Sesuatu yang berkaitan dengan kreativitas biasanya berhubungan dengan seni, hal ini dikarenakan salah satu sifat dasar seni adalah kreatif. Berbeda dengan matematika, karena matematika identik dengan angka, rumus, dan tidak sedikit orang menganggap matematika itu rumit. Ketika kita melihat sekilas gambaran mengenai hubungan antara seni dan matematika, tampak tidak saling berhubungan. Namun sebenarnya ketika matematika dan seni ini disatukan maka akan menghasilkan sebuah keindahan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibu Andonowati direktur Lawangwangu Creative Space Australia "Sebenarnya matematika di tingkat tinggi merupakan seni juga, karena berabstraksi dan kemudian membuat model dan sebagainya" (Andonowati:2017). Para seniman sendiri telah menggunakan matematika sejak abad ke-4 SM. Seperti Leonardo da Vinci, Polykleitos Albrecht Durer, dan para seniman lainnya telah menggabungkan antara matematika dengan seni. Beberapa hasil karyanya dapat dilihat sebagai berikut:
1. Polykleitos
Polykleitos merupakan seorang pematung yang berasal dari Yunani Klasik. Beliau membuat sebuah karya seni yaitu patung Doryphoros dan menulis sebuah teori canon. Dalam teori tersebut, beliau menetapkan proporsi tubuh pria dengan rasio 1/2
serta mendeskripsikan tubuh manusia melalui sebuah pengembangan deret geometri. Canon
Polykleitos memasangkan pada figur tubuh manusia berupa angka-angka yang hasilnya
sempurna seperti dewa-dewi.
2. Golden Ratio
Golden ratio merupakan perbandingan emas dengan symbol (phi) yang nilainya berkisar 1,618 dan merupakan bilangan irasional. Istilah untuk menggambarkan bagaimana elemen-elemen dalam sebuah karya seni dapat ditempatkan dengan cara paling estetis yang mana pengukurannya menggunakan kesesuaian pada golden ratio.
Adapun penerapan golden ratio dalam seni diantaranya yaitu:
a. Gedung Parthenon
Gedung Parthenon dari masa Yunani Klasik dipercaya mengandung rasio emas pada perbandingan sisi dan bangunannya, dimana perbandingannya adalah 1,618 yang tampak pada bagian-bagian daerah depan.
b. The Monalisa
Leonardo da Vinci yang merupakan seniman Italia membuat karya lukisan The Monalisa menggunakan proporsi wajah sesuai dengan persegi panjang emas. Perbandingan tinggi dan lebar lukisan wajah The Monalisa yaitu 1,618. Hal yang sama juga berlaku untuk proporsi tubuhnya yang dari siku ke siku sesuai dengan persegi panjang emas.
c. The Last Supper
The Last Supper merupakan sebuah Lukisan karya Leonardo da Vinci yang dilukis antara tahun 1494 -- 1497. Dalam Lukisan The Last Supper ini terdapat penerapan perbandingan emas atau golden ratio yang dapat dilihat pada meja dan ruangan yang digambarkan sesuai dengan ukuran rasio.
3. Seni Tekstil
Penerapan matematika dalam seni juga dapat ditemukan pada seni tekstil. Seni tekstil sendiri merupakan suatu kerajinan yang terbuat dari sutra, seperti benang, kain, dan lain-lain. Penggunaan konsep geometri sering kali diterapkan dalam seni tekstil pada saat pembuatan motif. Motif yang dibuat sangat beragam, seperti dalam knitting, quilting, berbagai pembuatan karpet, wearing, crochet, cross-stitch, embroidery, dan lain-lain.
Itulah beberapa hubungan antara matematika dengan seni yang tentunya masih banyak sekali keterkaitan antara matematika dengan seni yang dapat kita jumpai dalam kehidupan. Klaim bahwa adanya korelasi antara matematika dengan seni menjelaskan bahwa matematika adalah bagian dari seni. Oleh karea itu, keterpaduan antara matematika dengan seni akan mambuat keindahan sehingga matematika tidaklah menyeramkan melainkan suatu ilmu yang memiliki kebermanfaatan makna.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI