“Di manapun kalian bertugas dan beraktifitas, cobalah lakoni dengan SENANG hati, SANTAI namun SELESAI (3 S), dan coba selaraskan antara OTAK, OTOT, dan OMONGAN (3 O) agar tidak tersandera janji layanan yang tidak prima. Selain itu, berikanlah pelayanan yang MUDAH, MENYENANGKAN dan ber-MUTU (3 M) agar para mitra kerja puas dengan layanan yang diberikan. Satu lagi, jangan sekali-kali berpikir untuk mengharap sesuatu alias TOD (Tunggu Orang Datang) !” [caption id="attachment_123394" align="alignleft" width="300" caption="Bersama pembina klub selam"][/caption] Itulah sebagian arahan dari para pimpinan yang pernah penulis dengar, resapi dan pahami, mulai dari penempatan pertama kerja (tahun 1998) hingga rapat kerja terakhir (2011). Pimpinan boleh datang dan pergi, tapi nilai-nilai yang sifatnya membumi dan mengandung nilai-nilai luhur tetaplah diingat dan menjadi inspirasi bagibawahan agar bertindak dan berperilaku sesuai kode etik profesi. Khusus penulis, seringkali moto 3 S (senang, santai, selesai) tidak mencukupi, perlu ditambahi satu ‘S’ lagi yaitu SERIUS. [caption id="attachment_123392" align="alignright" width="300" caption="Keindahan Bunaken, Mantap !"]
[/caption] Betul, tidak hanya dalam pekerjaan - dalam segala hal apapun - penulis cenderung serius tanpa kehilangan selera humor tentunya, dan dengan tetap mengusahakan konsistensi dan kualitas hasil usaha. Di instansi kemiliteran, seringkali kita dengar istilah ‘SERSAN’ alias SERius tapi SANtai, dan itu coba penulis terapkan dalam kehidupan sehari-hari baik di kantor maupun di lingkungan masyarakat tempat penulis tinggali. [caption id="attachment_123398" align="alignleft" width="150" caption="Merah Putih, berkibarlah !"]
[/caption]
Pun tidak terkecuali untuk hobi, menulis di Kompasiana, contohnya. Semula penulis cuma iseng-iseng saja karena merasa dikompori oleh guru SMA sekaligus sekondan bermain catur (Yth. Suhu Agus Hermawan) sebagaimana postingan Beliau berikut ini, http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2011/06/26/pertemuan-guru-dengan-murid-di-kompasiana-2/.
Nyatanya, hobi menulis yang semula cuma iseng, berubah serius dan berlanjut terus hingga kini mencapai postingan ke-23 yang saat ini sedang Pembaca nikmati. Begitupula hobi berolahraga, masih tetap penulis jalani, seperti : tenis, catur, pingpong, renang dan menyelam. Olahraga tenis, misalnya, semula cuma iseng latih-tanding bersama rekan kantor tapi menjadi serius tatkala secara rutin berlatih dengan didampingi pelatih profesional dan ikut berpartisipasi dalam even coaching clinic tenis. Lumayanlah, untuk dasar-dasar permainan ini sudah cukup penulis kuasai. Terbukti pada ajang lomba tenis beregu antar direktorat (eselon II), tim tenis yang penulis ikuti (penulis tercatat sebagai pemain ganda pertama) mampu berjaya dan berhasil membawa tropi. [caption id="attachment_123400" align="alignleft" width="300" caption="Keseimbangan itu perlu !"]
[/caption]
Untuk cabang catur, penulis semula cuma ikut ekstra kurikuler di SMA yang diasuh oleh Master Agus Hermawan (Beliau, katanya pernah menahan remis seorang master nasional), akhirnya olahraga ini menjadi serius didalami setelah belajar notasi catur dan belajar teori catur secara ilmiah. Berkat motivasi dari Beliau, juara catur di SMA berhasil penulis raih, dan beberapa kali ikuttanding antar klub juga berhasil dimenangi dan terakhir menjadi juara III kejuaraan catur HUT KORPRI se-kabupaten Belitung (tatkala penulis sudah menjadi abdi negara). "Lumayanlah daripada lu manyun…he..3x." Demikian ledekan rekan penulis, tatkala melihat pecatur di pos ronda berkerut keningnya tanpa ditemani minuman dan penganan kecil, cuma ditemani musik dangdut penghilang rasa sepi. [caption id="attachment_123402" align="alignleft" width="150" caption="Bareng Senior."]
[/caption]
Untuk olahraga pingpong dan renang, penulis juga coba konsisten berlatih dengan rekan yang lebih lihay dan mumpuni. Khusus renang, penulis bergabung dengan salah satu klub renang di daerah Cikini dan berkat latihan yang teratur dan kontinu, bodi sudah mulai tidak 'cembung' lagi dan tidak malu-maluin berenang meski harus melepas baju. Penulis suka tertawa geli manakala melihat seorang berbodi ‘cembung’, dengan tanpa risih memakai baju kaos trendi yang di-desain khusus untuk ‘orang besar’ yang bernarasi : SUMPAH…DULU GUE PERNAH KURUS LHO ! [caption id="attachment_123365" align="alignright" width="300" caption="Posisi "]
[/caption]
Terakhir, olahraga yang begitu membanggakan bagi penulis karena telah membuat penulis, klub selam, dan bangsa Indonesia BANGGA. Yap…MENYELAM, itu dia hobi yang semula tidak terpikirkan bakal digeluti penulis. Bermula disela aktifitas kedinasan, penulis diajak senior untuk melihat keindahan terumbu karang di Bunaken (Sulawesi Utara), yang akhirnya karena merasa tidak puas melihat dari kejauhan, maka penulis dan senior ikut kursus dan ambil sertifikasi selam yang dikeluarkan oleh PADI (Professional Association of Diving Instructor). Puncaknya pada ajang SAIL BUNAKEN 2009, penulis dan senior ternyata diikutkan pula oleh pimpinan klub selam tempat kami bernaung (Politeknik Negeri Manado Diving Club) untuk bergabung sebagai partisipan dalam rangka pemecahan REKOR DUNIA selam massal di Pantai Malalayang pada tanggal 16 Agustus 2009. Pembaca mungkin sudah tau hasilnya, rekor dunia selam massal yang semula dipegang Negara Maldives (979 peselam, tahun 2006), DIPECAHKAN rekornya oleh INDONESIA (2.465 peselam, 31 menit, kedalaman 20m) sebagaimana liputan berikut ini, http://beritahankam.blogspot.com/2009/08/pemecahan-rekor-selam-diiringi-dentuman.html [caption id="attachment_123362" align="alignleft" width="300" caption="Penulis diantara para mahasiswa Poltek Manado"]
[/caption]
Luar biasa…iseng-iseng yang berubah menjadi kebanggaan. Terus terang, sebelumnya penulis sempat cemas tidak dapat berpartisipasi dalam acara spektakuler ini. Namun berkat keyakinan diri, do'a, dan juga perkenan-Nya, akhirnya kami dapat pula membuat sejarah dalam hidup kami. Betul juga kata-kata seorang penulis besar dalam bukunya "The Alchemist" : pada saat Anda meng-inginkan sesuatu, semua alam semesta bersatu menolong Anda untuk meraihnya (Paul Coelho, 2005). Ada perasaan haru, senang, gembira, dan bangga, sekaligus meningkatnya rasa patriotisme manakala telah menjadi bagian dari ribuan penyelam yang mampu berikan kontribusi positif untuk negeri. Lucia Sinogagliesi dari Guinnes Book Record bahkan
menyatakan rekor milik bangsa Indonesia ini bakal bertahan lama dan sulit untuk dipecahkan lagi karena lompatan jumlah penyelam yang begitu luar biasa (dari 979 peselam menjadi 2.465 peselam). Sebagai bentuk apresiasi negeri, penulis bersama ribuan penyelam lain yang ikut berpartisipasi, mendapat PIAGAM PENGHARGAAN dari KASAL sebagai bukti keikutsertaan diri (lumayan untuk koleksi dan menambah keren curriculum vitae…he…3x.) [caption id="attachment_123401" align="alignleft" width="150" caption="Piagam Penghargaan"]
[/caption]
Akhirnya, penulis cukupkan postingan ini sampai di sini. Mungkin banyak Pembaca yang sudah bosan, bahkan berkata dalam hati "cerita narsis kok diposting!" Mungkin bagi pembaca tidak begitu berarti, namun bagi penulis hal tersebut dapat meningkatkan rasa percaya diri, apalagi selama 1 (satu) minggu ini penulis diuji kesabaran dan keikhlasan tatkala tertular penyakit cacar air --yang konon katanya--suatu penyakit yang bakal dirasakan oleh anak manusia 1 x seumur hidupnya. Ada hikmah dari setiap kejadian, semoga kita dapat belajar dari hal itu. Akhirnya, betul apa yang diyakini fotografer : “SEBUAH FOTO, DAPAT BERCERITA LEBIH BANYAK DARIPADA SERIBU KATA." Selamat menikmati dan terima kasih sudah sempatkan diri membaca postingan ini. Wassalam. Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Sosbud Selengkapnya