Saat melihat agenda kegiatan ke depan dengan berbaagai pekerjaan yang harus dikerjakan, rasanya ingin sehat terus dan pekerjaan bisa selesai. Namun apa daya dan siapa yang menginginkan terhenti sejenak atau mengerjakan pekerjaan dengan gerak yang lambat sambil merasakan rasa sakit.
Sakit memang tidak diminta namun terkadang ada sebab yang mudah untuk menjadi sakit. Lengah terhadap kebutuhan jasad dan ruh. Tidak memperhatikan kebutuhan fisik, seperti istirhat dan ntrisi yang baik. Bagaimana cara berpikir pun dapat menjadi sebab, pikiran terkadang mendahului dan membuat rasionalisasi kemungkinan sakit, sesuai dengan apa yang dipikirkan, maka apa yang dikhawatirkan terjadi, sakit pun datang.
Saat pekerjaan yang padat melelahkan, semua pekerjaaan bertumpuk dan mesti diurai dan diselesaikan, butuh pikiran dan nutrisi yang baik untuk menjaga tubuh agar tetap fit dan pikiran tetap positif. Namun adakalanya kelemahan dan kelengahan memperhatikan diri terlewatkan. Seperti terlewat jadwal sarapan, atau terlewat jadwal makan siang, dan lupa memenuhui kebutuhan minum.
Merasa diri kurang asupan nutrisi yang baik, lalu melihat di sekitar ada banyak orang terkana flu. Ada ras khawaatir badan letih mudah terkena penyakit. Maka di atas 50% pikiran dan kondisi yang ada membuat kejadian itu dapat terbukti.
Ketika khawatir terjadi sesuatu seperti sakit, manusia memiliki cara untuk mengantisipasi. Melakukan cara antisipasi dengan memulihkan tubuh dan memberikan nutrisi yang baik. Seingga rasa sakit yang dirasakan berkurang atau bahkan menghilang. Namun bisa juga jika tidak cukup waktu istirahat sakit tetap menempel dan bekerja tetap dijalankan. Jadilah penyakit awet dan pekerjaan bisa dikerjakan dengan kurang maksimal. Ini terjadi saat begitu sulit memenuhi kebutuhan diri dan keberanian menolak pekerjaan yang datang.
Sakit kadang tidak kunjung sembuh, padahal sudah cukup istirahat dan nutrisi, maka ada baiknya melihat ke dalam diri. Lupakan sejenak gambaran pekerjaan dan taret-target waktu yang tertulis. Pekerjaan-pekerjaan yang deadline, Selama bisa negosiasi dan bisa diwakili oleh yang lain tidak ada yang terlalu penting selain memperhatikan kesehatan diri dan kembali melihat ke dalam diri.
Terima dan nikmati sakit dengan positif. Ini saranbagus yang bisa jalankan. Menerima keadaan sebenarnya sedang tidak sehat, akan membuat gerak yang terpilih, tidak akan membuang energi dengan yang tidak penting. Lebih bagus tidur, istirahat. Saat terasa lebih baik maka dapat memulai kerjakan apa yang bisa dilakukan.Satu hal yang membuat rasa sakit apapun terasa begitu nikmat, saat mampu melihat ke dalam diri yaitu menyadari bahwa apapun yang menimpa pada diri ini baik rasa sakit yang payah atau duri yang menacap sekalipun itu adalah proses dalam membersihakn diri dari segala debu dalam jiwa, salah dan dosa.
Aisayah ra berkata: “Rasulullah SAW bersabda: ‘Tidak ada musibah yang menimpa seorang muslim, melainkan Allah akan menghapus dosanya dengan musibah itu, walaupun hanya duri yang mengenainya. (HR. Bukhori)
Melihat ke dalam diri, tidak ada manusia yang suci terbebas dari dosa. Inilah tanda kasih sayang bahwa Allah menginginkan diri atau jiwa hambanya yang bersih. Jika menyadari akan hal ini tentu tidak sepantasnya mengeluh, marah dan menyalahkan orang lain atas rasa sakit yang diderita. Senyum dan meringis karena sakit yang begitu indah.
Besarnya penderitaan atau bala sebanding dengan besarnya pahala. Rasul perah sakit panas yang luar biasa seperti diderita oleh dua orang yang sakit panas. Dan Abdullah bin Masud mengatakan bahwa Rasul mendaptkan pahala dua kali lipat. Rasul pun membenarkan.Besarnya bala sebanding dengan besarnya pahala. Namun jangan pula saat sakit meminta untuk sakit yang lebih parah. Karena bagaimana pun tidak sepantasnya menganiaya termasuk terhadap diri sendiri. Memelihara dan menjaga hak-hak tubuh menjadi tanggung jawab diri sendiri.
Manusia memiliki kesatuan dimensi jasad dan jiwa. karena itu sakit bisa saja yang mengenai fisik seperti terluka atau terkena duri. Namun juga sakit yang mengenai psikis atau jiwa seperti keresahan dan kesedihan. Kesedihan mendalam saat kehilangan orang yang dicintai, atau keresahan yang terasa saat secara tidak sengaja melukai hati orang lain. Sesungguhnya inilah bagian dari cara kestabilan jiwa. Jika menyadari dan menikmati secara positif apa yang telah menimpa diri, akan menikmati keadaan dengan lebih baik.
Salam Sehat & Bahagia
04.04.14 # 05.53
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H