Mohon tunggu...
Sapri Pamulu
Sapri Pamulu Mohon Tunggu... profesional -

Ngeblog untuk belajar menulis dan berbagi. Peneliti paradigma strategi tentang kapabilitas dinamis yang menentukan keunggulan bersaing dan kinerja organisasi di Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Ibas: Kisah Sang Yudhoyono Junior di Posisi Senior PD

16 Juni 2010   01:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:31 1059
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
EBY dan SBY (Foto KOMPAS/Dhoni Setiawan)

Salah satu hal yang menarik dari Kompas.com kemarin adalah tentang Ibas Sekjen Partai Demokrat. Disitir bahwa Edhie Baskoro Yudhoyono alias Ibas didapuk menjabat Sekretariat Jenderal (Sekjen) Partai Demokrat 2010-2015 di bawah kepemimpinan Ketua Umum Anas Urbaningrum. Kepastian posisi putra Susilo Bambang Yudhoyono tersebut disampaikan mantan juru bicara Tim Sukses Anas, Saan Mustopa,(Kompas, 15/6/2010).  Pemastian ini juga sekaligus menjawab teka-teki akan restu SBY yang dari dulu selalu menampik untuk menampilkan anggota keluarganya di pentas utama panggung perpolitikan negeri ini. Sang Yudhoyono Junior pun mengakui jika dirinya masih kader Balita atau kader junior ketika namanya disebut-sebut sebagai kandidat Ketua Umum Partai Demokrat (PD) beberapa waktu lalu (Kompas, 27 Maret 2010). Jika dibanding-bandingkan dengan sekjen partai-partai besar lainnya, maka sosok yang ada kalaupun masih berusia muda hampir semuanya sudah kenyang makan asam garam dalam hiruk pikuk dunia politik, sebut misalnya Anis Matta, yang sudah hampir lestari menjadi sekjen PKS meski Ketum/Presidennya sudah bergonta-ganti, atau Idrus Marham di Golkar, apatah lagi Sekjen PDIP Pramono Anung. Meski masih junior, pendapukan Ibas dalam posisi senior ini mengisyaratkan keberlanjutan dinasti politik Yudhoyono. Banyak pihak menganggap bahwa tampilnya Ibas sebagai sekjen tak lebih karena marga Yudhoyono yang disandangnya, dan sekaligus menambah warna politik dinasti di Indonesia. Ada Puan Maharani di PDIP, Yenny Wahid di PKB, Mumtaz Rais di PAN. Gejala yang sama dahulu ketika putra-putri Soeharto juga berperan penting dalam Partai Golkar. Arbi Sanit, pengamat politik UI adanya kecenderungan politik keluarga, bahkan dinasti, mewarnai perekrutan tokoh politik di Indonesia. Gejala ini menurutnya amat berbahaya dan harus ditolak karena belum terbangunnya tradisi berdemokrasi yang baik. Sebenarnya fenomena seperti ini tidak hanya ada di Indonesia. Di sejumlah negara, seperti di Amerika Serikat, Filipina, India, Inggris dan Pakistan juga ada dinasti politik, contohnya Keluarga Kennedy atau Bush di US,  Churchill di UK, Gandhi atau Nehru di India, Arroyo atau Aquino di Filipina, Bhutto di Pakistan. Trah atau klan keluarga-keluarga ini cukup diperhitungkan sebagai kekuatan berpengaruh dalam perpolitikan di negeri-begeri yang bersangkutan. Hal yang mungkin membedakan Ibas dengan politisi muda dari dinasti politik yang ada di Indonesia adalah tambahan pendidikan formalnya yang terkait dengan dunia politik yang semuanya diraih di luar negeri. Dari rekor kepustakaan presiden, Ibas yang kealhiran Bandung, 24 November 1980 ini menggondol gelar ganda pada tahun 205 dari Curtin University of Technology (Australia): Bachelor of Commerce Finance dan Electronic Commerce, pada 26 Februari 2005. Lalu berlanjut di tahun 2007, Ibas meraih gelar Master of Science dalam bidang International Political Economy di S. Rajaratnam School of International Studies, Nanyang Technological University (Singapura) dengan disertasi tentang analisa pada dua faktor ekonomi penting di Indonesia yaitu pengangguran dan kemiskinan, serta bagaimana upaya menyelesaikannya. Yenny Wahid misalnya Sarjana desain dan komunikasi visual dari Universitas Trisakti dan Master dari Harvard University, atau Puan Maharani yang jebolan Universitas Indonesia. Meski demikian Yenni dan Puan sudah lama menyertai Mega dan Gus Dur dalam berbagai urusan partai dan negara, mereka berdua bukalah kader balita dari partainya PKB atau PDIP. Kembali ke soal penunjukan Ibas sebagai Sekjen PD, Konon ada tiga alasan utama pendapukan sang Yudhoyono Junior: "Pertama karena keberhasilan Ibas seabgai Ketua Steering Committee yang menghantarkan Kongres Nasional II Partai Demokrat berjalan sukses dan demokratis. Alasan kedua adalah kapasitas Ibas Yudhoyono yang sudah cukup memadai, dan Ketiga adalah alasan regenerasi.  "Ibas punya kapasitas, tidak ada kaitan beliau putra Presiden. Murni pertimbangan kapasitas," kata Saan Mustop, mantan juru bicara Tim Sukses Anas Urbaningrum. Duet Anas Urbaningrum dan Ibas Yudhoyono ini merupakan pasangat elite partai termuda baik sebagai Ketua Umum dan Sekjen partai. Suatu catatan sejarah baru dalam perjalanan panjang partai-partai di Indonesia yang mungkin merupakan resep SBY yang terakhir dalam mempersiapkan Partai Demokrat atau Dinasti Yudhoyono untuk tetap dapat bersinar dalam kehidupan berpolitik Indonesia di masa mendatang. Sebagaimana makna "Baskoro" yang merupakan nama tengah sang Yudhoyono Junior yang diambil dari dunia pewayangan yang dapat diartikan sebagai senjata pamungkas, sinar matahari, atau sumber kehidupan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun