada makhluk hidup lainnya. Jika seandainya dari lahir mereka dapat memilih, mereka juga mungkin ingin sama seperti mereka yang normal agar dapat diterima oleh masyarakat. Namun bukan itu masalahnya, masalah yang sebenarnya adalah terletak pada diri kita. Apakah kita termasuk kaum yang dapat menerima perbedaan atau justru lebih gemar mengeluarkan sifat kebinatangan kita dengan menginjak mereka yang berbeda, menghakimi, memukul, dan mencaci?Mereka sama seperti kita, sama-sama manusia yang butuh dihargai dan diperlakukan dengan kasih sayang.

Bukankah jika kita yang selalu berteriak tentang kemanusiaan berarti kita juga wajib melindungi hak-hak kaum LGBT yang di mana mereka juga manusia? Jika kita berteriak tentang nilai-nilai kemanusiaan namun mengecualikan mereka yang LGBT, maka bagi saya, kemanusiaan kita adalah palsu.

Semoga kita dapat belajar dari tragedi yang dialami oleh Alan Turing. Dia pahlawan sekaligus korban stigma negatif pada masanya. Saya hanya membayangkan, andai saja hukum negaranya adil pada saat itu, pada dirinya ataupun mereka yang LGBT, mungkin dia akan hidup lebih lama dan melakukan banyak manfaat dan juga terobosan di bidang teknologi yang pada akhirnya memberikan kesejahteraan bagi seluruh umat manusia di dunia.

Alan Turing Memorial di Manchester, Inggris.Sumber Gambar: atlasobscura.com
Alan Turing Memorial di Manchester, Inggris.Sumber Gambar: atlasobscura.com

Selamat jalan Alan Mathison Turing.

(23 Juni 1912 - 7 Juni 1954)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun