Mohon tunggu...
santriishaka2
santriishaka2 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa PPG Calon Guru Tahun 2024

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pembelajaran Berdiferensiasi Sebagai Solusi Keberagaman Kebutuhan Belajar Siswa

4 Januari 2025   12:10 Diperbarui: 4 Januari 2025   12:07 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Setiap siswa datang ke sekolah dengan membawa keunikan dan keragaman yang melekat pada diri mereka masing-masing [1]. Keberagaman ini mencakup berbagai aspek yang mempengaruhi cara siswa menerima, memproses, dan menerapkan konsep matematika yang diajarkan. Salah satu aspek penting adalah gaya belajar. Beberapa siswa memiliki gaya belajar visual, yang lebih mudah memahami konsep melalui grafik, diagram, dan presentasi visual. Ada pula siswa dengan gaya belajar auditori, yang belajar lebih baik melalui penjelasan verbal, diskusi, atau mendengarkan penjelasan guru. Sementara itu, siswa dengan gaya belajar kinestetik cenderung lebih paham ketika belajar melalui aktivitas fisik, manipulasi objek, atau simulasi langsung [2].

Selain gaya belajar, keberagaman juga terlihat pada tingkat pemahaman siswa. Beberapa siswa mampu dengan cepat memahami konsep matematika, sementara lainnya memerlukan waktu tambahan dan penjelasan lebih mendalam untuk menguasai materi. Tingkat pemahaman ini sering kali dipengaruhi oleh pengalaman belajar sebelumnya, akses ke sumber belajar, dan dukungan lingkungan. Kemampuan pemahaman konsep matematika yang dimiliki siswa sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa [3].

Minat siswa terhadap matematika juga beragam. Sebagian siswa menunjukkan antusiasme tinggi karena menganggap matematika relevan dengan kehidupan sehari-hari atau masa depan mereka. Siswa yang memiliki minat yang besar terhadap pelajaran matematika akan termotivasi untuk memahami materi secara mendalam sampai ia memahaminya [4]. Namun, ada pula siswa yang kurang berminat karena merasa materi terlalu sulit atau tidak melihat manfaat langsungnya.

Faktor lain yang memengaruhi adalah latar belakang sosial-budaya. Pengalaman, kebiasaan belajar, dan nilai-nilai yang dianut siswa dipengaruhi oleh lingkungan keluarga dan budaya tempat mereka tumbuh. Misalnya, siswa dari keluarga dengan akses pendidikan yang baik cenderung memiliki kemampuan lebih dalam memahami konsep, sedangkan siswa dengan akses terbatas mungkin memerlukan pendekatan tambahan untuk mengejar ketertinggalan. Dengan kata lain, budaya kehidupan siswa turut memberikan kontribusi untuk siswa merasa lebih nyaman dan percaya diri dalam membahas konsep-konsep matematika [5].

Keberagaman ini memberikan tantangan sekaligus peluang dalam pembelajaran matematika. Di satu sisi, guru menghadapi tantangan untuk menyesuaikan metode pembelajaran agar dapat menjangkau semua siswa, mengatasi kesenjangan pemahaman, serta membangkitkan minat belajar siswa yang rendah. Namun, di sisi lain, keberagaman ini juga membuka peluang untuk menerapkan pembelajaran yang lebih inklusif, interaktif, dan berpusat pada siswa. Dengan strategi yang tepat, seperti penggunaan metode diferensiasi dan teknologi pendidikan, keberagaman ini dapat menjadi kekuatan untuk menciptakan pembelajaran matematika yang efektif, relevan, dan bermakna bagi semua siswa. Pembelajaran berdiferensiasi diyakini sebagai cara yang efektif untuk menjawab tantangan pendidikan yang dihadapi saat ini [6]

Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pendekatan pembelajaran yang mengakui perbedaan individual siswa dan menyediakan pengajaran, materi, dan strategi pembelajaran yang disesuaikan berdasarkan kebutuhan belajar siswa [6]. Pendekatan ini bertujuan untuk memberikan pengalaman belajar yang sesuai dengan kemampuan, gaya belajar, serta minat siswa, sehingga setiap individu dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Pembelajaran berdiferensiasi dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika karena hampir topik dapat diadaptasi untuk memenuhi kebutuhan siswa yang beragam [7]. Carol Ann Tomlinson, salah satu pakar dalam diferensiasi pembelajaran, menyatakan bahwa diferensiasi melibatkan adaptasi terhadap konten, proses, produk, dan lingkungan pembelajaran berdasarkan kebutuhan siswa.

Konten dalam pembelajaran diferensiasi mencakup materi atau informasi yang diajarkan kepada siswa [8]. Guru dapat menyediakan berbagai tingkatan materi matematika, mulai dari konsep dasar hingga soal-soal tingkat lanjut, untuk mengakomodasi perbedaan kemampuan siswa. Misalnya, siswa dengan kemampuan tinggi dapat diberikan tantangan tambahan melalui soal-soal yang lebih kompleks, sementara siswa yang memerlukan bantuan dapat diberikan materi dasar yang lebih sederhana atau bimbingan lebih intensif. Selain itu, konten juga dapat disajikan dalam berbagai format, seperti teks, video, atau media interaktif, untuk mengakomodasi gaya belajar siswa yang berbeda.

Diferensiasi roses merujuk pada cara siswa belajar atau berinteraksi dengan materi pelajaran. Dalam pendekatan diferensiasi, guru dapat menggunakan berbagai metode pembelajaran, seperti diskusi kelompok, eksperimen, permainan edukatif, atau pembelajaran berbasis proyek. Metode ini memungkinkan siswa untuk belajar sesuai dengan gaya mereka, baik itu visual, auditori, maupun kinestetik. Sebagai contoh, siswa dengan gaya belajar visual dapat menggunakan diagram atau grafik, sedangkan siswa kinestetik dapat melakukan eksperimen langsung. Diferensiasi proses juga dianggap relevan dengan materi yang dipelajari dalam pembelajaran matematika [9]

Dalam penerapan diferensiasi produk guru memberikan kebebasan dan pilihan kepada siswa untuk mengekspresikan hasil belajar sesuai dengan kebutuhan dan minat belajar setiap siswa [10]. Misalnya, siswa dapat memilih untuk membuat presentasi, menulis esai, menghasilkan poster, atau menyusun proyek digital. Dengan memberikan opsi ini, siswa dapat menunjukkan pemahaman mereka sesuai dengan minat dan kemampuan masing-masing.

Lingkungan pembelajaran yang mendukung adalah faktor penting dalam diferensiasi. Keberhasilan strategi diferensiasi juga bergantung pada pengelolaan kelas sehingga guru perlu menciptakan suasana kelas yang inklusif, aman, dan nyaman bagi semua siswa (Vera Rosalina, 2023). Hal ini mencakup pengaturan fisik ruang kelas, seperti menyediakan area untuk belajar mandiri, kelompok, atau diskusi, serta membangun budaya kelas yang menghargai perbedaan. Dengan lingkungan yang positif, siswa merasa didukung untuk belajar tanpa rasa takut atau tertekan, sehingga mereka dapat berkembang sesuai dengan potensi mereka.

Menerapkan strategi diferensiasi dalam pembelajaran matematika menghadirkan berbagai tantangan yang kompleks dan membutuhkan solusi yang inovatif. Salah satu tantangan utama adalah keterbatasan waktu yang dimiliki guru untuk merancang materi dan aktivitas yang sesuai dengan kebutuhan beragam siswa dalam satu kelas. Merancang pembelajaran yang menyesuaikan tingkat pemahaman, gaya belajar, dan minat setiap siswa seringkali membutuhkan perencanaan yang mendalam dan berulang, yang sulit dilakukan dalam keterbatasan waktu harian seorang guru. Selain itu, jumlah siswa yang besar dalam satu kelas menambah beban kerja guru, karena memantau perkembangan individu setiap siswa menjadi tugas yang menuntut perhatian ekstra. Dalam situasi ini, siswa dengan kebutuhan khusus atau yang memerlukan perhatian lebih berisiko terabaikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun