Presiden Ke-4 Indonesia, KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur pernah membuat analogi bahwa kalau mau lihat polisi baik, lihatlah Pak Hoegeng. Adagium yang serupa pernah di sampaikan Gus Dur bahwa hanya ada tiga polisi baik di Indonesia, yaitu Polisi Tidur, Patung Polisi dan Pak Hoegeng. Ungkapan Gus Dur ini, sudah lama sekali populer, dan bahkan setiap ada oknum polisi yang melakukan pelanggaran, masyarakat akan selalu teringat kata-kata Gus Dur tersebut. Bukan tanpa alasan, sebab berbagai kejadian yang meresahkan yang di lakukan banyak sekali oknum kepolisian, faktanya telah merusak wajah Kepolisian Republik Indonesia (Polri), baik secara pribadi yang di tujukan kepada oknum para pelanggarnya, tapi terutama juga, kepada Institusi Polri. Kritik, hujatan, dan tidak jarang bernada memaki, memenuhi ruang sosial media kita.
Hari-hari belakangan ini, mungkin adalah hari yang sangat melelahkan bagi Kapolri, Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo, atau yang akrab di panggil Pak Sigit. Dalam tiga bulan terakhir, Pak Sigit benar-benar memasang badan dan tampil di media, menunjukkan bahwa polisi bisa menjadi harapan dan tumpuan seluruh masyarakat Indonesia, dalam mencari keadilan hukum. Kasus Ferdy Sambo, menjadi puncak gunung es, hancurnya kepercayaan publik terhadap institusi kepolisian.
Tentu tidak mudah buat Pak Sigit untuk melakukan reformasi, terutama reformasi mental dan mindset, dalam tubuh dan wajah kepolisian kita. Tetapi kehadiran negara, di tandai dengan pemanggilan seluruh pejabat tinggi kepolisian ke Istana Negara oleh Presiden Jokowi, adalah bukti bahwa, Pak Sigit di dukung penuh untuk mereformasi institusi kepolisian. Fakta bahwa, banyak sekali oknum polisi di lapangan yang melakukan pungli, bergaya hidup mewah, dan arogan serta mengambil manfaat dari para pencari keadilan, semoga bisa berubah di bawah kepemimpinan Pak Sigit. Sehingga, bukan hanya Polisi bisa mengembalikan kepercayaan masyarakat, tetapi betul-betul ada " Wajah Baru " bagi Kepolisian RI. Wajah yang ramah, murah senyum, mengayomi, dan wajah yang tidak mengharapkan apapun selain sebagai pelayan masyarakat, yang melindungi dan memberi rasa aman bagi seluruh pencari keadilan hukum. Â Inilah harapan seluruh rakyat Indonesia. Pak Sigit mesti menampilkan wajah baru sebagai wajah masa depan kepolisian kita.
Upaya Pak Sigit untuk menampilkan wajah baru kepolisian masa depan Indonesia, mesti di dukung penuh oleh, 434.135 personilnya, dari Sabang  sampai Merauke. Dari pangkat terendah, Bharada, sampai pangkat tertinggi Jenderal Bintang Tiga di Mabes Polri. Langkah berani dan tegas dari Pak Sigit apabila ada anggotanya yang melanggar, mesti di lakukan juga pada semua level kepemimpinan struktur kepolisian, dari Kapolsek sampai  Kapolda harus secara tegas dan terukur memberi hukuman kepada seluruh oknum kepolisian yang melanggar. Jangan menutup-nutupi kesalahan bawahan. Dan bawahan juga harus berani menolak perintah atasan, melalui prinsip diskresi, yang aturannya memang ada di kepolisian.
Terkait perintah dan arahan Pak Sigit, harusnya memang di tuangkan dalam bentuk Perkap atau Peraturan Kapolri, dan di sosialisasikan tidak hanya kepada seluruh struktur institusi kepolisian, tetapi juga ke masyarakat melalui media dan media sosial. Kanal informasi pengaduan publik, melaui media sosial, layanan Whatsapp dan SMS, menjadi pilihan tepat Pak Sigit untuk mengukur dan memonitor perkembangan dari aturan yang sudah Pak Sigit keluarkan, yaitu sejauh mana anggota di semua level telah mengikutinya, atau justru di langgar? Mekanisme punishman and reward mesti di tegaskan dan di tegakkan oleh pimpian kepolisian di semua level.
Sebagai masukan untuk Pak Sigit, dan seluruh pimpinan kepolisian di daerah, penting untuk pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) kepolisian, yaitu di setiap kantor Kepolisian, mulai dari kantor Kapolsek sampai di Mabes Polri di sediakan ruang belajar semacam perpustakaan yang berisi buku-buku peraturan dan perundang-undangan dan pengetahuan umum, sosial politik, serta buku-buku tentang pelayanan masyarakat. Dan setiap akhir bulan atau tiga bulan sekali, ada semacam ujian tidak formal untuk mengukur kemampuan para personil terhadap pengetahun tersebut.
Ini penting, agar aparat kepolisian kita, tidak hanya mampu melaksanakan perintah atasan, tetapi juga ada upaya mencerdaskan SDM kepolisian, sehingga aparat kepolisian di Indonesia, pangkatnya boleh Bharada tetapi pengetahuannya bisa Jenderal. Jika bisa begini, masyarakat Indonesia pasti akan bangga dan mendukung penuh kemajuan kepolisian. Dan tentu, jika keuangan negara mampu dan pemerintah mau menaikkan gaji aparat kepolisian sampai 2 kali lipat dari gaji sekarang, masyarakat pasti akan setuju.
Pak Sigit, kami percaya, bapak adalah Wajah Masa Depan Kepolisian Indonesia. Suatu hari di masa depan, akan ada kalimat yang populer di Indonesia, " Kalau mau lihat wajah polisi baik Indonesia, lihatlah wajah Pak Sigit ". Semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H