Selalu menyenangkan menjadi orang tua, dengan segala lika-likunya, berikut segala suka-dukanya.
Orang tua sungguh selalu mendambakan kebahagiaan bagi anak-anaknya.
Bagi ibu, tiada kebahagiaan yang lebih daripada mengetahui bahwa dirinya mengandung. Mengetahui bahwa di dalam rahimnya sedang tumbuh dan berkembang janin yang merupakan bagian dari dirinya, adalah sebuah nikmat dan karunia yang tiada tandingannya. Betapapun berat, dan penderitaan yang dialami oleh seorang ibu ketika mengandung, jauh di lubuk hati, kebahagiaan yang tak dapat disembunyikan.
Demikian juga halnya dengan saya. Sejak mengandung anak pertama sampai anak ketiga, semuanya selalu diiringi dengan bahagia. Bahagia yang berbeda untuk masing-masing anak, diselipi kekhawatiran akan kesehatan sang jabang bayi , pada masing-masing anak juga berbeda rasanya.
Saat mengetahui mengandung anak pertama, kebahagiaan tiada tara yang saya rasakan, tidak terkira rasanya. Namun kekhawatiran yang saya rasakan juga sangat besar. Maklum , pengalaman pertama mengandung.
Kehamilan pertama ini sama sekali bebas dari "morning sickness", tak ada rasa mual berlebihan. Yang saya rasakan hanyalah rasa ingin makan yang lebih dari biasanya.
Dokter kandungan yang saya temui , saya cari dari "yellow pages", karena zaman itu belum ada mbah Google untuk ditanya. Pilihan jatuh pada seorang Prof.dr ahli kandungan yang berpraktek di kawasan blok S, Kebayoran Baru (menyesal saya lupa nama beliau).
Pemeriksaan kandungan berjalan setiap bulan, dan alhamdulillah kehamilan dinyatakan sehat. Jabang bayinya aktif, tumbuh kembangnya juga normal, menurut sang Profesor.
Menjelang 3Â bulan kelahirannya , seiring dengan kepindahan lokasi tempat tinggal, sayapun memindahkan pemeriksaan ke dokter kandungan berbeda. Masih sangat saya ingat , saat itu wajah sang dr.Sofyan (nama ahli kandungannya) yang berbinar matanya, mendapatkan surat keterangan medis dari Prof.dr. ahli kandungan saya yang di blok S. Ternyata sang profesor adalah dosennya. dr.Sofyan sendiri mengatakan, saya akan simpan surat ini, "ini kehormatan buat saya," begitu kata beliau.
Anak pertama saya ini lahir tidak sesuai dengan teori 9 bulan, karena ia lahir pada usia kandungan yang baru masuk 8 bulan. Dimulai saat saya terpeleset di tangga, saya melangkahi satu anak tangga, sehingga ada dorongan yang kuat saya rasakan pada rahim. Sejak itulah, perut saya merasakankontraksi. Pagi terjadi peristiwa saya terpeleset di anak tangga, sore saya langsung ke dr.Sofyan di tempat prakteknya. Mulai dari sore itulah, kontraksi berjalan sesuai teori.
Entah karena saya selalu melakukan aktivitas rumah tangga sendiri, dan selalu menjaga asupan nutrisi, entah karena si jabang bayi juga mengerti bahwa saya buta sama sekali soal kehamilan, maka proses persalinan benar-benar sesuai teori, mulai dari kontraksi tiap 30 menit, hingga setiap 5 menit, dan akhirnya, tanpa kesulitan berarti, sayapun melahirkan anak pertama secara normal dengan sukses.