Mohon tunggu...
Santika Wulandari
Santika Wulandari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi S1 Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Suka menyentuh hewan berbulu

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Peran Penting APD dalam Pencegahan Penularan Virus dari Hewan ke Manusia

10 Desember 2024   07:06 Diperbarui: 10 Desember 2024   07:06 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa penyakit yang ditularkan oleh hewan, seperti flu burung, COVID-19, rabies dan herpes menjadi ancaman serius yang perlu diwaspadai. Dokter hewan merupakan garda terdepan untuk masalah penyakit yang tersebar melalui hewan. Oleh karena itu untuk mengantisipasi terjadinya penularan virus, seorang dokter hewan harus menggunakan APD yang sesuai standar dalam lingkungan kedokteran hewan. APD yang digunakan dokter hewan tidak sepenuhnya sama dengan yang digunakan oleh dokter umum maupun dokter gigi. Karena APD digunakan oleh dokter hewan untuk melindungi diri dari paparan bakteri, virus (zoonosis), dan kontaminasi lainnya.

Dokter hewan berisiko tinggi terpapar penyakit dari hewan ke manusia karena interaksi langsung dengan hewan yang memiliki berbagai riwayat penyakit. Beberapa penyakit yang ditularkan oleh hewan antara lain: pertama, COVID-19, yang berasal dari pasar hewan di kota Wuhan, Tiongkok. Virus ini kemudian terkonfirmasi dengan lebih dari 6 juta kasus COVID-19 di Indonesia . Kedua rabies, saat ini diketahui jumlah kasus gigitan hewan penular rabies mencapai 31.113 kasus yang mencapai 98% kematian. Ketiga flu burung atau dikenal dengan istilah Avian Influenza yang ditularkan dari hewan berjenis unggas, menurut kemenkes sejak 2005 hingga tahun 2017 tercatat sebanyak 200 kasus dengan 168 kematian di Indonesia. Keempat anthrax, penyakit yang terjadi khususnya pada hewan herbivora, seperti yang terjadi di beberapa daerah Gunungkidul yang kerap menjadi sumber penularan penyakit zoonosis ini. Kelima Salmonella yang menyebabkan demam tifoid, infeksi jamur kulit.

Berikut ini adalah standar APD dalam lingkungan veteriner :

  • APD Tingkat D adalah level terendah yang dipakai saat melakukan tugas rutin seperti menangani hewan atau spesimen, melakukan tugas program kesehatan ternak, mengambil radiografi, dan melakukan perawatan gigi. Level ini digunakan saat udara tidak mengandung bahaya yang diketahui yang mengharuskan Anda melindungi kulit atau sistem pernapasan, dan tidak ada kemungkinan cipratan, perendaman, penghirupan, atau kontaminasi udara dengan bahan kimia pada level berbahaya. Contoh APD Tingkat D yaitu kacamata keselamatan atau kacamata radiologi, masker wajah, pelindung wajah, penyumbat telinga, pelindung tiroid radiologi berlapis timah, helm pengaman ; Sarung tangan pemeriksaan, sarung tangan kulit bermanset panjang yang dikenal sebagai sarung tangan gauntlet atau sarung tangan gigitan, sarung tangan kebidanan, sarung tangan bedah, sarung tangan radiologi berlapis timah ; Jas lab, baju terusan, pakaian operasi, gaun sekali pakai, celemek anti air, celemek radiologi berlapis timah ; sepatu bot berujung baja, sepatu bot karet, dan sepatu bot sekali pakai.
  • APD Tingkat C digunakan dimana kontaminan di udara, percikan cairan atau kontak langsung lainnya tidak akan mempengaruhi atau menyerap ke dalam kulit yang terbuka; jenis kontaminan udara yang telah diidentifikasi, konsentrasinya diukur, dan respirator pemurni udara tersedia untuk menghilangkan kontaminan tersebut; dan memenuhi semua kriteria untuk penggunaan respirator pemurni udara. APD Tingkat C yaitu Respirator pemurni udara dengan penutup wajah penuh atau setengah yang disetujui oleh NIOSH ; pakaian anti cipratan bahan kimia dua potong; pakaian terusan tahan bahan kimia sekali pakai ; sarung tangan dalam dan luar yang tahan bahan kimia.
  • APD Tingkat B digunakan saat jenis dan konsentrasi zat i atmosfer telah diidentifikasi dan memerlukan perlindungan pernapasan tingkat tinggi, tetapi perlindungan kulit lebih sedikit daripada Level A atau digunakan oleh  personel yang bekerja dalam situasi darurat yang menanggapi insiden bahan kimia berbahaya. APD Tingkat B adalah Peralatan pernapasan mandiri (SCBA) bertekanan positif, dengan pelindung wajah penuh, atau respirator udara bertekanan positif dengan SCBA ; Pakaian tahan bahan kimia berkerudung ; sarung tangan dalam dan luar yang tahan bahan kimia ; Sepatu bot ujung baja dan betis yang tahan bahan kimia.
  • APD Tingkat A igunakan saat perlindungan kulit, pernapasan, dan mata sangat dibutuhkan, seperti dalam situasi bahan berbahaya yang melibatkan konsentrasi tinggi atau kemungkinan paparan uap, gas, atau partikulat berbahaya. APD Tingkat A yaitu Respirator SCBA bertekanan positif, dengan pelindung wajah penuh, atau respirator udara bertekanan positif dengan SCBA untuk melepaskan diri  ; Setelan pelindung bahan kimia yang benar-benar membungkus ; sarung tangan dalam dan luar yang tahan bahan kimia ; Sepatu bot luar ujung baja dan betis yang tahan bahan kimia yang semuanya sekali pakai.

            Penulis mengamati seorang dokter hewan di sekitar penulis yang menggunakan APD sesuai standar, karena beliau juga seorang dosen. Tetapi terkadang masih banyak oknum yang tidak menggunakan APD sesuai standar, hal itu bisa menyebabkan tertularnya penyakit virus dari hewan ke manusia. Hal ini sesuai dengan data yang telah dipaparkan sehingga perlu tindakan untuk menekan angka penyebaran ini, diperlukan langkah-langkah strategis yang melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintah dan organisasi kedokteran.

Pemerintah memiliki peran krusial dalam menyusun dan menerapkan peraturan tentang pengunaan APD yang tegas dan efektif. Di sisi lain, organisasi kedokteran hewan, termasuk institusi pendidikan kedokteran, harus meningkatkan kesadaran akan pentingnya pencegahan penyakit zoonosis sejak masa pendidikan. Penerapan penggunaan APD secara benar dan tepat sesuai dengan aturan sehingga mahasiswa lebih waspada akan bahaya penularan. Dengan demikian, calon tenaga medis akan lebih siap menghadapi tantangan ini di masa depan.

Sinergi antara pemerintah, organisasi kedokteran hewan, dan masyarakat umum sangat diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan mengurangi risiko penyebaran penyakit dari hewan ke manusia. Upaya ini tidak hanya melindungi kesehatan manusia, tetapi juga mendukung keseimbangan ekosistem dan keberlanjutan lingkungan.

           

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun