Mohon tunggu...
Santi Lisnawati
Santi Lisnawati Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu rumah tangga, dosen. Boleh berbagi tentang pendidikan

Berbagi apa yg boleh dibagi, di rumah jadi ibu rumah tangga, di kampus jadi dosen, di jalan jadi pengembara, dijalani untuk dapat terus berbagi..

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Akhir Piala Dunia, Argentina Merana

14 Juli 2014   14:43 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:23 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Tidak perlu banyak cetak gol 1-0 saja sudah menunjukkan the Germany is Champion the FIFA World. Dalam sebuah kompetisi selalu ada menang-kalah, tangis haru dan sedih. Pemandangan yang sudah biasa dilihat saat telah jelas siapa yang menang dan kalah. Terlihat ekspersi kesedihan bagi yang kalah dan kegembiraan bagi yang menang. Tidak hanya pada orang dewasa, anak kecil juga turut merasakan. Begitu sedihnya menerima kekalahan. Dan betapa senangnya menjadi pemenang.

Kalah dan menang dalam sebuah kompetisi tentu bukan sebuah keberuntungan semata, tetapi ada banyak perhitungan dan usaha yang dilakukan agar tetap siap menjemput kemanangan. Permainan yang melelahkan hingga dimenit terakhir pun belum ada yang mampu menembus gawang lawan. Terbayang jika harus adu pinalti permainan yang menegangkan dandramatis terima kekalahan dan kemenagan itu. Tetapi dibabak tambahan waktu, cukup menegaskan 1-0 saja bisa selesaikan permainan ini dan jelas siapa pemenangnya.

Saya lihat German memahami bagaimana terus memperbaharui stamina, dan membuat energy segar, pergantian pemain dengan tepat dapat menyegarkan kekuatan. Yang muda yang bernergi, bersemangat dan mampu membawa perubahan. Kira-kira itu yang telah ditunjukkan oleh Goetze mencetak sejarah dalam piala dunia 2014 untuk menuntuntaskan dan menjeslakan bahwa dengan satu gol ke gawang lawan menjadi kekuatan baru yang sulit dikejar dan ditandingi oleh Argentina.

Argentina merana, harus menerima kekalahan karena permainan telah usai, waktutelah berakhir. Tidak mudah menerima kekalahan tanpa kesedihan dan air mata. Rasa sakit berlari mengejar bola, benturan dan hantaman rasanya mulai terasa dan melengkapi rasa pedih hati. berbeda dengan yang menang, meski lelah berlari dan bahkan berdarah-darah dengan kemenangan dan kebahagiaan menjadi pemenang rasanya sakit dan lelah saat itu menguap terbang terbawa angin.

Kondisi yang membangkitkan emosi memang begitu kuat mempengaruhi perilaku kita. Kebahagian dan kesedihan melahirkan ekspresi yang begitu tegas dan jelas.Sejumlah kimia dalam tubuh mendukung dan memperkuat suasana hati kala itu. Segalanya memang wajar, justru konyol jika dalam keadaan yag sedih malah tertawa cengengesan, atau dalam keadaan bahagia malah murung dan sedih. Justru yang penting dibalik kemenangan dan kekalahan adalah apa yang akan dilakukan esok? Jika menang bagaimana mempertahankan kemenangan, jika kalah bagai mana menjadi pemenang pada kesempatan selanjutnya.

Piala Dunia telah menjadi magnet jutaan pasang mata untuk tdak rela melewatkan dan membicarakannya. Terlebih saat final, menentukan siapa yang menjadi pemenang di piala dunia 2014 ini. Dini hari tadi adalah akhir perhelatan sepak bola dunia di tahun 2014. Sepertinya orang tersihir untuk sejenak menatap akhir dari pertandingan ini. (biasanya saya dengar tahrim subuh di ujung kampong tetangga dan juga masjid sebelah rumah, subuh tadi sepertinya sunyi). Namun demikian Azan subuh tetep masih terdengar dan saling bersahut dari berbagai penjuru mesjid. Mesjid tetap terisi dengan barisan yang memang orang-orang yang biasa datang berjamah subuh di mesjid. Perilaku memang menjadi pola bagi siapa yang membuatnya.

Sepak bola piala dunia kini telah usai, pemenang telah jelas, selanjutnya terserah Anda.

Selamat beraktivitas

I like Sunday

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun