Bibirku kelu.
“Kalo ditanya jawab!”
Mulutku gagu.
Entah siapa yang memukul wajahku lebih dulu. Lihat luka ini! Ini hasil perbuatan biadab mereka! Entah berapa helai rambut yang tercabut dari kulit kepalaku. Tangan-tangan serigala mereka telah menjamah kulitku, menarik seragamku hingga robek.
Ini rahasia, hanya antara aku dan temanku. Aku bercerita padanya, apa yang harus aku lakukan? Ku katakan padanya, “Diammu membantuku, maka dari itu tetaplah diam dan jangan berkomentar, apalagi sampai membuatku terlihat lemah di hadapan mereka. Aku ingin terlihat kuat!”. Perlahan aku menjauh dari sudut kamarku, menyadari bahwa aku hampir gila.
Aku terduduk di meja belajar favoritku. Ya, gunting. Sekilas pikiran setan merasuki, mengalahkan akal sehatku. Mungkin kilatan ini adalah malaikat pencabut nyawaku. “Hahahaha!!!”. Dia tertawa. Aku tidak bisa melawannya. Biarlah luka di tubuhku bertambah satu, itu tidak akan seberapa dibanding dengan luka-luka yang mereka ukir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H