Dalam konteks ketahanan pangan dan keberlanjutan lingkungan, penggunaan pupuk organik menjadi semakin penting, terutama di tengah meningkatnya penggunaan pupuk kimia yang berpotensi merusak ekosistem.
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 64 Tahun 2013 tentang Sistem Pertanian Organik merupakan langkah penting dalam mendukung pengembangan pertanian organik di Indonesia. Dalam konteks globalisasi dan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya produk yang sehat dan ramah lingkungan, regulasi ini memiliki potensi untuk meningkatkan kualitas dan kepercayaan konsumen terhadap produk pertanian organik.
Pupuk adalah sebuah komponen yang dianggap begitu penting untuk peningkatan produksi tanama. Dewasa ini pemakaian pupuk agak berganti peran dari kimia sekarang cenderung digunakan pupuk organik. Hal tersebut dikarenakan pemakaian jenis organic untuk jangka yang panjang mampu memberi peningkatan produktivitas lahan dan mampu mencegah
degradasi pada lahan (RosmarkandanYuwono, 2002).
Kotoran kambing kaya akan bahan organik, yang berfungsi meningkatkan struktur tanah, meningkatkan kapasitas retensi air, dan memperbaiki aerasi tanah, Kotoran kambing biasanya memiliki pH yang relatif seimbang, sehingga tidak menyebabkan perubahan drastis pada pH tanah saat diaplikasikan. Kotoran kambing memiliki beberapa kandungan yang membuatnya sangat cocok digunakan sebagai pupuk organik padat. Berikut adalah beberapa kandungan utama dan manfaatnya:
Nitrogen (N): Penting untuk pertumbuhan vegetatif tanaman, membantu dalam pembentukan daun dan batang.
Fosfor (P): Mendukung perkembangan akar dan pembungaan, serta meningkatkan kualitas buah.
Kalium (K): Meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit dan stres, serta berperan dalam proses fotosintesis.
Proses pembuatan pupuk organik padat dari kotoran kambing melalui metode alami, yaitu:
- Siapkan lahan untuk mengolah pupuk yang terbebas dari genangan air.
- Hancurkan kotoran kambing menggunakan alat yang tersedia.
- Buatlah lapisan-lapisan bahan pembuatan pupuk padat dengan mencampur kotoran  kambing bersama kapur pertanian, sekam, atau bekas gergajian hingga ketebalannya mencapai 20-30 cm.
- Siapkan ember yang sudah diisi dengan bakteri EM4 sesuai dosis dan beri air secukupnya.
- Biostimulan EM4 yang diencerkan, Sejumlah liter EM4 diencerkan dengan air sumur sebanyak 40 liter. Feses kambing ditimbun atau dikumpulkan pada dua buah lubang petak tanah yang disediakan dan dilakukan dengan menyiramkan larutan EM4 sedikit demi sedikit agar merata.
- Campuran feses kambing dan EM4 tadi ditutup dengan plastik terpal untuk mengurangi masuknya oksigen, karena proses fermentasi dan dekomposisi atau penguraian membutuhkan kondisi anaerob. Pembalikan bahan kompos dilubang pengomposan diaera bedeng dilakukan untuk menyeimbangkan temperature dan membantu pematang proses decomposer. Pemalikan tidak dilakukan dalam hitungan hari, tetapi 3 minggu sekali. Â Proses penguraian decomposer menggunakan bantuan EM4 akan selesai dalam waktu 4 minggu samapi dengan 1 bulan. Hasil pengomposan menggunakan EM4 menunjukkan peningkatan kandungan total calcium dan magnesium sebesar 848,96 dan 895.49 ppm (ince dkk,2017) Bakteri EM4 akan memacu proses penguraian material dalam feses kambing. Mikroorganisme dan juga bakteri pada EM4 (Streptomyces sp., Pseudomonas fluorescens, Bacillus spp., and Serratia spp.) menghambat pertumbuhan bakteri pathogen dan aneka virus (soesanto dkk, 2014).
- Feses yang telah hancur sempurna oleh proses penguraian oleh bakteri dalam EM4 menjadikompos menunjukkan profil seperti bentuk butir-butiran halus berwarna kehitaman dan berbau tanah atau relatif tidak berbau dipanen. Panen dilakukan dengan menggunakan pacul, tumpukan butiran-butiran hancuran feses diambil lalu dimasukkan kedalam karung dan dibawa menggunakan gerobak dorong ke halaman tempat penjemuran. Butiran-butiran hancuran yang telah jadi di selanjutnya dikeringkan dengan dijemur di bawah sinar matahari selama beberapa hariberalaskan terpal plastik.
- Pupuk fermentasi organik yang sudah jadi ditandai dengan tidak berbau menyengat, tidak panas, tidak adanya penggumpalan, dan kelembapan masih terjaga. Fermentasi dianggap berhasil jika tidak berbau, tidak berjamur, dan suhu tidak panas (Ilham & Mukhtar, 2018).
- Setelah proses Fermentasi selesai, pupuk padat siap digunakan sebagai pupuk organic yang ramah lingkungan dan dapat meningkatkan kualitas tanah serta pertumbuhan tanaman.
Parameter dari kualitas pupuk kandang yang dianalisis antara lain pH, C-organik, N, P, K, rasio C/N, dan kadar air. Pupuk yang telah matang memiliki ciri-ciri, yaitu berwarna coklat tua hingga hitam, remah, memiliki suhu ruang, dan tidak berbau. Setelah dilakukan fermentasi selama satu pekan tidak ada perubahan yang terjadi pada pupuk kompos tersebut, hal yang dapat dikatakan memenuhi persyaratan kompos matang dan secara umum sesuai dengan parameter yang dipersyaratkan oleh Permentan Pupuk Organik atau SNI Kompos 2004, yaitu di akhir proses pengomposan memiliki suhu 26 C; pH 7.3 dan kelembapan 53%.
Referensi: