Menyaksikan ‘Habibi Hari Ini’ di Mata Najwa, menyiratkan bagaimana pemikiran dan sikap orang besar dalam mensikapi persoalan. Meski ada dalam sebuah keadaan yang sebenarnya patas untuk bersedih, marah dan kecewa tetapi itu tidak diutarakan dan tidak menjadi pikiran utama dalam arus pikir dan tindakan.
Najwa mengingatkan kesedihan lama, saat Habibi ditiggal istrinya, Ainun. Najwa mengatakan ‘Saya terakhir mewawancarai saat melihat Habibi begitu patah hati ditinggal Ainun’. Tetapi dengan tegas Habibi mengatakan ‘Saya tidak patah hati, saya hanya kehilangan. Sedih ya, karena separuh jiwa Saya hilang’.
Gambar: https://www.facebook.com/habibiecenter?ref=stream&hc_location=stream
Saya melihat kewajaran emosi manusia yang kehilangn ya pasti sedih, tapi bagaimana Habibi mensikapi kesedihan untuk tidak berlama-lama tinggal dalam hati dan pikiran. Jika terus diratapi mungkin bukan hanya rasa sedih yang hadir tetapi juga kesendirian, kesepian dan kenelangsaan.
Pikiran akan mendukung dan mereferensikan segala hal yang menjad pusat pikir. Jika berpikir negatif maka data negatif tanpa diundang akan hadir. Begitupun sebaliknya, berpikir positif segala hal yang bersifat positif akan hadir mendukung pikiran.
Cara yang jelas dan terukur dilakukan Habibi untuk mensikapi duka kehilangan, Ia mengataan bahwa, ‘Ainun tetap ada, saat saya sedih dan teringat Ainun, saya pejamkan mata, lalu Ainun dengan senyum seolah berkata, Mengapa sedih.. saya tetap ada. Itulah sebuah keyakinan yang selalu dibenamkan dalam hati dan pikiran bahwa Habibi tidak kehilangan Ainun.
Pikiran adalah anugerah Allah yang luar biasa, memanfaatkan pikiran untuk mengubah duka dan kesedihan menjadi sebuah kehangatan dan kemandirian adalah hal yang bisa terjadi.
Cara praktis dan jelas yang bisa dilakukan untuk mengubah kesedihan, lakukan terus berulang dan itulah yang akan tersimpan dan menjadi obat. Setiap orang tentu pernah memiliki pengalaman sedih, tapi saya kira dengan cara tetap berpikir positif dan mengingat hal dan kebaikan yang ada, sedih berubah menjadi kekuatan yang terus terasah, motivasi untuk terus bergerak.
Hal yang indah kini bagi saya sendiri adalah saat benar-benar merasakan makna dibalik kata yang sering dipesankan, menjadi sebuah pesan yang dalam saat saya kehilangan. Kalimat ‘Jangan sedihlah,’ dahulu sayabingung menerjemahkan dan mengopersionalkan kata ini dalam mensikapi persoalan yang saya hadapi, kini menjadi jelas. Termasuk saat kehilangan arah, dengan pesan ini ‘Semangat dan fokus’ dahulu masih juga gagal menterjemahkan untuk diri sendiri. Karena saya tidak melakukan apa-apa untuk itu, saya malah sibuk dengan urusan lain, sementra persoalan itu hanya sampai dipikirkan dan terus dipikirkan. Itulah kesalahan yang pernah dialami.
Kita adalah apa yang kita pikirkan. Sementara oranglain melihat kita dari apa yang kita lakukan. Maka jangan kebanyakan mikir, iringi dengan yang mesti diperbuat.
Berapapun kesalahan dan duka yang telah lalu, hidup ke depan adalah mungkin diwujudkan dengan lebih baik. Semangat, fokus, dan brani hadapi hidup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H