Terbunuh oleh waktu
Tiba-tiba saja senja hari ini menjadi kabur padahal dia telah memancarkan sinar.
Sebelum tenggelam di ufuk barat, ada senyum kecil berbekas manis lagi hangat. Senyumnya di sambut tapi tak kenal orang yang menyahut.
Memberanikan diri untuk berpamitan meminjam senja sebelum masuk, tetapi berakhir di ijinkan sebelum kata meminjam datang dengan pamit. Dia telah mengangguk.
Rasanya ada guncangan hebat yang tak dapat di baca, tapi apalah daya untuk berbohong pada rasa. Tak dapat di tangkis sedang air mata bercucuran habis.
Perintahkanlah aku agar dapat membuka rahasia senja yang manis.!!
Tetapi kau mengangguk tanpa ijin membuat ku bingung apa maksudnya. Apakah aku hanya orang-orang biasa. Lantas diharamkan kepada manusia yang berdosa.
Seketika saja kau diam tanpa ada jawaban, menundukkan kepala seraya berserah kepada Tuhan, lalu kau memejamkan mata layaknya orang-orang berdoa penuh harapan. Semua itu tidak lain hanyalah kebohongan.
Katamu kau ada dalam senja tadi, kau bernaung, terbring, membaca syair-syair kehidupan. Tapi nyatanya kau berada di belakang senja, dan rahasia yang kau buat adalah penungguan untuk kepergian. Kepergian yang tak akan dapat di jelaskan.
Jelaskan, jelaskan, ini hanya hati kecil.
Kau tahan dirimu dari rasa iba.