"Hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan, 'Salam,'" (QS. al-Furqan:63).
Moral dan Etika memanglah terdengar mirip, tapi sebenarnya berbeda. Moral adalah prinsip mengenai perilaku baik atau buruk, sedangkan etika adalah tingkah laku atau tindakan yang didasari moral. Moral dan etika memiliki kesamaan, yaitu: sama-sama dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), moral adalah ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya; akhlak; budi pekerti; susila. Secara Etimologi Moral berasal dari bahasa Latin mos (jamak: mores) yang berarti kebiasaan, adat. Kata "mos" (mores) dalam bahasa Latin sama artinya dengan etos dalam bahasa Yunani.
Definisi moral Menurut para ahli:
- Menurut Helden dan Richards, moral adalah suatu kepekaan dalam pikiran, perasaan, dan tindakan dibandingkan dengan tindakan lain yang tidak hanya berupa kepekaan terhadap prinsip dan aturan.
- Menurut Hurlock, moral merupakan suatu tata cara, kebiasaan, dan adat. Perilaku moral dikendalikan konsep-konsep moral atau ketentuan perilaku yang sudah menjadi kebiasaan untuk anggota sebuah budaya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Kata 'etika' berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu ethos. Dalam filsafat, makna etika yang digunakan adalah sebagai cara berpikir. Istilah ini digunakan dalam filsafat pertama kalinya oleh Aristoteles (384—322 SM) untuk menjelaskan tentang filsafat moral. Dalam pengertian ini, etika diartikan sebagai ilmu tentang adat dan kebiasaan.
Definisi etika menurut para ahli:
- Menurut aristoteles, Dilansir dari Humanities Libretexts, Aristoteles memandang etika sebagai latihan aktif pikiran sesuai dengan kebaikan atau kebajikan yang sempurna. Di mana etika tersebut dapat diwujudkan melalui keberanian, kontrol diri, kemurahan, dan juga kejujuran.
- Menurut Rushworth M. Kidder dalam buku How Good People Make Tough Choices (2009), definisi etika adalah ilmu karakter manusia yang ideal atau ilmu kewajiban moral yang mengacu pada faktor-faktor seperti kejujuran, keadilan, tanggung jawab, rasa hormat, dan kasih sayang.
Moral dan etika tidak boleh lepas dari diri kita dalam menjalani kehidupan sehari-hari karena memelihara kedua hal tersebut dalam diri kita sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang penuh makna, harmonis, dan memperkuat kebersamaan dalam masyarakat. Dalam pergaulan teman sebaya pun tetap harus mengedepankan nilai-nilai moral dan etika, contohnya seperti menghormati teman kita yang berbeda agama, ras, atau suku.
Namun, moral dan etika kerap kali terlupakan oleh masyarakat, seringkali ditemukan masyarakat yang tidak menghormati perbedaan di antara banyaknya agama, ras, dan suku di Indonesia. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kurangnya pemahaman terhadap agama.
Kurangnya pemahaman agama tentu menjadi salah satu faktor pergeseran moral dan juga etika karena ketika seseorang tidak meiliki landasan keagamaan yang kuat, mereka berpotensi kehilangan pedoman tentang mana yang baik dan buruk sesuai dengan ajaran agamanya. Akibatnya, kemungkinan keputusan yang diambil cenderung berdasarkan pada kepentingan pribadi dan pengaruh lngkungan sosial, bukan berdasarkan prinsip-prinsip moral dan etika yang kokoh.
Hal ini menjadi masalah serius untuk Tanah Air kita. Oleh karena itu, kita selaku warna negara Indonesia sepatutnya memberantas masalah ini bersama-sama dengan cara memberikan pendidikan agama yang inklusif kepada seluruh masyarakat Indonesia. Pendidikan agama inklusif dapat menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan perubahan moral dan etika masyarakat, terutama akibat rendahnya pemahaman terhadap agama. Pendekatan ini mengajarkan kita tentang agama sekaligus mengenalkan nilai-nilai agama yang berbeda di Indonesia. Pendidikan agama inklusif membantu kita lebih memahami keberagaman, menghargai perbedaan, dan menginternalisasikan prinsip-prinsip moral dan etika universal yang menjadi landasan hidup harmonis dalam masyarakat.
Melalui pendekatan intergratif ini, kita tidak hanya memahami ajaran agama sendiri, tetapi juga memeroleh wawasan yang lebih luas tentang agama lain, menghormati keyakinan orang, dan memandang agama sebagai bagian dari kebaikan bersama, sebagai sumber pemikiran bahwa nilai-nilai seperti kejujuran, kasih sayang, perdamaian, dan keadilan ada dalam semua agama, dan bahwa pemahaman yang mendalam tentang agama tidak hanya memperkuat keimanan seseorang, tetapi juga meningkatkan moral dan etika dalam kehidupan bermasyarakat.