mak.... Sekarang pagi sudah tak lagi kelihatan, lantaran mendung Juga saya tak bisa melihat pagi dari tetesan embun Karena sisa hujan dan embun pagi adalah sama...BANJIR mak.... Apa kalau masih hidup bapak suwargi masih bisa menghitung musim? Cucumu sudah tak bisa lagi membedakan mongso rendeng dari mongso ketigo Karena menghitung hari hanya dengan angka-angka Teknologi menjadi agama, Agama menjadi materi diskusi Nurani tak lagi berarti mak.... Kemaren harga cabai meninggi, saya menanam cabai, sekarang harganya merendah, maka petani2 bangrut Petani selalu bangrut Tapi kata bapak, jangan pernah lelah menanam Menanam itu membungkuk menghormat bumi Seperti kala emak menanam padi, mesti terik tapi dingin dihati Bukankah emak dan bapak suka prosesnya Tak penting panen berapa mak.... Katamu berharap itu penting Karena kita menjadi dekat dengan gusti Allah Saat menanam... Berharap sawah besok menjadi hijau Lalu kita berdoa kepada gusti Allah Saat padi mulai meghijau menghampar-hampar Berharap padi lekas berbulir-bulir Lalu kita berdoa kepada gusti Allah Saat padi berbulir-bulir Berharap panen segera tiba Lalu kita berdoa kepada gusti Allah Saat panen tiba, kita bersyukur kepada Allah Ataupun apabila bangrut... Bukankah itu yang menyambungkan kita kepada kalimatNya Innaa lilaahi wa inna ilaihi raaji'un Lalu Allah menggolongkan kita kelompok orang2 yang sabar mak.... Kata bapak, petani itu harus sabar Apabila Iklas, semoga nanti masuk surga seperti angin ____________________________________________________________________________ QS.Al baqara (2) (155) Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparn, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (156) (yaitu) orang2 yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan Innaa lillaahi wa inna ilaihi raaji'un (157) Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. Nuwun Catatan, gambar di copi dari photo.net
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H