Mohon tunggu...
A Muntaha Afandie
A Muntaha Afandie Mohon Tunggu... Administrasi - Berkelana di padang kata dan samudera makna

Alumnus International Islamic Call College, Libya. Kini, sedang konsentrasi pada kajian Linguistik Arab Modern, Program Pascasarjana Universite de la Manouba. \r\n\r\nBelajar menulis di blog pribadi: www.muntahaafandi.web.id\r\n

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Purifikasi

4 Januari 2012   06:03 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:21 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13256542422026255352

udara musim semi berhembus halus aku duduk di kantin menikmati segelas cappucino dan sepotong kibdah sambil membaca arsip berita tiba-tiba aku melelehkan air mata melihat keganasan dan kebiadaban atas nama agama kami memang generasi bebal mengantuk terun-ayun oleh kejayaan islam di masa silam kami tidak mampu meresapi intisari emanasi samawi tidak pula memahami pesan-pesan nabawi namun, kami selalu bertindak atas nama agama dan mengklaim kebenaran tunggal kawan, islam terlanda gelombang zaman yang suram spirit kerahmatan lil alaminan islam terhempas klaim semu pemurnian agama atas quran dan sunnah tapi aku berusaha keras menggunakan otak waras dan telinga agar selalu menjaga dan mendengar suara langit yang membisikkan menjaga ajaran islam toleran biar pun tersingkir ke sudut yang asing agama seperti ranting kering yang dibakar menyalakan api permusuhan oleh semangat beragama yang berlebihan awal semuanya terjadi atas nama purifikasi yang mencangkok mazhab salafi yang bertolak-belakang dengan ajaran nabi ooh, sampah purifikasi ooh, doktrin sempit quran-sunnah yang tak tentu arah buat agama jadi tak punya rupa erosi agama tampak di depan mata : kekerasan berkedok agama ada di mana-mana gereja dibom, jamaah shalat jumat dibom, tempat-tempat hiburan dihancurkan hotel dibom semua atas nama mitos imbalan bidadari bagi para pengantin tuhan di surga nanti Libya, musim semi 2010

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun