Tulisan ini terinspirasi setelah membaca salah satu buku yang cukup banyak dikenal oleh masyarakat saat ini. Bahkan, menjadi salah satu Mega Best Seller. Buku yang menarasikan tentang salah satu ajaran Filsafat Yunani Kuno, yang jika dipraktekkan di era modern saat ini masih sangat relevan. Iyesss, Reader pasti sudah bisa menebak! Filosofi Teras.
Ada banyak sekali hal yang bisa dipelajari dari buku ini, salah satunya terkait kisah Frederick Douglass. Setelah membaca sedikit tentang kisah perjuangannya, alhasil muncullah ide untuk sharing this insight kepada Readers! Douglass merupakan salah satu tokoh dunia yang sangat menginspirasi dan berkontribusi dalam gerakan penghapusan perbudakan dan hak asasi para kulit hitam di Amerika (1818 - 1895). Ia lahir di Amerika sebagai budak di Maryland dan dipisahkan dari ibunya sejak lahir.
Douglass menggambarkan bagaimana budak sering dipukuli dan disiksa oleh pemiliknya. Pada usia 20-an Douglass berhasil melarikan diri berkat kegigihannya untuk belajar membaca dan menulis sekalipun dalam keadaan diam - diam. Sehingga, membuat dirinya sadar dan memahami nilai kebebasan dan hak asasi manusia. Saat melarikan diri, Ia menetap di Massachusetts dan mulai aktif dalam gerakan penghapusan perbudakan pada kulit hitam.
Selama melakukan perjuangan ini, tentu banyak sekali ancaman, diskriminasi dan cerita yang menemani dirinya. Salah satu cerita yang cukup memotivasi dan juga diceritakan singkat pada buku Filosofi Teras adalah ketika Douglass sedang melakukan perjalanan dengan angkutan umum dan dipaksa untuk duduk di gerbong bagasi karena masih kentalnya perbedaan kelas kulit putih dan kulit hitam.
Beberapa orang kulit putih yang mengenal Douglass lewat perjuangannya saat itu, mencoba menghampirinya dan berkata "aku turut menyesal atas perlakuan yang dilakukan kepadamu" dengan lugas Douglass menjawab "tidak ada yang perlu disesali, karena sejatinya tidak ada seorangpun yang bisa merendahkan Jiwa didalam diriku. Akan tetapi, seharusnya merekalah yang perlu dikasihani atas perlakuan yang mereka lakukan sendiri".
That was a very insightful answer! Mungkin sebagian dari kita akan merasa terprovokasi jika berada di situasi yang sama seperti Douglass. Namun, jika kita bisa mengendalikan emosi bawah sadar kita, maka persepsi kita akan jauh lebih positif. Ada kalanya kitalah yang harus merasa kasihan kepada orang yang telah mengintimidasi kita, mungkin karena ketidaktahuan orang tersebut terkait dampak dari tindakan yang dia ambil.
Douglass dengan sangat lugas memberikan pelajaran kepada kita bahwa ada kalanya kita perlu mengasihani orang yang telah mengintimidasi kita. Dan bahkan merekalah yang turun kelas atas perbuatan mereka sendiri. Dari pada terus bergelut pada perilaku yang telah dilakukan orang tersebut, lebih baik fokus untuk membangun jiwa yang lebih bijaksana dan selalu menjaga martabat dan harga diri. Meskipun tubuh dijajah atau ditindas, semangat dan jiwa seseorang tidak dapat dihancurkan oleh kekuatan eksternal.
Ini juga menjadi pemahaman penting untuk kita, tidak perlu mengasihani diri terus menerus saat seseorang berusaha menindas dan mengintimidasi jiwa kita. Karena sejatinya tidak ada yang bisa merendahkan jiwa kita tanpa izin dari diri kita sendiri. Tetap fokus untuk membangun diri lebih baik. Hingga kisah tersebut di suatu saat nanti hanya akan menjadi cerita singkat yang bisa kita bagikan kepada orang - orang tentang bagaimana hal itu dapat memotivasi diri kita untuk mendapatkan jiwa yang bijaksana.
Sampai jumpa di artikel selanjutnya...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H