Kata diatas memang sudah sering kita dengar, bahkan selalu diucapkan kalau seseorang mengalami kegagalan dalam melakukan atau merebut sesuatu yang dinginkan. Tetapi sekarang saya ingin bercerita tentang kegagalan merupakan kunci keberhasilan yang saya alami di dunia pendidikan sejak saya akan memasuki sekolah menengah atas hingga menjadi mahasiswa di Paris.
Kegagalan yang pertama kali saya alami adalah ketika orang tua saya melarang saya untuk melamar sekolah SMA Unggulan Yayasan Soposurung yang didirikan oleh TB Silalahi. Saya dilarang mengikuti seleksi masuk sekolah ini karena diprediksi sekolah ini akan bubar setelah TB Silalahi tidak menjadi MENPAN lagi, namun prediksi itu salah karena sekolah ini masih ada hingga saat ini. Sekolah ini adalah sekolah yang sangat difavoritkan pada tahun 1998 buat anak sekolah lulusan SMP, karena sistem pendidikannya sama dengan SMA taruna Nusantara Magelang dan kita mendapatkan seluruh kebutuhan hidup dan sekolah secara gratis di sekolah ini, dan akhirnyapun saya batal melamar sekolah ini.
Sebagai pilihan lain saya melamar ke SMA Plus Mata Uli yang didirikan oleh Akbar Tanjung di Sibolga. Sekolah ini juga sekolah unggulan dan banyak pelajar yang bercita cita masuk di SMA Plus ini. Saya ikut melamar untuk seleksi di sekolah ini, tetapi ternyata saya hanya diterima di kelas C, artinya di kelas C saya hanya mendapat uang sekolah gratis, selainnya harus saya persiapkan baik makan maupun tempat tinggal. Akhirnya orangtua saya pun tidak mengijinkan saya melanjut di SMA Matauli di Sibolga. Gagal sudah akhirnya cita-cita melanjut di SMA unggulan.
Akhirnya saya melanjut di SMA Negeri 1 Narumonda Porsea, dimana tempat bapak saya menjadi guru akuntansi. Disekolah ini lah saya habiskan selama tiga tahun. Selama tiga tahun, saya belajar dengan baik, dengan prestasi tidak begitu buruk, juara kelas selalu menjadi jatah saya. Walaupun SMA saya ini tidak terkenal, tetapi tawaran PMDK berdatangan dari berbagai kampus di Indonesia. Panggilam untuk PMDK ke UGM, USU dan IPB berdatangan, tetapi IPB lah yang menerima saya menjadi mahasiswa Fakultas Peternakan. Walaupun gagal menjadi siswa SMA unggulan,tetapi saya berhasil masuk ke IPB sebagai salah satu universitas terbaik di Indonesia, dan saya bersyukur atas keberhasilan diterima di IPB.
Sebenarnya, saat saya melamar S1 di IPB, saya memilih jurusan Ilmu Komputer, Teknologi Pangan dan yang terakhir adalah Ilmu Produksi Peternakan. Saya ambil jurusan peternakan karena saya kira persaingan tidak sesulit di jurusan lainnya, dan dugaan saya benar. Saya berprinsip lebih baik kuliah di Jurusan yang tidak terkenal tetapi di Universitas terkenal daripada kuliah di jurusan terkenal tetapi di Universitas yang tidak terkenal. Saya gagal masuk pada jurusan Ilmu Komputer dan Ilmu pangan yang sangat terkenal di IPB, tetapi saya berhasil di fakultas peternakan. Sesuatu yang saya dapat setelah kuliah di IPB adalah bahwa dari fakultas peternakan saya belajar bahwa Indonesia itu luas. Mengapa saya katakan demikian? Karena selama saya menjadi mahasiswa peternakan, saya telah keliling beberapa provinsi di indonesia untuk melakukan survey peternakan.
Kegagalan yang saya alami lagi adalah setelah menyelesaikan S1 saya memulai melamar kerja, tetapi saya selalu ditolak. Pernah suatu ketika saya melamar di salah satu bank swasta terkenal di Indonesia, saya melamar menjadi Marketing Supervisor, tetapi setelah saya menunggu dua jam, saat saya dipanggil masuk ke ruang wawancara, saya langsung disuruh pulang karena tinggi badan saya tidak mencukupi untuk lowongan tersebut. Saya sangat kecewa dan bercita-cita tidak akan melamar pekerjaan lagi. Kegagalan melamar pekerjaan mendorong saya membuka usaha rental sepeda motor dan mobil di sekitar IPB. Usaha rental mobil dan motor akhirnya berjalan dan saya punya penghasilan untuk menyambung hidup. Karena usaha yang saya mulai berjalan lancar maka saya pun akhirnya meneruskan kuliah ke jenjang S2.
Kegagalan melamar kerja mendorong saya melanjut ke S2, dengan prestasi yang sedikit menggembirakan ditahun pertama saya mendapatkan beasiswa dari PT. Indonesia Asahan Aluminium, yang merupakan perusahaan gabungan antara jepang dan Indonesia, tahun kedua kemudian saya mendapatkan beasiswa dari Tanoto Foundation. Beasiswa yang saya terima ini sangat membantu kelancaran studi saya selam S2, dan saya akhirnya lulus tahun 2011.
Kegagalan berikutnya yang saya alami adalah saya gagal menjadi mahasiswa S3 di Fakultas Peternakan IPB tahun 2011, padahal saya sudah mendapatkan beasiswa unggulan program doktor dari DIKTI. Akhirnya tahun berikutnya saya pun tidak menyerah dengan kembali melamar S3 di Fakultas Kedokteran Hewan IPB dan akhirnya saya pun berhasil diterima menjadi mahasiswa doktor Biologi Reproduksi pada tahun 2012 dengan beasiswa DIKTI.
Kegagalan berikutnya yang saya alami adalah pada tahun 2013 juga saya melamar pertukaran pelajar selama 6 bulan ke China. Tetapi dibalik kegagalan ini, saya diterima mengikuti program Double Degree Indonesia Perancis (DDIP). Sesuatu yang tidak saya rencanakan akhirnya sekarang saya sampai diperancis. Saya menjadi sangat yakin bahwa disetiap kegagalan akan menyusul keberhasilan.
Kegagalan yang terakhir yang saya alami adalah kegagalan menjadi ketua PPI Paris. Saya sudah berusaha maksimal dengan cara yang halal untuk menjadi yang terbaik, tetapi tuhan berkata tidak. Mungkin saya harus berhasil menjadi ketua organisasi lain.
Saya sangat bersemangat dalam melakukan segala hal, terutama berjuang untuk mendapatkan yang saya impikan, tetapi juga harus dipersiapkan secara mental bahwa kegagalan bukan akhir dari segalanya. Saya masih percaya bahwa kegagalan adalah kunci keberhasilan, tetapi keberhasilan akan datang jika kita meningkatkan kualitas diri kita.