Mohon tunggu...
Santo Masse
Santo Masse Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ngopi sepanjang hari

Gemar Futsal. Personality Waktu dan tempat

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Itulah Kerinduan

17 Juni 2023   19:00 Diperbarui: 17 Juni 2023   19:13 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“ITULAH KERINDUAN”

            Hendaklah kita mengetahui kapan dan dimana kematian itu bertempat, hendak pula kapan kita akan berkumpul dengan orang-orang yang kita sayangi lagi mencintai kita sebelum kematian itu datang menjemput. Tak ada satu makhluk, atau bahkan dia yang dekat sangat dengan sang pencipta dapat mengetahui jalan terakhir kehidupannya.

            Bagaikan sebuah kerinduan tak pasti mana bentuk dan rupa tentangnya. Namun, dia dekat dengan batin hingga kita hanya bisa merasakan saja. Kalau sampai kau ingin melihat sudah pasti kau tak dapat melampaui tentang rasa kerinduan itu. Dari kedua perihnya menunggu kematian adalah menanti penantian kerinduan. Ibarat kau menunggu kapan hujan reda, saat kau menunggu tenang diteras rumah menyaksikan rerintikan hujan yang turun. Ketahuilah rindu adalah makhluk abstral yang hingga saat ini tak ada seorapun dapat mendeteksinya secara runtut. Meski kau dipukul keras oleh kerinduan itu.

            Indahnya kerinduan yang tak kesampaian bisa berubah menjadi hal kebencian. Bagaimana tidak, kau akan benci sepenuhnya. Sebab, kau hanya memikirkan dan menunggu kapan usainya kerinduan itu, namun kau tak bisa memastikannya secara tepat dan jelas kapan kau akan bisa mengakhirinya. Demikianlah rindu bisa saja menjadi benci pada kerinduan itu sendiri. Sulit untuk mempercayai orang akan bisa berdamai dengan kerinduan, apalagi ia mengatakan telah berdamai. Bohong, dia hanya ingin terlihat kuat dan dianggap telah berdamai dengan kerinduan dan jarak waktu yang mencekam jiwa.

            Seandainya kau bisa bertaruh dengan mereka yang mengatakan demikian, maka layanilah dengan membongkar bagaimana seorapun yang tak akan mampuh melawan rindu. Kalau seandainya mereka mampu, tentulah itu nyaris atau salah fatal. Kerinduan tak semudah yang kau ucap, apalagi kau definisikan dengan lugas ini dan itu.

            Maka dengan apa kita melawan kerinduan yang setimpal, atas dasar apa kita tahu amat bahwa dia adalah sebagai berikut. Dari dahulunya hingga sekarang banyak mereka terjajah, terperangi, hingga dibantai habis-habisan oleh kerinduan yang menyarang. Menetapnya tidak sehari atau dua hari saja. Tapi dia menetap selamanya sampai kita berteriak dan mengatakan “aku telah kalah”.

            Sebab itu, kerinduan bagaikan ruh yang mengendalikan jasad pemalas ini. Sebaliknya jika kerinduan telah matang yang mengahantam, dengan mudah menggerakkan tubuh, lalu langkah untuk menuju sekaligus menjemput rindu yang tak juga sampai-sampai. Dia akan memperbudak sekalian manusia untuk menuruti kemauannya. Entah kita mau atau tidak, dia tetap beriskeras dengan kehendaknya sendiri. Maka jangan heran jika banyak jiwa-jiwa tertatih, banyak tubuh menjadi lumpuh, banyak tak berdaya seperti telah kehilangan dunia mereka sendiri.

            Begitulah cara rindu bekerja, tidak melihat siapa engkau, apa pangkatmu, garis keturunan mu, atau seberapa berpengaruhnya diri mu. Rindu tetaplah rindu, dan perih jiwa tepatlah menjadi hampa kehidupan nyata.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun