Mohon tunggu...
Muhammad Mahfud Syaifullah
Muhammad Mahfud Syaifullah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Amateuris Bertumbuh

Menepi tak berhenti, bergerak tak berjarak.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mandalawangi, Kembali

31 Oktober 2024   17:05 Diperbarui: 31 Oktober 2024   17:12 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dok. Pribadi

Dini hari, ku sempatkan raga beranjak dari mimpiMemulai sesuatu yang selama ini terhentiRasanya dahulu tak pernah merasakan sesulit ini
Apakah langkah yang pertama kali singgah di Mandalawangi,
menuntun diri untuk menabur sesuatu yang berarti?

Saat ini, atau nanti, semua terus berotasi
Layaknya angin tak pernah berhenti lalu-lalang kesana-kemari
Begitulah langkah kaki, ketika berhenti, malah mau beranjak pergi
Tapi, kita harus bisa mensiasati
Semua yang membentuk hingga kini, selalu beriringan Amor Fati

Ya, dilema terus menghantui
Entah akan kemana diri ini menepi
Negeri sedang penuh ironi
Pemimpin terus berambisi
Hak rakyat dikebiri
Lingkungan digerogoti
Politik tak bernurani

Konon, semakin tua-dewasa, kita semakin handal
Menghadapi segala sesuatu yang tak pasti
Menepis segala sesuatu yang penuh benci
Melihat segalanya dengan empati
Mendorong tanpa harus menghakimi
Merebut tanpa perlu mencaci

Semua sedang dilanda penyakit
Moral negeri atau manusiawi
Kegundahan yang dirasa tak mengenal sepi
Diri mencoba untuk terus tenang di tengah badai

Disini, menjadi saksi ketika orde bengis sebelum tiba
Sosok muda dan di kenang abadi itu ada
Menulis dan menjalankan dengan penuh cinta
Gie, Mandalawangi rindu sosok tangguh yang terus membara

Mengajarkan bahwa kebenaran tak boleh diasingkan
Menggelorakan keberanian demi peradaban
Menghadapi kekuasaan dengan kelembutan
Mengikis kebodohan melalui pendidikan

Tetapi, apakah semua itu akan terjadi?
Di tengah kekuasaan yang tanpa perlawanan
Di pinggir ada rakyat yang menanti kesejahteraan
Di ujung ada yang butuh perlindungan
Di bawah ada yang mengharapkan keadilan
Di sini, yang ada hanyalah kedamaian dan ketenangan

Mandalawangi, 18 Agustus 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun