Melalui perspektif semiotik, media sosial tidak sekadar media komunikasi, melainkan ruang produksi makna di mana bahasa terus-menerus direnegosiasikan. Algoritma platform, preferensi pengguna, dan dinamika sosial berinteraksi membentuk ekosistem linguistik yang hidup, di mana makna tidak statis namun selalu dalam proses penciptaan dan transformasi berkelanjutan.
Fenomena ini menandakan pergeseran fundamental dalam cara manusia mengonstruksi dan berbagi pengalaman. Media sosial telah mengubah bahasa dari sekadar alat komunikasi menjadi ruang di mana identitas, budaya, dan realitas sosial secara konstan dibentuk, dimaknai, dan dimaknai ulang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI