Sentra Peternakan Rakyat atau biasa disingkat SPR adalah salah satu program terbaru di Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan KEMENTAN RI. Diawal tahun 2016 pemerintah mengumumkan pembentukan 50 SPR seluruh Indonesia yang tersebar 50 kabupaten dan di 17 Provinsi. Sesuai perencanaan pembentukan SPR, maka setiap SPR memiliki minimal 1000 ekor sapi indukan milik peternak. Setiap SPR akan mendapatkan bantuan Rp1,2 Milyar. Menurut pemerintah 50.000 impor indukan sapi impor akan dibagikan kepada peternak untuk dikembangkan dan untuk meningkatkan populasi sapi di Indonesia. Dengan asumsi asumsi yang sudah ditetapkan maka indukan sapi di dalam SPR ini akan bertambah menjadi 87500 ekor induk sapi dalam dua tahun.
Menurut DIRJEN PKH, setiap sapi yang dimilikki pleh SPR akan diberi BUKU TERNAK yang berisi semua informasi tentang ternak sapi tersebut. Buku ini berfungsi hampir sama fungsinya dengan BPKB mobil atau mungkin bermanfaat lebih. Jika setiap ternak memiliki satu buku ternak, maka tak kurang dari 50.000 buku ternak harus dibuat tahun 2016. Pertanyaan yang mungkin harus diajukan adalah apa sajakah yang akan ditulis di dalam buku ternak tersebut? Siapakah yang harus mengisi buku ternak tersebut? Bagaimana standar pengisian buku ternak tersebut? Siapakah yang berhak mendapatkan data ternak tersebut? Siapakah yang mengelola buku ternak tersebut? Bagaimana keberlanjutan buku ternak sapi tersebut?
Berdasarkan pengalaman pribadi saya, jika buku ternak tersebut bisa diisi dan dilakukan dengan konsisten, maka sangat banyak manfaat yang bias kita ambil.
- Berdasarkan buku ternak ini, peternak akan terbantu mengevaluasi riwayat ternak yang dia miliki. Mungkin tidak akan banyak terbantu, karena peternak hanya memiliki beberapa induk sapi, dan mungkin dia bisa mengingat apa saja yang terjadi pada beberapa induk ternak yang dia miliki. Buku ternak ini juga menjadi salah satu tempat berbagai bagi sesama peternak tentang bagaimana mereka mengelola masing masing ternaknya.
- Bagi peneliti ataupun mahasiswa, maka buku ternak ini akan sangat bermanfaat bagi kemajuan pendidikan terutama dibidang peternakan. Jika buku ternak ini ditulis dengan baik, maka peneliti bisa menentukan peternak mana yang berhasil dan peternak mana yang tidak berhasil mengembangkan ternaknya. Peniliti juga bisa mengetahui sapi yang berkembang dengan baik. Peneliti juga bisa menyeleksi bibit unggul dari 50000 induk sapi yang dimiliki oleh SPR. Peneliti juga bisa membandingkan keunggulan SPR yang satu dengan lainnya bahkan dengan peternakan diluar SPR. Peneliti juga bisa memprediksi masa depan SPR dengan melihat trend perkembangan SPR tersebut. Sebagai mahasiswa dibidang genetika ternak, maka dapat saya katakan bahwa keberhasilan induk sapi ini bisa diprediksi berdasarkan buku catatan ternak ini.
- Bagi pemerintah, Kebijakan yang diambil berdasarkan data yang otentik yaitu buku ternak. Berdasrkan buku ternak ini, hasil yang diperoleh bersifat ilmiah juga akan manghindari pemerintah dari kebijakan yang salah. Keberlanujtan SPR bisa didasarkan pada hasil kajian akademik yang bisa dipertanggungjawabkan.
Pengalaman saya belajar di Prancis, saya menemukan sesuatu yang sangat bagus dari system pencatatan ternak di negri Napoleon. Secara nasional, INRA yaitu lembaga penelitian pertanian Prancis memiliki database ternak dari seluruh penjuru prancis. Secara International juga ada lembaga yang fokus dalam hal catatan ternak dan salah satu contohnya adalah ICAR (international committee for animal recording). Negara di Asia yang tergabung di dalam organisasi ini adalah Jepang, Korea dan Israel dan hampir semua negara di Eropa. Kobe beef yang berasal dari jepang, sapi perah Israel dengan produksi susu yang tertinggi di dunia adalah sebagai contoh hasil peternakan yang dikembangkan berdasarkan data recording ternak yang baik.
System pencatatan secara nasional di Prancis tersimpan secara online dimulai sejak 1970an. Hal ini sudah dilakukan hampir setengah abad yang lalu. Hal ini sudah saya tulis di kompasiana dengan judul “server E-KTP sapi di Paris” pada 29 November 2014. Data yang tersimpan berupa data phenotip dan genotype ternak serta data peternakannya. Data yang tersimpan ini digunakan untuk mengevaluasi sapi mereka dari tahun ke tahun. Khususnya ternak sapi, domba, kambing, babi dan kuda. ada 175 juta data individu ternak yang disimpan. Setiap tahun mereka menerima 140 juta data/informasi untuk diolah. 135 juta data inseminasi ternak, 669 juta data produksi susu sapi, 38 juta data bobot badan ternak, 89 juta data reproduksi ternak, 31 juta data ternak yang sudah di evaluasi. Peningkatan kualitas peternakan di Prancis terbukti dari produk peternakan mereka yang sangat terkenal, dimulai dari sapi perah dan sapi potong unggul serta produk olahan dari ternak babi dan juga bebek. Hal ini bisa dilakukan karena mereka meiliki pencatatan yang baik sehingga memudahkan untuk melakukan seleksi ternak unggul.
Recording ternak menjadi salah satu masalah darurat dibidang peternakan di Indonesia. Pada tahun 2015 yang lalu saya mengikuti seminar internasional bidang peternakan di Indonesia yang dilakukan oleh IPB. Didalam seminar, terkuak bahwa tidak ada system recording ternak yang permanen di Indonesia, meskipun di lembaga penelitian atau laboratorium perguruan tinggi.
Menulis atau mengisi buku ternak adalah sasuatu yang tidak sulit, tetapi sesuatu yang membutuhkan ketelitian dan kesabaran. Pilot project SPR untuk memulai sistem recording ternak atau buku ternak menjadi tolak ukur keberhasilan SPR dibandingkan dengan program pengembangan peternakan yang telah banyak dilakukan sebelumnya. Keterlibatan dinas terkait di kabupaten dan juga peran serta perguruan tinggi di dalam SPR harus dibuktikan dengan keberhasilan SPR ini. 1000 SPR tidak akan tercapai jika tidak dimulai dengan 50 SPR yang berhasil. Catatan puluhan ribu ekor sapi tidak seberapa dibandingkan dengan jutaan ternak yang ada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H