Duck syndrome adalah istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan seseorang yang tampak tenang dan sukses di permukaan, seperti bebek yang meluncur dengan tenang di atas air. Namun di bawah permukaan, orang tersebut berjuang keras, merasa stress, cemas, atau tertekan, mirip dengan bagaimana bebek mengayuh kakinya dengan cepat di bawah air untuk tetap bergerak maju. Istilah ini sering kali digunakan dalam konteks akademik atau profesional untuk menggambarkan individu yang terlihat mampu mengatasi semua tuntutan dan tekanan dengan mudah, tetapi sebenarnya mereka bekerja sangat keras untuk tetap tampil demikian dan mungkin mengalami kesulitan mental atau emosional yang signifikan.
Duck syndrome sering dikaitkan dengan mahasiswa atau individu di lingkungan berprestasi tinggi, di mana ada tekanan besar untuk tampil sempurna atau selalu berhasil. Mereka mungkin merasa harus menyembunyikan kesulitan mereka untuk mempertahankan citra kesuksesan yang mereka tunjukkan kepada orang lain. Hal ini dapat menyebabkan perasaan isolasi dan meningkatkan risiko masalah kesehatan mental, seperti kecemasan atau depresi.
Istilah Duck Syndrome diyakini berasal dari mahasiswa di Universitas Stanford pada awal 2000-an. Stanford dikenal sebagai salah satu universitas paling prestisius di Amerika Serikat, dengan tekanan akademik yang sangat tinggi. Mahasiswa di Stanford menggambarkan perasaan mereka yang tampak tenang di luar, tetapi sebenarnya mereka bekerja sangat keras dan merasa stres di dalam, seperti bebek yang tampak tenang di permukaan air tetapi mengayuh kakinya dengan cepat di bawah air.
Duck syndrome adalah kondisi yang mungkin tidak langsung terlihat karena orang yang mengalaminya sering berusaha menyembunyikan perjuangan mereka. Namun, ada beberapa tanda-tanda yang dapat menunjukkan bahwa seseorang mungkin mengalami duck syndrome:
Tanda-tanda Emosional dan Mental
Kecemasan Berlebihan:
Merasa cemas secara terus-menerus tentang kinerja akademik, pekerjaan, atau bagaimana mereka dilihat oleh orang lain.
Depresi:
Perasaan sedih yang berkepanjangan, putus asa, atau kehilangan minat dalam aktivitas yang biasanya menyenangkan.
Perasaan Tertekan:
Merasa kewalahan dengan tanggung jawab dan tekanan yang dihadapi, sering kali merasa tidak cukup baik meskipun telah bekerja keras.
Perfeksionisme:
Terobsesi dengan kesempurnaan dan sangat kritis terhadap diri sendiri ketika tidak mencapai standar yang sangat tinggi.
Tanda-tanda Fisik
Kelelahan Kronis:
Merasa lelah sepanjang waktu, meskipun sudah cukup tidur.
Masalah Tidur:
Sulit tidur atau tidur tidak nyenyak, sering terbangun di malam hari atau mengalami mimpi buruk.