Mohon tunggu...
Nur Nurdianto
Nur Nurdianto Mohon Tunggu... lainnya -

Selalu ingin belajar dimanapun kapanpun

Selanjutnya

Tutup

Politik

Merajut Jejak Keindahan

4 April 2014   17:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:05 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah ikut berdemonstrasi? Entah itu zaman kuliah atau pun zaman dah tua seperti saat ini. Demonstrasi memang gak jadi milik mahasiswa saja. Mulai dari taman kanak-kanak sampai nenek ikut berdemo, mulai demo penggusuran sampai harga kedelai naik. Namun ada yang terasa menggelitik pada saat sekelompok mahasiswa berdemo di kampusnya sendiri malah merusak segala fasilitas perkuliahan. Ah…rasanya kok jadi ikutan gemes, lah kok tega-teganya mahasiswa dengan raut emosi merusak. Duh, kayaknya kok label kaum intelek gak cocok. Apa karena lagi emosi jadi label tersebut gak berlaku ya? Ironis

Teringat beberapa tahun yang lalu, ketika demo menjadi sebuah kenangan tak terlupakan. Mengapa? Wah ternyata demo itu juga ada etikanya. Gak asal teriak, membuat macet jalanan. Saat berdemo pun ada struktur organisasinya. Mulai dari koordinator lapangan, seksi peralatan, keamanan, advokasi, logistik, sampai pengobatan. Sederhana sih…tetapi yang penting misi yang akan dibawa dapat disampaikan dan dengan cara yang benar. lalu bagaimana sekelompok mahasiswa dapat berbuat anarki? Sedih. Karena sekelompok mahasiswa tersebut tidak meninggalkan jejak keindahan bagi kampusnya…..

Andaikan sekelompok mahasiswa yang berbuat anarki tersebut nonton Nanny 911 (dahulu acara reality show di metro tv setiap sabtu dan minggu sore pukul 16.00) dan mau menerapkannya, saya yakin mereka gak akan mau merusak kampus, berteriak, saling melempar, dan emosional. Loh kok gitu?

Semenjak pertama kali menonton acara tersebut, akhirnya ada benang merah yang tersimpul di balik tindakan sekelompok mahasiswa yang berbuat.

Dari hasil evaluasi para Nanny biasanya faktor penyebab “kegaduhan keluarga” adalah teladan orang tua. Mengapa? Orang tua yang suka berteriak, emosional, maka jangan harapkan anak -anak menjadi kalem. Orang tua yang tidak saling menghormati jangan harap anak-anaknya mau menghormati. Orang tua yang tidak harmonis dalam komunikasi jangan harap anak mau curhat dengan orang tua. Masih banyak contoh tindakan yang tanpa disadari menjadi teladan bagi anak mereka. Ah…begitu besarnya pengaruh tindakan orang tua terhadap anaknya.

Memang benar, anak adalah CD blank yang siap menerima burning apapun… siap mengcopy paste tindakan orang tuanya. So…tindakan anarki sekelompok mahasiswa tersebut merupakan teladan bagi semua orang yang melihat di televisi. Teladan primitif…Bukankah nantinya mereka juga akan menjadi orang tua? Tentunya dengan niat untuk merajut jejak keindahan, kita ingin menjadi teladan bagi anak, keluarga, dan masyarakat.

Demo Masa Kini

Tanggal 26 Maret 2014 yang lalu, saya pun ikut demo. Kali ini suasananya berbeda. Segenap elemen perwakilan karyawan bergerak untuk menunjukan kepedulian terhadap kasus sengketa lahan dan penganiayaan yang dilakukan oleh oknum provokator. dengan menumpang 70 an truk kami menuju alun-alun Sragen untuk bertemu pejabat terkait (Polres, Bupati, Kejaksaan, DPRD). Kalau teriak-teriak ya pasti...cuman ya  agak membuat macet. Tetapi sekali kali tetap menjaga etika dengna tidak berbuat anarki.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun