Mohon tunggu...
Sapta Arif
Sapta Arif Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Menyukai pepuisi, cerita-cerita, kopi, dan diskusi hingga pagi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Warisan Kesedihan

1 Maret 2018   11:10 Diperbarui: 1 Maret 2018   11:23 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sapta Arif

Ia mencium bau kematiannya di senja itu,

Di langit, bintang utara berkumpul,

Menghibur tangis seorang gadis di belantara.

Tubuh-tubuh yang dipisahkan itu,

Menangis tanpa air mata,

Suara-suara yang sengaja dibisukan,

Perlahan-lahan menyusun tubuhnya di pagi buta.

Kemudian berkumpul di depan kantor berita.

Hari ini selasa,

Di sela-sela kesibukan manusia,

Redaktur cemas,

Kedua tangannya melarikan diri,

Tangan-tangan itu bersembunyi,

Lantaran di pagi setelah suara-suara itu datang,

Dua algojo meja hijau telah menunggunya di pintu belakang.

Surakarta, 15 Januari 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun