Mohon tunggu...
Santosa SPd
Santosa SPd Mohon Tunggu... wiraswasta -

Anggota komunitas Blogger Cirebon, aktif menulis di Kompasiana sejak Oktober 2011.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Festival Gunung Jati Ditonton Sejuta Orang

23 Desember 2011   15:49 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:50 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pesta rakyat yang ditunggu-tunggu oleh sebagian besar masyarakat sewilayah 3 Cirebon, sedekah bumi nadran. Pesta yang intinya adalah rasa syukur masyarakat daerah Gunung Jati kepada Tuhan Yang Maha Esa melalui nadzar (nadran) yang akan sekaligus dimeriahkan dengan arak-arakan sekaliagus juga akan dilombakan. Cirebon yang dikenal sebagai kota udang, kota adipura, kota wali akan menghadirkan acara adat ini setiap tahunnya. Dalam kurun 3 tahun terakhir acara ini selalu dilaksanakan setiap akhir tahun atau setiap musim hujan datang. Peserta lomba arak-arakan mempersiapkan segala sesuatunya sejak satu bulan sebelum acara dimulai. Karena tiap regu tidak mau main-main dalam menghasilkan karyanya. Antusiasme mereka sangat didukung oleh warga masing-masing tiap regu, biasanya mereka selalu "patungan" untuk membuat hasil karya mereka. Tidak hanya karena hadiahnya yang sangat menarik, namun mereka senang dengan acara seperti ini setiap tahunnya. Meskipun mereka tahu bahwa resiko kelelahan karena rute yang jauh dan waktu yang akan ditempuhnya akan sangat lama. Mengingat mereka akan berkumpul pukul 10:00 pagi, lalu istirahat untuk sholat jumat kemudian pukul 14:00 mereka mulai berangkat menurut nomor urut masing-masing, dari lapangan Desa Asatana Gunung Jati hingga Bundaran Krucuk atau Gedung Negara dan kembali lagi, setara dengan perjalanan 9 KM. Belum lagi saat mereka harus pulang ke rumah masing-masing. Masyarakat sejak pagi hingga siang hari terus berbondong-bondong dari jauh hanya untuk melihat hasil karya dan budaya warga gunung jati yang hanya satu kali dalam satu tahun itu. Wajar saja karena meledaknya penonton yang sangat penasaran dan antusias, pihak dari kepolisian memblokade Jalan Raya Sunan Gunung Jati dari Bom Bensin Makam Cina, hingga ke kawasan Bundaran Krucuk. Bagi mereka yang tidak sempat untuk menonton "ider-ideran gunung jati" saya akan perlihatkan hasil liputan saya di sana. Cirebon, 23 Desember 2011. Banyak hiburan yang gratis disini, seperti komedian yang dilakukan oleh peserta ini. Dua orang tersebut sedang memainkan perannya, antara si pendekar dan rakyat kecil. Lakon disana sedang menggambarkan bahwa kejahatan dilakukan oleh yang memiliki kekuatan, dia semena-mena menindas orang yang lemah. Walaupun terik matahari begitu menyengat pada siang hari itu, tetap saja baik peserta maupun penonton tetap antusias dan sangat bersemangat. Terlihat dari wajah-wajah mereka yang tetap sabar untuk terus menunggu peserta mulai berjalan. Meskipun saya pikir penonton kurang menghayati apa yang dipamerkan dalam festival ini, sebagian besar masyarakat yang menonton mengaku bahwa mereka begitu puas dalam menonton pesta adat disini. Jika saya perkirakan masyarakat yang menonton pada hari ini, hampir satu juta atau boleh dibilang lebih dari satu juta manusia yang menonton pesta adat disini. Ibu-ibu ini misalnya, dia datang dari Indramayu. Ibu itu mengaku sangat penasaran dengan pesta adat yang selalu dilaksanakan setiap tahun di gunung jati ini. Bahkan dia juga membawa serta anaknya yang masih kecil, dan mengangkatnya di gendong. Meski menurut sebagian orang ada yang mengatakan bahwa Cirebon pernah dihantui atau bahkan pernah mendapati kasus bom dan teror bom, namun antusiasme warga untuk menonton acara ini sangat besar. Terlebih juga Cirebon yang dikenal selalu rusuh jika ada acara konser disini. Namun itu sepertinya tidak berlaku untuk saat sekarang. Pendapat itu luruh, seperti apa yang kita dapati saat menonton acara besar ini. Berbagai macam "ogoh-ogoh" dalam istilah Bali, atau "Barongan" dalam istilah bahasa daerah Bondet. Meramaikan pesta adat hari ini. Hari dimana masyarakat Gunung Jati melaksanakan budaya sedekah untuk bumi melalui nadzar (nadran) yang ditunaikan sebagai rasa syukur tersebut. Walaupun di lain pihak, ormas islam ada yang tidak menyetujui acara sedekah bumi ini. Karena di satu sisi acara ini syarat (menurutnya) adalah mendekati syirik karena mempersembahkan sesajian untuk Dewa atau Dewi Bumi yang terdapat di dalam ritual sedekah bumi itu. Namun sebagian ormas islam lain, masih dapat memakluminya dengan alasan acara sedekah bumi tersebut tidak ditujukan kepada Dewa dan Dewi yang mana akan dekat dengan perbuatan syirik. Semoga saja budaya ini bukan termasuk dalam kategori bid'ah. Dan kita sebagai khalayak umum masih bisa menerima budaya ini karena dilihat dari segi positif yang lebih banyak dibanding kenegatifannya dan sebagai warisan budanya yang kelak dapat kita kenalkan kepada dunia luar dan sudah selayaknya budaya kita agar senantiasa dilestarikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun