Mohon tunggu...
Santorry Saad
Santorry Saad Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Pemikir, Budget Analyst, Esais dan Calon Penulis, Pendidik, cukup mahir dlm beberapa cabang olahraga: Tenis, Catur, Pingpong, Renang dan Diving. Slalu syukuri nikmat yg diberikan Oleh-Nya...salah satu prinsip yg terpenting.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menyelam, Hobi Iseng Berbuah Rekor Dunia

17 Juli 2011   08:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:36 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Di manapun kalian bertugas dan beraktifitas, cobalah lakoni dengan SENANG hati,  SANTAI namun SELESAI (3 S), dan coba selaraskan antara OTAK, OTOT, dan OMONGAN (3 O) agar tidak tersandera  janji layanan yang tidak prima. Selain itu, berikanlah pelayanan yang  MUDAH, MENYENANGKAN dan ber-MUTU (3 M) agar para mitra kerja puas dengan layanan yang diberikan. Satu lagi, jangan sekali-kali berpikir untuk mengharap sesuatu alias TOD (Tunggu Orang Datang) !” [caption id="attachment_123394" align="alignleft" width="300" caption="Bersama pembina klub selam"][/caption] Itulah sebagian arahan dari para pimpinan yang pernah penulis dengar, resapi  dan pahami, mulai dari penempatan pertama kerja (tahun 1998) hingga rapat kerja terakhir (2011). Pimpinan boleh datang dan pergi, tapi nilai-nilai yang sifatnya membumi dan mengandung nilai-nilai luhur tetaplah diingat dan menjadi inspirasi bagibawahan agar bertindak  dan berperilaku sesuai kode etik profesi. Khusus penulis, seringkali moto 3 S (senang, santai, selesai) tidak mencukupi, perlu ditambahi satu ‘S’ lagi yaitu SERIUS. [caption id="attachment_123392" align="alignright" width="300" caption="Keindahan Bunaken, Mantap !"]

13109125181349635623
13109125181349635623
[/caption] Betul,  tidak hanya dalam pekerjaan - dalam segala hal apapun -  penulis cenderung serius tanpa kehilangan selera humor tentunya, dan dengan tetap mengusahakan konsistensi dan kualitas hasil usaha. Di instansi kemiliteran, seringkali kita dengar istilah ‘SERSAN’ alias SERius tapi SANtai, dan itu  coba penulis terapkan dalam kehidupan sehari-hari baik di kantor maupun di lingkungan masyarakat tempat penulis tinggali. [caption id="attachment_123398" align="alignleft" width="150" caption="Merah Putih, berkibarlah !"]
1310913305719734792
1310913305719734792
[/caption] Pun tidak terkecuali untuk hobi,  menulis di Kompasiana, contohnya. Semula penulis cuma iseng-iseng saja karena merasa dikompori oleh guru SMA sekaligus sekondan bermain catur (Yth. Suhu Agus Hermawan) sebagaimana postingan Beliau berikut ini, http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2011/06/26/pertemuan-guru-dengan-murid-di-kompasiana-2/ Nyatanya,  hobi menulis yang semula  cuma iseng, berubah serius dan berlanjut  terus hingga  kini mencapai  postingan ke-23 yang saat ini  sedang Pembaca nikmati. Begitupula  hobi  berolahraga, masih tetap  penulis jalani, seperti : tenis, catur, pingpong, renang dan menyelam. Olahraga tenis, misalnya,  semula cuma iseng latih-tanding bersama rekan kantor tapi menjadi serius tatkala secara rutin berlatih dengan didampingi pelatih profesional dan ikut berpartisipasi dalam even coaching clinic tenis. Lumayanlah, untuk dasar-dasar permainan ini sudah cukup penulis kuasai. Terbukti pada ajang lomba tenis beregu antar direktorat (eselon II), tim tenis yang penulis ikuti (penulis tercatat sebagai  pemain ganda pertama) mampu berjaya dan  berhasil  membawa tropi. [caption id="attachment_123400" align="alignleft" width="300" caption="Keseimbangan itu perlu !"]
13109137101415903904
13109137101415903904
[/caption] Untuk cabang catur, penulis  semula cuma ikut ekstra kurikuler di SMA yang diasuh oleh Master Agus Hermawan (Beliau, katanya  pernah menahan remis seorang master nasional), akhirnya olahraga ini menjadi serius  didalami setelah belajar notasi catur dan belajar teori catur secara ilmiah. Berkat motivasi dari Beliau, juara catur di SMA berhasil penulis  raih, dan beberapa kali ikuttanding antar klub juga berhasil dimenangi dan terakhir menjadi juara III kejuaraan catur HUT KORPRI se-kabupaten Belitung (tatkala penulis sudah menjadi abdi negara). "Lumayanlah daripada lu manyun…he..3x."  Demikian  ledekan rekan penulis, tatkala melihat pecatur di pos ronda berkerut keningnya  tanpa ditemani minuman dan penganan kecil, cuma ditemani musik  dangdut  penghilang rasa sepi. [caption id="attachment_123402" align="alignleft" width="150" caption="Bareng Senior."]
13109143291930532932
13109143291930532932
[/caption] Untuk olahraga pingpong dan renang, penulis juga coba konsisten berlatih dengan rekan yang lebih lihay dan mumpuni. Khusus renang, penulis bergabung dengan salah satu klub renang di daerah Cikini dan berkat latihan yang teratur dan kontinu, bodi sudah mulai tidak 'cembung' lagi dan tidak malu-maluin berenang meski harus melepas baju. Penulis suka tertawa geli  manakala  melihat seorang berbodi ‘cembung’, dengan tanpa risih memakai baju kaos  trendi yang di-desain  khusus  untuk ‘orang besar’  yang bernarasi :  SUMPAH…DULU GUE PERNAH KURUS LHO ! [caption id="attachment_123365" align="alignright" width="300" caption="Posisi "]
1310894237969079934
1310894237969079934
[/caption] Terakhir, olahraga yang begitu membanggakan bagi penulis karena telah membuat penulis, klub selam, dan bangsa  Indonesia BANGGA. Yap…MENYELAM, itu dia hobi yang semula tidak terpikirkan bakal digeluti penulis. Bermula disela aktifitas kedinasan, penulis diajak senior untuk melihat keindahan terumbu karang di Bunaken (Sulawesi Utara), yang akhirnya karena merasa tidak puas melihat dari kejauhan, maka penulis dan senior ikut kursus dan ambil sertifikasi selam yang dikeluarkan oleh PADI (Professional Association of Diving Instructor). Puncaknya pada ajang SAIL BUNAKEN 2009, penulis dan senior ternyata diikutkan pula oleh pimpinan klub selam tempat kami bernaung (Politeknik Negeri Manado Diving Club) untuk bergabung  sebagai partisipan dalam rangka  pemecahan REKOR DUNIA selam massal di Pantai Malalayang pada tanggal 16 Agustus 2009. Pembaca mungkin sudah tau hasilnya, rekor dunia selam massal yang semula dipegang Negara Maldives (979 peselam, tahun 2006), DIPECAHKAN rekornya oleh INDONESIA (2.465 peselam, 31 menit, kedalaman 20m) sebagaimana liputan berikut ini, http://beritahankam.blogspot.com/2009/08/pemecahan-rekor-selam-diiringi-dentuman.html [caption id="attachment_123362" align="alignleft" width="300" caption="Penulis diantara para mahasiswa Poltek Manado"]
13108939881927473519
13108939881927473519
[/caption] Luar biasa…iseng-iseng yang berubah menjadi kebanggaan. Terus terang,  sebelumnya penulis sempat cemas tidak dapat berpartisipasi dalam acara spektakuler ini.  Namun berkat keyakinan diri, do'a, dan  juga  perkenan-Nya, akhirnya kami  dapat  pula  membuat sejarah dalam hidup kami.  Betul juga  kata-kata seorang penulis  besar dalam bukunya "The Alchemist" : pada saat Anda meng-inginkan sesuatu, semua alam semesta  bersatu menolong Anda untuk  meraihnya (Paul Coelho, 2005). Ada perasaan haru,  senang, gembira, dan bangga, sekaligus  meningkatnya  rasa patriotisme manakala  telah menjadi bagian dari ribuan penyelam yang mampu berikan kontribusi positif untuk negeri. Lucia Sinogagliesi dari Guinnes Book Record bahkan menyatakan rekor milik bangsa Indonesia ini  bakal bertahan lama dan sulit untuk dipecahkan lagi  karena lompatan jumlah penyelam  yang begitu luar biasa (dari 979 peselam menjadi 2.465 peselam).  Sebagai bentuk apresiasi negeri, penulis bersama ribuan penyelam lain yang ikut berpartisipasi, mendapat  PIAGAM PENGHARGAAN  dari KASAL sebagai bukti keikutsertaan diri (lumayan untuk koleksi dan menambah keren  curriculum vitae…he…3x.) [caption id="attachment_123401" align="alignleft" width="150" caption="Piagam Penghargaan"]
13109140591347498564
13109140591347498564
[/caption] Akhirnya,  penulis cukupkan postingan ini sampai di sini. Mungkin banyak Pembaca yang sudah bosan,  bahkan  berkata dalam hati "cerita narsis kok diposting!" Mungkin bagi pembaca tidak begitu berarti, namun bagi penulis hal tersebut dapat meningkatkan rasa percaya diri, apalagi selama 1 (satu) minggu ini penulis diuji kesabaran dan keikhlasan  tatkala tertular penyakit cacar air --yang konon katanya--suatu penyakit yang bakal dirasakan oleh anak manusia 1 x seumur hidupnya.  Ada hikmah dari setiap kejadian, semoga kita dapat  belajar dari hal itu. Akhirnya, betul apa yang diyakini fotografer : “SEBUAH FOTO, DAPAT BERCERITA LEBIH BANYAK  DARIPADA  SERIBU KATA."   Selamat menikmati  dan terima kasih sudah sempatkan diri membaca postingan ini.  Wassalam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun