Oleh: Anty Santy Ahsanty
Kejujuran adalah topic pembicaraan yang mahal. Tak ubahnya ibarat barang langka, namun banyak konsumen yang mengincarnya. Sangat mudah dalam teori, akan tetapi amat sulit ketika di praktikkan. Apalagi di jaman instant ini terasa susah sekali mencari orang yang jujur atau yang bisa dipercaya. Tak urung, orang kepercayaan pun bisa menjadi musuh dalam selimut.
Demi mengejar persaingan bisnis, persaingan posisi, kesenjangan social, kesulitan ekonomi atau pun kepentinga lainnya tak jarang dapat membutakan prinsip kejujuran.Bahkan dalam dunia pendidikan, banyak terjadi kecurangan yang terjadi untuk mendapatkan prestasi yang terbaik. Hal ini sering kita temukan ketika acara UN yang rutin tiap tahun diadakan, dan pasti akan muncul berita siswa yang mencontek, membawa kunci jawaban dan lain sebagainya. Mereka sudah tidak memperdulikan proses, tapi mereka lebih memengtingkan hasil yang terbaik walau dengan cara yang melanggar syariat.
Sangat tragis bila para pelajar sudah belajar untuk mendapatkan hasil dengan instant, karena itu merupakan pelajaran yang akan menjadikan orang itu menjadi seorang koruptor. Kemudian bagaimana ketika praduga “siapa yang polos tidak lolos”, ini yang semakin mewabah di kalangan dunia persaingan. Apakah wabah ini bisa terobati? Lalu apa obat yang paling tepat? Jawabannya tentu kembali kepada islam, mempelajari ajaran-ajarannya dan mengamalkannya adalah obat yang paling tepat.
Wahai saudaraku kaum muslimin, sesungguhnya agama islam adalah agama yang menjunjung tinggi kejujuran. Baginda Nabi Muhammad SAW pun seorang yang mendapat gelar al amin (orang yang dapat dipercaya) di masa itu, karena beliau melandasi setiap tindakannya diatas prinsip kejujuran.
Dalam beberapa ayat Al-Qur’an, Allah SWT telah menyeru orang-orang yang beriman agar bersikap jujur. Diantara firman-Nya dalam QS. At Taubah ayat 119 yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur.”
Allah juga berfirman dalam QS. Al-Ahzab ayat 70 yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang beran (diantara perkataan yang benar adalah jujur).”
Kandungan kedua ayat diatas, Allah SWT memanggil kepada orang-orang beriman agar mereka bertaqwa dan berjalan bersama orang-orang yang jujur. Mengisyaratkan bahwa konsekuensi orang yang mengikrarkan dirinya beriman kepada Allah SWT, hendaknya dia bertaqwa. Dan salah satu bentuk taqwa dia kepada sang pencipta adalah melandasi semua perkataan dan perbuatan diatas prinsip kejujuran. Karena kejujuran itu merupakan tanda kesempurnaan iman dan taqwa dia kepada Allah SWT.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H