Anak kecil lahir di aprilÂ
     Dalam sebuah rumah kecil pinggiran hutan, tumbuh besar dijalan-jalan setapak, taman bermainnya tentu dikebun bapak atau di padang bersama kuda besar. Bapak memberikan kuda itu nama balo' sebab dia kuda coklat terang dengan corak putih besar di punggungnya kuda betina yang gagah perkasa.
     Bapak adalah pekerja keras bercocok tanam tanpa kenal musim, sementara ibu menjual hasil kebunnya kepasar berupa jagung dan labu panjang juga beberapa ikat bayam. Soal makanan mereka tidak pernah kekurangan,  padi ditanamnya sendiri, sumber protein juga muda didaptkan sebab bapak senang berburu tikus dan babi hutan, caranya sangat mudah hanya memasang perangkap disore hari lalu memeriksanya di pagi buta.
     Saat waktunya mengenal dunia anak kecil ingin sekolah, meski umurnya terlalu belia tapi bagi bapak, tak apa untuk mengubah waktu lahir toh itu hanyalah angka, usia hanyalah alat ukur agar dia dapat disebut pria dewasa. di usia anak sekolah dasar anak kecil itu belajar bertahan hidup, keseringan ditinggal bekerja menjadikannya hebat dengan porsinya bahkan dia dapat menyapu bersih predikat juara satu selama enam tahun sekolahnya.
      Waktu berlanjut hingga anak kecil yang tumbuh dari air gunung bisa menyelesaikan sekolah menengah atas, karena ambisinya mengenal dunia sikecil itupun meninggalkan hutan dan sawah ladangnya. meski belum menjadi pria namun tekadnya mengalahkan pria dewasa. Mengenal dunia kerja modern untuk pertama kali menggugah semangatnya meskipun pada akhirnya memilih jalan lain untuk melihat dunia luas dengan pikirannya.
      Kuliah adalah satu-satunya jalan yang dilihatnya, tanpa memikirkan gedungnya, tanpa memikirkan namanya, dia memilih untuk mencoba yang sesuai isi kantongnya. Meski tidak mudah segala upaya dilakukannya, bekerja sambilan sebagai tukang ojek online merupakan cara terbaik waktu itu. nahasnya dalam kenyamanan itu muncullah wabah yang memutus rasa nyamannya, dalam hatinya ia berkata "tanpa hasil ngojek apa yang akan dibayarkan ke pemilik pendidikan itu ?" namun alam tak tinggal diam mendukungnya ia memiliki kesempatan menjadi relawan di rumah para pesakit yang seharusnya dihindari banyak orang, tanpa takut bahaya dan sedikit bela rasa dia bekerja sebagai transpoter yang tak jauh beda dengan ngojek, memakai alat pelindung diri lengkap dengan kaca plastik, sedikit memanusiakan para pesakit dengan membantunya makan dan mengantar keperluan mandi, terkadang sedang menyuapi makan lalu pesakitnya berpulang, atau lagi bercengkerama lalu pesakitnya tak bergerak lagi.Â
      Ketika kondisinya mulai membaik anak muda kecil itu mulai menyelesaikan studinya tetapi tak semudah caranya memandang dunia, ternyata dunia terlalu rumit untuk dipahami apalagi dengan penghuninya yang kompleks, beberapa kali usulannya ditolak, beberapa kali teman melupakannya, sehingga dia berjalan sendiri.
      Setelahnya proses yang panjang, anak muda kecil berhasil meraih topi bertali lalu memutuskan untuk segera berjalan tanpa henti, semasa studinya anak muda kecil itu seringkali menyusuri jalan meneriakkan kebenaran yanng diketahuinya, dorong mendorong dengan aparat, sampai mata perih oleh gasoline milik tulang besi. lalu setelah kelulusannya anak muda kecil ditawari menjadi staff seorang senator dalam prosesnya dia memilih berhenti dan mudik kekampungnya. Berbekal nekad dan tekad dia memulai dengan ternak kecilnya, namun tak kunjung berbuah. dia berhenti oleh kata orang lain dan kemampuannya yang terbatas. mengikuti kemana air mengalir membawanya berlabuh, mengikuti arah mata angin membawanya terbang ke pusat kota negara, meskipun hanya melihat dan tak tahu apa artinya itu.Â
      Kini kisah pria kecil dimulai lagi, dia tidak kembali ke tempat asalnya tetapi bertahan di kota tempat ia memulai. Disini dia mencoba mendengarkan kata hatinya dan tanda-tanda alam kembali,  perjalanannya dimulai dengan membantu seorang dengan alasan tak pasti. Dengan harapan angin-angin hutan yang berhembus sampai ke pantai akan membisikkan petunjuk. Dalam proses itu dunia yang lebih luas lagi telah di tatapnya, bertemu dengan karakter yang berbeda, berlakon sebagai protagonis. tentunya saja ini bukan masalah, tetapi untuk alasan tertentu seseorang dengan pribadi mandiri akan enggan melakukannya.Â
      Hari ini 10 hari pasca pemilu pria muda kecil kembali bersandar di kursi plastik merahnya. Dia enggan bangkit, hanya mencoba menerka-nerka mana tahu usaha didengarkan sepenuhnya, ataupun di terima sebagiannya. tulisan ini tidak diberi label khusus hanya menggunakan frasa bawaan dari kompasiana "FIKSIANA" karena tulisan ini layaknya dibaca sebagai biografi, tetapi biografi digunakan untuk menggambarkan seseorang yang perjalanannya telah usai atau menemukan tujuannya. tetapi anak muda kecil belum menemukan sesuatu yang disebut tujuan itu, kursi merah yang disandarinya itu masih tetaplah kursi plastik, mana kala esok hari peluang itu terjadi, semoga masih diberi ijin untuk berpetualang lagi hingga menemukan klimaks yang tepat dan hidup tetap dilanjutkan.
salam dari penulis yang menagalami