Mohon tunggu...
sapmok xu
sapmok xu Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Hanya seorang anak daerah yang menuntut ilmu sampai ke negri China.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Film Superhero cuma bagus di awal?

7 Agustus 2011   12:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:01 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Tak terasa film Spiderman akan di-reboot alias dimulai dari awal lagi dengan alur cerita yang sedikit berbeda. Padahal masih ada musuh2 si muka jaring ini yang pantas tampil di episode berikutnya. Tapi apa daya, sepertinya memang film bertema Superhero ini cuma bagus di awal saja. Menarik saat kita tahu bagaimana si tokoh utama mendapatkan kekuatannya. Dimulai dari orang biasa, kemudian terjadi insiden, dan muncullah kekuatan super yang siap dipakai.Tapi setelah itu, cerita yang tersisa hanyalah si jagoan harus siap melawan musuh-musuh yang berkekuatan super juga. Kalau sudah begini, filmnya harus benar-benar full action dan special effect, dimana bagi sebagian orang tidaklah cukup, harus ada plot cerita yang menjadi nilai jual juga. Contoh lain adalah film X-Men, walaupun bukan reboot, tapi untuk yang terbaru ini adalah X-Men: First Class. Lagi-lagi ini tema yang diambil adalah asal mula, alias bagaimana dibentuknya tim X-Men oleh Professor X, lebih jauh lagi bagaimana mutant-mutant bisa bermunculan di bumi.Ini mengingatkan saya ke film serial Heroes, dimana orang biasa mempunyai kekuatan luar biasa. Dan sebagaimana bagi saya pribadi, alur ceritanya hanya menarik saat di awal saja. Tragisnya dari cerita Superhero, karakter Superhero sendiri jarang ada yang berkembang. Paling cuma masalah percintaan, kehilangan kepercayaan diri, dimusuhin publik. Jadi dimana menariknya? Jawabannya adalah musuhnya alias The Villain. Lihat saja porsi The Joker dalam film Batman The Dark Knight. Hampir setengah porsi film, penonton bisa lupa akan Batman, semua terpaku ke betapa gilanya si Joker. Hal yang sama terjadi pada Spiderman 2 dengan pengangkatan cerita ke Doctor Octopus. Porsi ceritanya cukup berimbang antara si penjahat dan si jagoan. Yap, salah satu superhero yang mendapat reboot yang sangat bagus adalah Batman. Pada era 90-an, film Batman benar-benar terasa fiksinya. Tapi dengan reboot di tahun 2005 dengan Batman Begins, cerita Batman terasa lebih nyata. Walaupun saya tidak terlalu berkesan dengan Batman Begins, lain cerita dengan Batman: The Dark Knight. Kemunculan The Joker dan Two Face sebagai The Villain sama sekali berbeda dengan Batman di era 90-an. Jadi begitulah kenyataan dunia perfilman dalam mengangkat cerita Superhero. Sering dilupakan bagaimana peranan si penjahat dalam cerita . Sepertinya kita akan lebih sering menonton film reboot saat cerita dalam Superhero tidak bisa dikembangkan lagi. Ujung-ujungnya kita hanya akan disajikan betapa menariknya saat sang pahlawan mendapatkan kekuatannya, tapi setelah itu kita hanya mendapat film action 'ala kadarnya'.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun