Mohon tunggu...
sapmok xu
sapmok xu Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Hanya seorang anak daerah yang menuntut ilmu sampai ke negri China.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Mesin Pencari Bertenaga Manusia (Human Flesh Search Engine)

24 November 2010   14:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:20 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin pertama kali Anda mendengar istilah ini langsung terbayang teknologi terbaru dari Google. Tapi kenyataannya berbeda, istilah Human Flesh Search Engine (HFS) berasal dari budaya internet China yang dikenal dengan istilah Rénròu Sōusuǒ ( 人肉搜索). HFS adalah istilah dimana orang-orang di dunia maya melakukan pencarian atas sesuatu (sekarang lebih cenderung mencari identitas orang). Itu sebabnya disebut mesin pencari bertenaga manusia, karena orang-orang inilah yang akan mencari tahu mulai dari identitas, tempat tinggal, golongan darah, hingga hal-hal mendetail tentang seseorang. Salah satu contoh HFS adalah Insiden Li Gang, dimana seorang pemuda mabuk menabrak sepasang mahasiswa. Setelah ditangkap, pemuda tersebut mengatakan "Kalian tidak bisa menuntut saya, ayah saya adalah Li Gang". Setelah diselidiki ternyata pemuda itu adalah anak dari seorang kepala polisi. Dan istilah "Ayah saya adalah Li Gang" pun menjadi populer di duni maya China untuk digunakan untuk bersikap skeptis. Contoh lain adalah video membunuh anak kucing dari Hangzhou. Di video tersebut terlihat seorang wanita (yang ternyata seorang perawat)yang menginjak kepala anak kucing hingga mati dengan sepatu hak tinggi. Hasil pencarian HFS berhasil membuat wanita tersebut akhirnya menyerahkan diri ke pihak berwajib, dan kameramen yang mengambil video tersebut juga berhasil dilacak identitasnya hingga berujung pemecatan. Hingga sekarang aktivitas HFS masih sangat sering dilakukan, mulai dari hanya untuk bersenang-senang seperti berlomba menemukan identitas seseorang dari sebuah gambar, sampai menguak kebobrokan aparat-aparat pemerintahan. Bagaimana dengan di Indonesia? Walaupun belum mempunyai istilah sendiri, tapi hal serupa juga sudah ada. Seperti artis dadakan Shinta Jojo yang memulai debut dari video di youtube, sebelum tenar dan muncul di tv, komunitas kaskus berhasil menguak identitas mereka, mulai dari tempat tinggal, tempat kuliah, dan account facebook mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun