Mohon tunggu...
Kang NAS
Kang NAS Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penggemar puisi

Laki-laki paruh baya penggemar puisi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi dan Cinta

4 Agustus 2021   07:00 Diperbarui: 4 Agustus 2021   07:14 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Puisi ini terbuat dari mata danau yang bisa kau selami seliat susu dalam lipatan. Suatu waktu, kau membacanya. Bibirmu pagi. Aku terpana seolah hendak menggigit lentik embun ujung daun.

Puisi ini terbuat dari rambut pantai yang menjejakkan kaki pada buih yang tersapu ombak. Saat itu, langkah kakimu perdu. Seperti membaca sepi saat lentera padam di persimpangan hati.

Puisi ini sama saja dengan cinta. Keduanya tak menyediakan kitab tafsirnya. Namun aku ingin mengeja abjadnya di setiap detak jantungmu.

SIDOARJO, JULI 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun