Mohon tunggu...
Abu Atthaila Al Jawi
Abu Atthaila Al Jawi Mohon Tunggu... Administrasi - sebuah kisah perjuangan yang perlu diceritakan, meskipun pada akhirnya ini hanyalah kisah antara aku dengan Gusti Allah

Still No One...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aku, Hatiku, dan Pekerjaanku

17 Februari 2015   16:51 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:02 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Senin, 28 Februari 2011.

Aku benci datangnya pagi. Bagiku malam adalah kebebasan, bebas dari tekanan apa saja dan aku bisa melakukan apa yang aku inginkan. Sepi, sunyi. Sampai aku bisa mendengarkan suara-suara malam. Suara tikus yang berlarian di atas plafon, atau suara entah siapa yang membuatnya.

Senin, ya senin sebagian orang membencinya. Memulai kerja setelah break weekend. Begitu juga aku. Untuk saat ini aku tidak hanya membenci hari senin tetapi juga membenci setiap hari kerja. Tahu kenapa? Karena pikiranku sudah jenuh dan aku ingin cari suasana  baru. Pindah ke bagian lain. bagi ku di sini adalah ketakutan. Ketakutan bagi mereka yang cukup bernurani dan mereka yang selalu merasa cukup. Bukan mereka yang selalu kurang dan serakah. Dan sekarang aku memilih untuk CUKUP..

Tapi apa daya, tidak semudah yang aku inginkan.

Semua masih sibuk mengurus dirinya sendiri. Memikirkan nasib sendiri yg entah akan kemana...

Suasana birokrasi terguncang. Dengan adanya pemimpin baru, semua berlomba-lomba untuk mencari kesempatan naik, meroket, berkinerja,paling baik-paling sukses. Walau aku yakin akan tetap SAMA SAJA.... tidak akan banyak berubah. Tampilan kita berubah, tapi tidak dengan jiwa kita, hati kita.

Aku sudah mulai jenuh dengan kondisi yg ada. Need a new condition, new atmosphere...but it still need more than a month,or more...

Makanya aku sangat benci datangnya pagi, siang, dan sore. Aku ingin selalu malam. Tengah malam dan jarum jam akan berhenti di sana.

Andai saja istriku di sini, anakku disini. Akan ada tempat yang nyaman untuk  berlindung. Di bawah  badannya... aku terlalu lemah untuk menghadapi ini sendiri...terlalu tidak berdaya...

Memang aku sadari ini tempat yang “lembab”, bergelimangan rejeki. Tapi bagiku, sekarang, aku butuh sekedar ketenangan batin, bertemu dengan keluarga, dan menjadi diriku sendiri. Di sini terlalu hiruk pikuk, syarat kepentingan yang tidak berhatinurani, semua kepentingan sendiri. Semua tentang aku, ego. Kekuasaan.

Tidak semua yang anda lihat itu indah. Rumput tetangga selalu kelihatan lebih hijau.. hanya menipu mata. Dan dunia ini selalu menipu mata kita...

Aku lelah, jenuh tidak menjadi diri sendiri.

Masalah rejeki ada yang mengatur dan tidak baik selalu melakukan hal baik, kalau tidak seimbang. Sholat berlebihan juga tidak baik. Puasa terus menerus juga tidak baik. Ada hak istri yang harus ditunaikan. Ada hak tetangga untuk bersilaturrahmi, ada hak badan untuk istirahat...

Allah Maha Tahu, aku hanya menjalankan titah-Nya. Bagi ku cukup Dia penolong ku...

Selasa, 1 Maret 2011.

CUKUP MENENANGKAN

Aku “menolak’ untuk harus ikut menjemput ke Jogja. Bagiku lebih tenang di kantor.

Mungkin akan ada rejeki yang melayang 125 ribu. Tapi aku sudah memantapkan hatiku untuk berkata cukup. Tak apalah. Rejeki datangnya dari Allah,  tak boleh terlalu serakah dan aku harus memberikan kesempatan kepada yang lebih muda, tentunya. Ingat, permasalahan besar dengan kekuasaan sering terjadi karena enggannya memberikan kesempatan kepada yang lebih muda untuk memimpin. Ada waktunya harus bekerja tanpa ampun, dan ada waktunya harus berhenti. Dan aku menyiapkan diri untuk itu. Tak perlu mengingat Pak Harto, tak perlu mengingat juga Ben Ali, Mubarrak dll. Sejarah adalah pelajaran bagi mereka yang berpikir. Marilah kita belajar dan bercermin..

Yup... Melegakan, di kantor aku masih punya banyak waktu sekitar 4 jam untuk menyiapkan dan membereskan kantor sebelum Bos datang rapat jam 11. Aku mulai dengan menyingkirkan data-data lama. Entah akan terpakai lagi atau tidak, tapi biasanya akan banyak tidak terpakai.. Cukup menyita banyak energi dan keringat tapi sangat memuaskan. Lumayan bersih, lega dan tentunya siap untuk di tata dengan hal - hal baru. Kita selalu merindukan dan merasa asyik dengan hal-hal baru.

Satu juta sembilan puluh ribu sekian. Gaji bulan ini. Lebih banyak dari gaji dua bulan sebelumnya. Enam ratus untuk orangtua dan ada lima ratus untuk aku bertiga dengan Atthaila. Insyaallah cukup. Cukup. Apalagi bulan ini ada beberapa perjalanan dinas. Ya cukup .

Siang menjelang, rencana Menhut dan Meneg BUMN akan berkunjung ke Pacitan, namun apa daya. Sampai kapan pun manusia takkan bisa mengalahkan Tuhan. Allah mengirim hujannya dan memaksa helikopter menteri tak bisa bergerak. Kedatangan mereka diganti dengan ucapaan minta maaf dan janji akan datang lewat telpon kepada bupati.

Manusia hanya merencanakan, Allah yang menggenggam takdir kita...

Time to back home. Aku harus mengantar ke rumah. Huffff. Mencoba membiasakan dan mengakrabkan. No problem.. cukup melegakan juga.

Tidak ada telepon panggilan malam-malam yang berdering, memeras keringat di lapangan futsal dan kemenangan. Malamku tak terganggu. N aku bisa tidur dengan tenang. Bismika allahuma ahya wa bismika amut dan aku pun menghilang di depan TV....

Rabu, 2 Maret 2011.

Harus bangun pagi-pagi memang seharusnya, setelah terbiasa menunda sholat subuh. Harus ada perubahan. Lebih baik tentunya. Percuma membaca buku Re Change Your DNA atau buku motivasi apapun kalau tidak diamalkan. Aku kembali teringat dengan salah satu guruku yang berkata ( aku lupa siapa) Islam adala ILMU dan PENGAMALAN. Pertama kita harus berilmu dan percuma kalau punya ilmu  tapi tidak diamalkan. Tak ada guna telinga yang tak mendengar, harta yang tak bermanfaat, mobil yang tak dipakai, atau apapun yang kita miliki tapi tidak digunakan, seperti tidak punya kan...

6.30 jemput di rumah dinas. Besok tidak lagi, karena malam ini akan pindahan. Semoga tak selalu seperti ini, tak selalu minta ditunggu, sehingga aku menjadi aku yang memiliki waktu sendiri, hidup sendiri dan menjadi diri sendiri. Suatu alasan yang mebuatku merasa aku harus “bergerak” dari tempat ini.

Ada banyak to do list dalam catatanku hari ini. Dan harus aku selesaikan satu persatu. Seberapa banyaknya pasti bisa diselesaikan asal ada kemauan, ada kesabaran. Cukup satu-satu dan mulailah mengerjakan...

TIDAK TAHU MEDAN n INDIKATOR

Aku berjalan seperti itu, entah kemana apa harus bagaimana. Terlalu aku berpikir itu. Terlalu aku bermain hati. Terlalu bermain dengan perasaan. Terlalu memikirkan hasil yang sempurna dan terlalu mencoba mengerti hati seseorang. Tak gampang, butuh waktu dan perlu pengamatan dan kesadaran. Aku tak tahu apa yang menurutnya baik, menurutnya bisa diterima dan menurutnya bisa berprestasi...

Terlalu berperasaan seolah tidak bermental dan salah.

Itu yang aku alami selama ini.

Layaknya sebuah individu hidup, hanya yang mengikuti perubahan yang akan tetap bertahan.  Aku berpikir untuk bisa berubah untuk bisa bertahan, dengan sedikit usaha dan memaksakan diri tentunya.. atau aku akan melebur dengan sepi dan terpinggir.... aku ingat Soe Hok Gie. Ketika dia lebih memilih untuk diasingkan dari pada harus melawan pada  yang tidak pas dengan kata hati nuraninya.

Apakah kita harus mendengarkan hati nurani dan mengikutinya, atau ikut dengan arus dimana hati nurani sudah lama disimpan dalam freezer dan tidak di pakai. Rasanya aku akan memilih menjadi Soe......

Kamis, 3 Maret 2011.

MASIH TERNGIANG...

Apakah harus menjadi Soe atau ikut roda agar tidak tergilas..

Dua hal yang akan sulit untuk di pilih. Ketika harus menjadi Soe dengan idealismenya, dengan hati nuraninya, dengan kesepiannya, dengan ketidakpunyaannya, kesederhanaanya atau menjadi manusia jaman kini yang entah harus menipu diri, mempertebal mental yang penting bisa bertahan, bisa menjadi besar tak peduli apapun, tetap dapat uang, tetap exist...

Aku melihat diriku sendiri, aku lebih memilih menjadi Soe. Ketika aku melihat engkau dan bocah kecil dalam gendonganmu aku terpaksa kembali berpikir tentang bagaimana pendidikannya, apakah hari ini sudah makan dengan lahap, apakah hari ini bisa tidur dengan nyaman, apakah bajunya cukup pantas......bagaimana kelak nasib dia yang ada dalam gendonganmu.......

Aku masih berpikir.. atau hanya akan pasrah pada nasib. Hidup ini adalah pilihan..

Break....

Mendengarkan pidato Deputi Pengkajian Sumberdaya UMKM I Wayan Dipta:

Cerita tentang suatu kawasan provinsi di Jepang, Prefektur Oyama yang merupakan kawasan paling miskin di Jepang. Tentang bagaimana mengangkat masyarakat dari garis batas kemiskinan. Daerah yang cocok untuk bercocok tanam seperti apel, plum, sayuran, dll. Akan tetapi yang menjadi primadona adalah Jamur Sitake, species jamur yang memiliki berbagai khasiat kesehatan seperti obat kanker, kolesterol, dll. Yang membuat jamur ini berharga tinggi adalah adanya promosi yang gencar mengenai kasiat jamur ini.

Selanjutnya, ada tiga prinsip pokok One Village One Product. Yaitu (1) produl lokal berkualitas internasional, (2) kreativitas, inovasi, dan kemandirian, (3) Human Resources Development ,

Selanjutnya, juga disampaikan syarat suatu produk bisa dikategorokan dengan produk lokal : (1) .......(suara sound pendopo tidak jelas). (2). Merupakan produk asli, (3) Berasal dari sumber daya alam setempat, (4) memiliki tampilan yang baik dan menarik, (5) memiliki mutu yang tinggi, (6) memiliki pasar yang luas, (7) menjadi penggerak ekonomi masyarakat.

Selesai pidato aku pun masih merenung, malas sekali menajalani siang hari yang mendung berganti panas. Ingin rasanya malam tak pernah berganti siang atau..... harus ganti suasana. Atmosphere baru. Menikmati sore yang indah.  Menjadi diriku sendiri.. aku kangen sendiri. Kangen diriku sendiri. Aku jadi tahu kenapa Soe Hok Gie memilih mendaki gunung.... selain untuk kesehatan dan menambah rasa syukur kepada Tuhan, juga untuk...... menghindari segala kemunafikaan dunia, segala yang melawan hati nurani...

Sungguh beruntung Soe bisa mati muda. Tak terlalu lama merasakan sakit melawan munafiknya dunia......... tenang hidup matimu Soe...

Selasa, tanggal 8 Maret 2011.

Tak ada catatan yang hilang, tak perlu mencari kemana-mana, hanya ada alasan tanggalnya lompat. Aku capek dan terlalu malas. Setelah semalam harus dikantor s.d. jam 2. Mengetik hal yang “kurang” penting. Yah, pidato yang terlalu mendetail. Seolah lupa prinsip yang pernah diajarkan sang dosen, “sebagai orang pemerintahan tak perlu tahu hal-hal teknis, cukup tahu banyak walau sedikit-sedikit.”  Tak apalah, sebagai pembelajaran.

Bahwa asas pemerintahan yang baik adalah asas kepastian hukum. Ya sebagai dasar pijakan kita untuk bertindak... dengan alasan ketika kita sudah tahu bahwa apa yang kita lakukan tidak bertentangan dengan hukum, tidur kita pun  tenang. Ahhh tidak begitu dengan aku. Di tengah kantuk jam 2 malam pun, tidurku masih tersiksa dengan gambaran harus menghapal beberapa produk hukum.. terlalu takut diriku, terlalu takut tidak sempurna, terlalu takut bersalah. Terlalu takut untuk menjadi manusia yang sesuai kodratnya dengan ketidaksempurnaannya....

Kepalaku masih pusing dan masih tidak ada harapan. Harapan akan lahirnya dunia baru, aku terlalu lelah. Kapan semua ini akan berakhir?

Semakin aku tak tahan dengan kondisi di sini...

Ada perasaan bersalah ketika tak mampu malakukan tugas, tak masuk kantor di malam hari. Ahhh aku kembali terlalu berperasaan, terlalu menjadi Soe, terlalu memujanya.

Realistis sedikit kenapa? Janganlah terlalu memikirkan hati nurani. Bekerjalah untuk uang dan abaikan suara hati nurani (kata – kata yang muncul tiba-tiba dari sisi lain hatiku, entah siapa?)

Atau setidaknya perbaiki niatmu, tak perlu makan hati. Mereka yang bertahan adalah mereka yang mengabaikan perasaan, dan berusaha bertahan dari segala tekanan hidup. Satu - satunya alasan untuk bertahan adalah “bertahan HIDUP”....

Walau pun tak mudah, tentunya....

Tak sabar menunggu malam dan berharap malam tak berganti. Sungguh Allah Maha Besar, yang menciptakan pekatnya malam untuk berlindung, menciptakan derasnya hujan untuk bersembunyi.. sungguh nyaman malam yang deras. Aku rindu....

Menunggu malam, membaca Re Change Your DNA-nya Reinald Kasali. Masih berpikir, saya diposisi mana dan seharusnya seperti apa. Still thinking.

Sabtu, 12 maret 2011.

Meloncat lagi.

Mungkin tulisan Soe pada diary-nya tidak hilang. Kemungkina Soe juga mengalami masa-masa banyak waktu terbuang untuk dirinya sendiri. Dan terlalu capek membuka mata atau terlalu menyerah terhadap keadaan. Tapi semoga aku salah. Dan semoga catatan Soe benar-benar hilang, terselip entah kemana. Karena ku yakin Soe bukan pemuda yang gampang menyerah seperti aku tapi pemuda yang berani menatap hidupnya walau perih. Semoga.

Jadwal, bertemu menteri di Jogja. Seperti biasa aku persiapkan segala bahan. Ya udah siap karena sudah dipersiapkan Kepala Dinas PU.

Ada perbedaan di mobil, dulu selalu tegang dan buatku kantuk. Sekarang malah si bos yang terkapar duluan. Tak peduli ada pemborong di sebelahnya. Ya mungkin terlalu capek. Manage time yang kacau, atas nama demi rakyat tak kuasa menolak tamu yang datang. Entah sampai jam berapa. Dan akhirnya butuh waktu pengganti untuk tidur. Ya di mobil... aku jadi santai aja, enjoy my life. Percuma mikir terus perfect. Lelah juga tampil sempurna. Kita selalu memaksa orang selalu sempurna, benar padahal sudah menjadi kodrat manusia untuk berusaha benar, dengan segala salahnya..

Kita sadari itu...

Yup, jam 4. Sampai meeting point tapi pak menteri belum datang. Terpaksa ganti jadwal ketemu dengan yang lain....

Wah, kalau sebelumnya aku pasti dah kena damprat. Karena gak mempersiapkan, gak antisipasi, gak confirm and make sure... tapi ini mengalir aja. No problem. Manusia merencanakan, Tuhan yang punya segalanya...

Menteri datang, dan meeting di mulai. Apa yang menarik? Kapasitas. Ya. Kapasitas. Aku melihat kapasitas untuk lobi memang tak sebagus pendahulunya. Aku melihat rona wajah minder, tegang, mengalah, takut. Ya gaya khas orang jujur lugu yang bertemu dengan orang kota. Gampang sekali pendapat-pendapat yang dipatahkan oleh pak menteri.... untung masih ada Pak Budi, dengan kapasitas sebagai kepala dinas yang berani memaparkan data yang ada, cukup untuk mengimbangi “pukulan-pukulan “ pak Menteri..... password “kampung halaman SBY” pun bukan hanya tak manjur, tapi juga gak berguna, sudah tidak mempan lagi.....

Bandingkan dengan pendahulunya, ketika terancam malah ancam balik, ketika ada yang gebrak meja, memaksa, tak punya malu, dengan nada tinggi,...dialah orangnya, yang membuat menteri ampun-ampun....

Ya semua perlu waktu, hal ini juga aku lihat ketika makan dengan rombongan yang lain. aku belum melihat wibawanya... butuh waktu pak. Semoga bisa pak. Seperti yang sering Anda sampaikan. Semua proses, ayo sama-sama belajar. Proses dan proses terus tanpa aku tahu kapan akan mencapai akhir...

Setiap orang ada kurang lebihnya, tak perlu mebanding-bandingkan. Seperti Anda membandingkan semua mantan-mantan pacar yang telah mengisi ruang hati. Takkan ada yang sama kan. Tapi tetap akan ada penilaian siapa yang no 1 dan seterusnya, siapa yang akan menjadi juara. Juara di hati...

Aku menilai kapasitasnya, sementara ini masih cukup sebagai langkah awal....

Aku teringat apakah masih relevan mendalami segala bentuk aturan-aturan, membicarakan di depan umum. Dan mengetes anak buah apakah cukup tahu tentang aturan-aturan itu. Cara ganjil untuk menakar isi otak seseorang..

Minggu, 13 Maret 2011

Hujan membatalkan (kembali) niatku ke Klaten, untuk menjalin silaturahmi, mencari suasana lain, atau sekedar kabur dari situasi yang pelan-pelan mencoba aku nikmati ....

Selasa 22 Maret 2011.

Pak Samsu, pengasuhku yang idealis, pernah menyampaikan pada salah satu kali kesempatan apel pagi “ jika kamu ingin bahagia seumur hidup, cintailah pekerjaanmu.”

Ketika apel, entah beberapa tahun yang lalu, kalimat itu hampir tidak ada artinya bagiku. Hampir terlupa di kepalaku. Tapi nyangkut juga di hippocampus otak ku. Hari ini aku ingat kembali betapa bermaknanya kalimat ajaib itu. Ya, aku kembali melihat diriku sendiri, tentu ketika bekerja. Sering kali aku memikirkan dan dibuat stress oleh pekerjaanku. Terasa amat menyiksa hidupku. Aku merasa tidak bisa menikmati hidupku, ya salah satunya karena aku belum bahkan tidak cinta pekerjaanku. Bagaiman aku bisa mencintai, kalau mengenal saja belum. Sepertinya aku tidak tahu apa pekerjaanku, mana yang betul, mana yang salah, harus bagaimana baiknya... atau aku terlalu menuntut formalitas, legal, tertulis, dll.

Seperti kita mencintai seseorang, pasti perlu waktu dan proses sebelum rasa cinta itu muncul. Harus ada perasaan tertarik. Perlu kenal, perlu tahu, perlu paham betul sifat dan karakter, baik buruknya.... baru kita bisa jatuh cinta..

Aaaaah aku terlalu memikirkan hakekat... Atau sebenarnya hanya butuh, satu kalimat, “Jalani saja”.. sekarang jaman dimana status lebih penting dari esensi. Anda tak perlu pintar, cakap untuk menduduki posisi tertentu.. jalani saja. Tak apa kalau tak cakap, yang penting sudah memperoleh jabatan itu.... perasaan itu yang belum aku miliki. Belum bisa..

Aku teringat ketika SBY mengumumkan nama-nama menteri KIB 2, salah satu menteri yang akhirnya terpilih, melakukan sujud syukur karena telah dipilih menjadi menteri.. bandingkan dengan apa yang dilakukan Umar Bin Abdul Aziz, ketika terpilih menjadi Kalifah, beliau menangis. Ya menangis. Karena merasa telah menerima beban dan tanggung jawab yang tak mungkin bisa dilakukan dengan baik. Seolah Beliau ingin menyampaikan bahwa ini adalah amanah bukan nikmat yang harus di syukuri ....

Akan tetapi di jaman ini, ketika status mengalahkan esensi...... mereka yang bertahan adalah mereka yang bisa mengikuti tuntutan zaman. Ya tuntutannya sekarang adalah  jangan terlalu memikirkan esensi. Status lebih penting, jadi tak perlu cakap, atau pandai. Yang penting anda punya nyali dan hasrat untuk menguasainya.....

Mereka yang memilih mengedepankan esensi adalah mereka yang cengeng, mengalah sebelum pertarungan selesai.. dan memilih mati muda. Ya itu kata zaman sekarang. Zaman sekarang mengatakan bahwa seorang Soe yang jujur dan bernurani adalah pecundang yang pantas mati muda.... mereka akan mati tergerus zaman. Akan bertahan orang-orang yang beringas, berhasrat memiliki, menguasai ....

Untuk menjadi juara, diperlukan usaha lebih dibandingkan orang lain..
anda pernah melihat lomba renang atau lari? Lihat juaranya. Bandingkan catatan waktunya dengan pemenang ke dua. Sangat tipis bukan. Hanya sepersekian detik. Ya untuk menjadi juara, anda harus melakukan lebih dari apa yang dilakukan orang lain, walau hanya sedikit.

Apakah tidak mau jadi juara?

Lakukan lebih dari apa yang dilakukan orang lain.

23 Maret 2011.

Aku masih berpikir untuk menjadi juara. Terlalu cengeng kalau harus mengeluh, saatnya berhenti mengeluh dan melihat ke depan. Melihat bagaimana orang-orang yang lebih susah dari pada kita. Dengan payahnya masih mendorong gerobak bakso di malam buta, harus bangun lebih pagi dari yang lain....

Harus kita syukuri, dan terus berusaha mencari kemudahan dan kemuliaan hidup. Ya dunia satu-satunya sarana untuk mencapai akhirat. Semoga kita bisa..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun