Tidak meratanya akses terhadap fasilitas pendukung ekonomi digital akan menghambat pertumbuhan ekonomi negara berkembang. Pelaku bisnis di negara berkembang, terutama industri rumahan, akan sulit bersaing dengan perusahaan-perusahaan dari negara maju.
Energi Bersih
Komitmen dunia untuk transisi menuju penggunaan energi bersih (energi terbarukan) ternyata tidak sesederhana yang dipikirkan sebelumnya. Pecahnya perang di Ukraina memicu potensi krisis energi di Eropa, memaksa dihidupkannya kembali pembangkit listrik batu bara.
Ancaman resesi ekonomi juga menghantui negara maju, mengindikasikan kecilnya dana yang dapat dialokasikan untuk kampanye penggunaan energi bersih di negara berkembang. Komitmen transfer teknologi energi terbarukan yang digembar-gemborkan sebelumnya juga seakan pupus.
Sebagai penutup, penulis ingin membakar kembali semangat Indonesia sebagai pemimpin G20 tahun ini. Indonesia perlu menyuarakan dengan lantang agenda lingkungan pada KTT G20 mendatang. Kita tidak punya banyak waktu, alih-alih saat ini, untuk membuat pemimpin dunia sadar bahwa tanpa lingkungan hidup yang lestari, pertumbuhan ekonomi tidak akan berarti apa-apa.Â
"The message is simple: those who fail to bet on a green economy will be living in a grey future", says @UN chief @antonioguterres at #OnePlanet Summit in Paris, on the second anniversary of the #ParisAgreement pic.twitter.com/cOZd2VKpOT--- UN Climate Change (@UNFCCC), 2017
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H