T
idak ingin terjadi bencana lagi seperti tahun-tahun sebelumnya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jember telah menyiapkan beberapa strategi dalam menghadapi musim penghujan ini. Untuk mengetahui hal tersebut, pihak wartawan Poedjangga Pos kemarin Kamis (11/12/2014) telah berhasil mewawancarai kepala BPBD Kabupaten Jember.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Jember, Suhanan mengatakan, dalam menghadapi bencana yang mungkin terjadi di musim penghujan ini tentunya ada tiga tahap yang perlu dilakukan. Ketiga tahap itu antara lain tahap prabencana, tahap saat terjadinya bencana, dan tahap pascabencana. Tahap pertama atau prabencana berupa tindakan preventif, kemudian tahap kedua yakni tindakan yang dilakukan ketika bencana itu terjadi, kemudian tahap pascabencana berupa tindakan yang dilakukan ketika bencana sudah usai.
Dia menjelaskan, tahap pertama dilakukan untuk antisipasi dengan cara sosialisasi kepada masyarakat tentang tempat-tempat yang rawan terjadi bencana. Adapun beberapa jenis bencana yang kemungkinan terjadi di kawasan Jember, antara lain banjir, tanah longsor, angin puting, banjir bandang, tsunami, gunung berapi, air genangan, dan lainnya. Seperti contoh, daerah-daerah yang berada di dekat pantai telah dilakukan sosialisasi serta penyiapan sarana prasarana guna untuk mencegah terjadinya bencana tsunami. Dalam rangka antisipasi bencana tersebut, pihak BPBD Kabupaten Jember telah membangun tujuh sistem peringatan dini atau Early Warning System (EWS) yang dipasang di enam kecamatan. Cara kerja alat ini yakni saat terjadi bencana tsunami maka secara otomatis akan mengeluarkan bunyi sirine.
Ketujuh EWS itu dipasang di desa terdekat dengan laut selatan Jember yakni Dusun Bandealit Desa Andongrejo Kecamatan Tempurejo, Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu, Desa Lojejer Kecamatan Wuluhan, Desa Puger Kulon Kecamatan Puger, Desa Kepanjen Kecamatan Gumukmas, dan Desa Paseban Kecamatan Kencong. Dari enam desa itu, satu desa yakni Puger Kulon, mendapatkan dua unit EWS karena jumlah penduduknya banyak, dan cakupan wilayahnya luas yakni sampai ke Desa Puger Wetan dan Mojomulyo Kecamatan Puger.
“Begitu juga untuk gunung berapi Raung yang sudah berstatus waspada, pihak BPBD sudah menyediakan tempat untuk evakuasi di sejumlah titik seperti di Kecamatan Sumberjambe, Kecamatan Ledokombo, dan Kecamatan Silo. Sosialisasi juga telah dilakukan ke daerah-daerah yang rawan longsor seperti Kecamatan Patrang, Kecamatan Sumbersari, Kecamatan Arjasa, Kecamatan Bangsalsari, Kecamatan Silo,” katanya.
“Pada tahap saat terjadinya bencana, maka pihak BPBD dengan bantuan pihak terkait langsung terjun kelapangan tempat terjadinya bencana untuk mengevakuasi korban, mem-berikan bantuan, dan sebagainya. Sedangkan untuk tahap pascabencana, maka dilihat terlebih dahulu tentang kerusakan yang diakibatkan dari bencana itu. Jika bencana itu merusak tempat perekonomian seperti pasar, kami mencoba membangun kembali. Jika bencana itu merusak tempat tinggal korban, ya kami bantu mereka dala membangun rumahnya. Jika itu merusak tempat pendidikan, maka kami akan bangun kembali tempat tersebut,” tuturnya.
Dia juga menegaskan, kinerja dari APBD menyesuaikan dengan kondisi dan situasi, sebab pihaknya hanya bertugas mengkoordinasikan dengan dinas instansi terkait. “Kami akan berkoordinasi dengan dinas pendidikan jika ada sangkut pautnya dengan pendidikan, Dinas PU Bina Marga jika bersangkut paut dengan Jalan, Dinas PU Cipta Karya jika bersangkutan dengan sarana dan prasarana umum, atau Dinas PU Pengairan jika bersangkutan dengan keperluan pengairan orang banyak,” terangnya. []
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H