Mohon tunggu...
Parsaoran Silalahi
Parsaoran Silalahi Mohon Tunggu... Staff Pengajar -

Salam 3 jari

Selanjutnya

Tutup

Money

Impor Puluhan Ribu Induk Sapi Dalam Kaca Mata Genetika Ternak

13 Desember 2015   05:52 Diperbarui: 13 Desember 2015   10:22 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rencana impor induk sapi dari australia sekitar 25000 ekor induk sapi pada akhir tahun ini kemungkinan besar akan terealisasi. Impor induk sapi ini ditujukan untuk mempercepat peningkatan populasi sapi di indonesia agar nantinya tidak tergantung pada negara lain. Dari segi hitungan diatas kertas, maka impor sapi ini akan sangat membantu peningkatan populasi sapi, tetapi dari segi genetika ternak, banyak hal yang harus diperhatikan sebelum realisasi impor sapi ini dilakukan. Apakah induk sapi yang akan diimpor ini akan bereproduksi sebagaimana dia bereproduksi di negara asalnya? Apakah ras induk sapi yang akan diimpor ini? Dan bagaiman kemudian induk sapi ini dibagikan kepada peternak rakyat yang berada di seluruh indonesia? apakah impor sapi ini sudah dikaji secara ilmiah? Semua pertanyaan ini adalah berkaitan dengan keberhasilan impor induk sapi dan keberlajutan sapi ini setelah sampai di indonesia.

 

Gambar 1. Ilustrasi interaksi genetik dan lingkungan terhadap induk sapi merah (M), biru (B) dan ungu (U)

Gambar 1, mempermudah kita memahami bagaimana seekor ternak akan beradaptasi dengan lingkungannya yang baru. Misalkan dalam hal ini ada tiga induk sapi, yaitu M, U dan B dipelihara di dalam lingkungan yang berbeda tingkat kualitas peternakannya (bisa berupa pakan, peternak, suhu, kelebaban dan manajemen peternakan). Pada gambar diatas kita melihat ada 4 grafik yang berbeda, yang mempunyai dampak yang berbeda terhadap sapi M, B dan U. Jika dikaitkan dengan impor sapi yang akan dilakukan oleh pemerintah. Kita asumsikan bahwa environmental value ‘1’ mewakili australia dan environmental ‘2’ mewakili indonsia. Sedangkan phenotipic value bisa diasumsikan sebagai penampilan produksi atau reproduksi sapi (bisa berupa pertumbuhan sapi, calving interval, fertility atau lainnya).

Untuk gambar 1a, maka dapat kita simpulkan bahwa induk sapi M, B dan U tidak akan terpengaruh oleh perbedaan kualitas manajemen yang dihadapinya. Dalam hal impor sapi, maka sapi yang akan di impor ke indonesia tidak akan terpengaruh oleh perubahan kualitas peternakan di australia maupun di Indonesia. Jika hal ini yang terjadi maka impor sapi yang akan dilakukan pasti terjamin keberhasilannya. Induk sapi akan berproduksi atau bereproduksi sebagaimana dia di australia. Pertanyaannya adalah apakah ini mungkin terjadi?

Untuk gambar 1b, dapat kita simpulkan dari gambar bahwa ketiga induk sapi M, B dan U akan berkembang lebih baik setelah dilingkungan barunya. Semua sapi mengalami peningkatan phenotype yang sama baiknya. Jika hal ini yang terjadi dalam hal impor induk sapi yang akan datang, bisa kita simpulkan bahwa impor sapi adalah strategy yang sangat baik karena kita bisa meperbaiki penampilan induk sapi di Indonesia daripada di australia. Kita bisa juga asumsikan bahwa peternakan di indonesia jauh lebih baik dan sangat mendukung perkebangan expresi gen sapi tersebut. Pertanyaannya adalah apakah peternak di indonesia mampu lebih baik dalam merawat ternak dibanding di Australia setelah sapi ini diimpor?

Untuk gambar 1c, dalam gambar ini juga hampir sama hasilnya dengan gambar 1b, tetapi sedikit perbedaan bahwa sapi di gambar 1c mengalami peningkatan yang tidak merata pada semua ternak. Sapi M lebih baik daripada sapi B. Hal yang menjadi tantangan aalah bagaimana memilih ternak seperti induk sapi M, yang penotypnya jauh lebih bagus setelah sampai di indonesia. Jika dikaitkan dengan impor sapi, maka yang harus di persiapakan adalah siapa yang akan memilih induk sapi sebelum di impor ke indonesia? Keahlian apa yang dimiliki olehnya untuk bisa memilih induk sapi seperti sapi M? Apakah ada standard sapi yang akan di Impor dari australia? Apakah ada ras sapi australia seperti M jika di impor ke Indonesia? Pertanyaan tersebut harus segera dijawab sebelum impor sapi tersebut dilakukan.

Pada gambar 1d, kita dapat lihat bahwa ketiga jenis ternak M, B dan U memiliki penotype yang berbeda setelah environmentnya berbeda. Yang lebih menarik untuk dibahas adalah apabila sapi yang diimpor itu adalah induk sapi yang sama dengan sapi U pada gambar 1, maka impor sapi yang akan dilakukan pemerintah adalah suatu kesiasiaan. Jika induk sapi yang diimpor ke indonesia tidak dapat beranak karena stress perubahan lingkungan maka, induk sapi tersebut akan berubah menjadi sapi jagal atau sapi potong. Pertanyaan selanjutnya adalah apakah tidak lebih baik mengimpor sapi potong daripada sapi induk? Karena sapi induk jauh lebih mahal daripada sapi potong. Sebagai gantinya sapi yang dipersiapkan sebagai induk sapi adalah sapi yang sudah ada dan beradaptasi di indonesia.

Beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum mengimpor induk sapi dari australia menurut saya adalah:

  1. Menentukan syarat minimum induk sapi yang akan di impor seperti ras, umur, dan kesehatannya (tersedia book record). Jenis sapi yang diimpor adalah sapi yang adaptif dengan iklim tropis.
  2. Mempersiapkan peternak yang akan menerima induk sapi di indonesia dengan keterampilan manajemen peternakan yang baik (Good farming Practice). Seleksi terhadap penerima induk sapi sebaiknya diuji berdasarkan kesiapannya sebagai peternak dengan manajemen yang telah ditentukan.
  3. Melakukan evaluasi terhadap seluruh induk sapi impor secara ilmiah dari saat sapi saat sampai di indonesia. Hal ini perlu dilakukan demi keberlangsungan produksi dan reproduksi sapi ini.

Melihat realitas yang ada di peternak Indonesia, sebagian besar masih menjadi peternak tradisional, yang tidak mempunyai standar beternak yang baik. Jika sapi impor ini akan diberikan kepada peternak kecil, maka stress pertama yang akan dialami sapi impor setelah sampai di Indonesia adalah stress pakan karena akan sangat mempengaruhi penampilannya. Sapi impor tidak terbiasa dengan kualitas rumput seperti yang sudah biasa diberikan peternak pada sapi yang sudah adaptasi dengan indonesia. Jika peternak diminta untuk menanam lahan rumput untuk pakan sapi, maka kemungkinan besar hal itu sangat sulit untuk dilakukan. Lain halnya jika sapi yang di impor ini akan diberikan kepada pengusaha feedlotter yang sudah terbiasa dengan sapi impor. Stress berikutnya adalah perubahan iklim, terutama kelembapan dan temperatur yang tinggi di indonesia dibandingkan dengan Australia.

Impor sapi dari australia ini akan menjadi suatu tantangan besar bagi peneliti dibidang breeding animals, karena interkasi genetik sapi dan lingkungan bisa di observasi. Perbandingan antara induk sapi impor dan induk sapi lokal menjadi sangat penting. Keterlibatan peneliti merupakan suatu keharusan dalam impor sapi ini dalam rangka keberhasilan pemenuhan kebutuhan daging nasional. Tanpa evaluasi yang ilmiah, impor sapi ini menjadi sebuah kegiatan yang akan menghabiskan anggaran saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun