Mohon tunggu...
Santorry Saad
Santorry Saad Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Pemikir, Budget Analyst, Esais dan Calon Penulis, Pendidik, cukup mahir dlm beberapa cabang olahraga: Tenis, Catur, Pingpong, Renang dan Diving. Slalu syukuri nikmat yg diberikan Oleh-Nya...salah satu prinsip yg terpenting.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Sebuah Pensil yang Tumpul, Lebih Baik dari Pikiran Setajam Apapun

20 Februari 2014   23:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:37 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah lebih dari 3 bulan, penulis tidak posting tulisan di rumah sehat kita -Kompasiana. Bukan mau cari-cari alasan, tapi mood menulis  jadi agak berkurang semenjak akses  ke Kompasiana mengalami hambatan. Dalam jangka waktu 3 bulan itu, ada banyak kejadian yang  penulis alami yang   patut untuk  dibagikan kepada para pembaca sekalian. Salah satunya kenangan tatkala  penulis ikut  menjadi peserta pelatihan manajemen stres di minggu pertama Desember 2013 di Jakarta.

Kaget, malu, dan tidak menyangka, begitulah kesan awal begitu  penulis menerima surat  tugas untuk  menjadi peserta manajemen stres dari kantor tempat penulis bekerja. Apalagi datang ledekan dari rekan-rekan kerja bahwa hanya pegawai “terpilih” dan “berpotensi stres” saja yang berhak ikut pelatihan seperti itu.  Penulis sempat mengiyakan dalam hati, mengingat usul penulis untuk pindah antar instansi kandas        di tengah jalan karena ketiadaan  izin/persetujuan  dari instansi asal.

Tapi penulis segera menafikan pikiran negatif  itu dan mencoba untuk berpikir positif. Mungkin target jam pelatihan belum penulis penuhi,  boleh jadi atasan memberikan  rehat  kepada penulis  untuk  lepas dari rutinitas kerja  yang cukup padat, atau yang paling masuk akal  karena skor  tes EQ (Emotional Quotient) dan  stamina  level yang pernah  penulis ikuti  belum begitu  memuaskan.

Hari pertama pelatihan, kesan kaku dan tersiksa yang biasanya dialami dalam pelatihan langsung sirna. Hal itu terjadi, berkat sikap para instruktur “HR Excellency”  yang bersahabat dan suasana kocak yang dibangun  di setiap sesi pelatihan, terutama dari  Bung Anthony Dio Martin - instruktur utama – yang kerapkali  memberikan joke dan tayangan yang  memancing tawa dan senyum lebar para peserta.

Bung Martin, yang terkenal dengan salam khasnya, “salam antusias” juga  berulangkali  mengingatkan bahwa antusiasme adalah induk dari  usaha, dan  tanpa antusiasme tidak banyak hal besar yang bisa dicapai, sambil mengutip pendapat terkenal Ralph Wald Emerson, “Enthusiasm  is the  mother of effort and  without it nothing great was ever achieved.”

“Anda adalah  apa yang Anda pikirkan setiap hari , dengan  siapa Anda bergaul setiap hari, dan  apa yang Anda baca setiap hari,” begitu Bung Martin mengingatkan sekaligus  mengobarkan semangat para peserta. Beliau memberi contoh pengalaman pribadinya  tatkala berambisi menelurkan sebuah  buku psikologi.

Caranya, bayangkan Buku EQM (emotional quality management), buah karyanya dipajang di toko buku, dibaca dan menginspirasi banyak orang yang membacanya. Bayangkan pula hal tidak enak, seandainya setelah bersusah-payah tapi buku itu tidak juga diterbitkan. Hal itu, akan terus mengobarkan semangat menulis dan dengan hati penuh gelora   akhirnya  buku EQM itu betul-betul terwujud di tahun 2003. Itulah yang dimaksud dengan Hukum Tarik-Menarik  yang diperkenalkan oleh Rhonda Byrne dalam bukunya “The Secret” (2006), yang intinya bahwafokus pada pikiran/cita-cita Anda dan lambat-laun cita-cita  yang Anda pikirkan tersebut menjadi kenyataan.

Di dalam buku “The Secret” dijelaskan, hukum tarik-menarik sebagai hukum alam yang menentukan keutuhan, keteraturan alam semesta dan kehidupan pribadi kita melalui proses "kemiripan menarik kemiripan." persis seperti yang kita pikirkan dan rasakan, frekuensi yang bersangkutan akan dikirim ke alam semesta yang menarik kembali ke arah kita dengan keadaan pada frekuensi yang sama. Misalnya, jika Anda memikirkan pikiran-pikiran marah dan merasa marah, Anda akan menarik kembali kejadian dan keadaan yang menyebabkan Anda merasa marah lagi. Sebaliknya, jika Anda berpikir positif dan merasa baik, Anda akan menarik kembali peristiwa positif dan keadaan baik kepada Anda (Sumber : Wikipedia.org).

Ohya, ada bagian menarik, tatkala penulis membaca bagian prolog di buku “EQM, Refleksi, Revisi, dan Revitalisasi Hidup Melalui Kekuatan Emosi” yang dibagikan kepada setiap peserta pelatihan, berikut  kutipannya secara utuh :

“…ada kisah inspiratif tentang dramawan besar Yunani-Euripides. Euripides ditertawakan oleh koleganya karena dia membutuhkan waktu 3 hari hanya untuk menulis 3 baris saja! Temannya mengejek dan berkata, “Dalam waktu 3 hari, Euripides, aku bisa menulis 500 baris!” Namun dengan tenang, Euripides kemudian berkata, “Akan tetapi, 500 baris yang Anda tulis akan mati dan dilupakan dalam 3 jam, sedangkan 3 baris yang saya tuliskan akan hidup terus untuk selama-lamanya!”

Penulis yakin, banyak kompasianer yang mempunyai kapasitas untuk memposting satu tulisan tiap hari. Begitupula,  banyak kompasianer yang hanya sempat posting tulisan satu tulisan tiap minggu, satu tulisan  tiap bulan, bahkan satu tulisan setelah 3 bulan seperti penulis, he…3x. Tapi jangan dianggap bahwa kompasianer tipe begini adalah kompasianer  “pelit” posting yang  hanya  menunggu ilham/inspirasi dulu baru menulis. Tentu ada pertimbangan  lain, misalnya tugas  yang lebih diprioritaskan dari masing-masing kompasianer.

Akhirnya, penulis tutup postingan ini dengan mengambil pepatah penuh makna, “Sebuah pensil yang tumpul seringkali lebih baik dari pikiran setajam apapun.” Hal itu terbukti dengan postingan ini, memang  lebih efektif untuk segera menuliskan apa yang barusan dialami dan dirasakan ketimbang ditunda-tunda. Karena pikiran manusia punya keterbatasan untuk mengingat dalam waktu lama.  Semoga para pembaca memaklumi, bila reportase ini terasa kurang greget karena cukup lama sudah mengendap di benak penulis. Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun