Rengasdengklok, Karawang. Tepatnya di rumah yang menjadi persinggahan Soekarno-Hatta, sehari  sebelum proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.
Kegiatan yang sudah menjadi tradisi di sekolah kami pada bulan Agustus adalah kunjungan siswa kelas 6 ke lokasi bersejarah diAnak-anak senang bisa melihat langsung rumah yang menurut sejarah merupakan lokasi 'penculikan' Soekarno-Hatta yang saat itu dilakukan oleh golongan muda agar kedua tokoh tersebut tidak terpengaruh oleh Jepang untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Rumah singgah tersebut merupakan rumah sederhana berdinding kayu yang terawat dan dipertahankan nilai-nilai sejarahnya. Â Di pintu rumah terdapat tulisan besar "Rumah Sejarah Djiauw Kie Siong". Rumah tersebut dirawat oleh anak hingga cucu Djiauw Kie Siong. Saat kunjungan yang lalu, kami diterima oleh cucu perempuan Djiauw Kie Siong. Dengan sabar, beliau meladeni pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh murid-murid.
Di dalam rumah,  Pengunjung bisa melihat  koleksi foto tokoh-tokoh proklamasi yang dipajang memenuhi dinding ruangan. Pengunjung juga bisa memasuki ruang tidur yang pernah ditempati Soekarno-dan Hatta  yang masih asli, dengan ranjang kuno, sprei dan kelambu berwarna putih.
Anak-anak baru tahu bahwa pemilik rumah tersebut merupakan keluarga non muslim setelah melihat meja sembahyang khas Thionghoa yang terdapat di tengah ruangan. Mungkin ini adalah kali pertama mereka melihat sendiri meja sembahyang besar seperti itu. Saya meminta anak-anak tidak terganggu dengan adanya simbol peribadatan umat agama lain.Â
Sebagai seorang muslim, kita tetap mengedepankan toleransi dan menganggapnya sebagai wawasan bahwa di negara kita terdapat keragaman agama. Kita harus memegang teguh aqidah Islam, namun harus juga menghormati umat agama lain. Hal itu agar kita bisa hidup rukun di negara yang majemuk ini. Wallahu 'alam bi shawab.
Tidak lupa kami mampir juga ke Monumen Kebulatan Tekad yang lokasinya tidak jauh dari rumah bersejarah tadi. Monumen Kebulatan Tekad dijaga oleh seorang petugas yang  sehari-hari merawat dan membersihkan lokasi. Beliau juga dengan senang hati menjawab pertanyaan-pertanyaan dari murid dan mempersilakan kami untuk berfoto-foto.
Kegiatan outing class sudah tentu sangat menyenangkan dan bermanfaat bagi siswa. Mereka bisa mendapatkan pelajaran dari sumbernya langsung, bukan sekedar mendengar ceramah guru atau membaca buku sendiri. Namun, alih-alih menganggap ini kegiatan belajar, mereka malah merasa seperti sedang rekreasi hehehe ...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H