Seperti bagian dari lirik Himne Sumatera Utara diatas, Sumatera Utara memiliki penduduk yang beranekaragaman. Berdasarkan golongan etnisnya, Penduduk Sumatera Utara terdiri dari penduduk asli penduduk asli pendatang dan penduduk asing. Yang termasuk penduduk asli ialah: suku Melayu, Batak Karo, Simalungun, Pak-pak/Dairi, Batak Toba, Mandailing, Pesisir dan Nias. Golongan pribumi pendatang adalah suku: Jawa, Sunda, Bali, Ambon, Minahasa, Banjar, Palembang, Riau, Minangkabau dan lain-lain, sedangkan penduduk asing adalah orang-orang Arab, India, Cina dan bangsa-bangsa lain.
 Dengan keanekaragaman tersebut, maka tak heran jika Sumatera Utara memiliki kekayaan unsur-unsur kebudayaan yang berbeda-beda khususnya yang berasal dari setiap etnis yang ada di Sumatera Utara. Bahasa, tradisi, kerajinan tangan, makanan, kesenian dan lain sebagainya. Terdiri dari beragam perbedaan penduduk, tidak mengurangi rasa kekeluargaan sesama penduduk di Sumatera Utara khususnya dengan intoleransi terhadap perbedaan agama yang sering diberitakan akhir-akhir ini. Hal ini sejalan dengan indeks kerukunan umat beragama yang dirilis oleh Kementerian Agama (Kemenag) pada Rabu (11/12/2019), Sumatera Utara berhasil mencapai Skors Indeks KUB (Kerukunan Umat Beragama) di atas rata-rata nasional, yakni 76,3. Survei untuk KUB itu dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Bimbingan Masyarakat Agama dan Layanan Keagamaan pada Badan Penelitian dan Pengembangan dan Pendidikan dan Pelatihan (Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat) Kemenag.
 3. Pintar Nyanyi, orang Medan ya?
 Orang Medan pasti bisa bernyanyi! Hal ini seolah menjadi pandangan publik secara umum terhadap kemampuan bernyanyi orang-orang yang berasal dari Medan, Sumut. Â
Baru-baru ini, penduduk Sumatera Utara bangga dengan pencapaian Vinota Sihombing pada acara  The Voice Indonesia 2019. Judika, Maria Simorangkir, Joy Tobing, Margareth Siagian adalah beberapa penyanyi yang berasal dari Sumatera Utara yang menjadi idola karna bakat dan kemampuan mereka dalam bernyanyi. Tak hanya itu, kita juga mengenal Lyodra Margaretha Ginting yang menjadi juara pertama di  kompetisi menyanyi internasional khusus penyanyi solo berusia 6-15 tahun pada Festival Sanremo Junior 2017 yang diadakan di Italia.
 Ala bisa karna biasa, tampaknya ungkapan ini berlaku dalam pembentukan karakter suara orang Sumut terkhusus, suku Batak. Walau begitu, ada juga mereka yang memang secara sengaja mengasah kemampuannya bernyanyi melalui pelatihan di dunia tarik suara. Di Sumatera Utara, jika memiliki kesempatan berjalan ke pelosok-pelosok desa khususnya di warung-warung, maka  tak jarang akan ditemui  pemuda-pemuda dan bapak- marende (bernyanyi) dengan iringan gitar. Semua orang terlibat. Biasanya tidak ada yang hanya duduk dan mendengarkan. Walau tidak semua orang yang berasal dari Sumut memiliki kepiawaian dalam bernyanyi, namun apabila diberi kesempatan, mereka tidak akan menolak. Seiringan dengan hal itu, maka bila ada pesta baik untuk merayakan dukacita dan sukacita, tak jarang orang Sumut, khususnya mereka yang berasal dari etnis Batak menunjukkannya lewat bernyanyi.
  4. Racikan Obat Tradisional
 Dianugerahi dengan kergaman hayati, maka tak jarang masyarakat mengolahnya menjadi berbagai ramuan penawar pennyakit. Pemanfaatan jenis tanaman/tumbuhan tertentu sebagai obat biasanya dikuasai oleh mereka Penduduk asli, yakni mereka yang dari lahir hingga berusia lanjut di daerah Sumatera  Utara.  Tak hanya dalam bentuk ramuan, pengobatan juga dilakukan dalam bentuk pemijatan atau penyembuhan metode tangan dan barulah diberikan obat-obatan yang berasal dari rempah-rempah dedaunan maupun akar pepohonan.
- Â Minyak Khas Karo
Tak hanya menyisakan kenangan tentang kemenangannya pada perhelatan Asian Games 2018. Â Anthony Sinisuka Ginting juga memberi pengenalan tentang salah satu ramuan yang berasal dari suku Karo, Sumatera Utara. Mengalami nyeri otot di kaki kiri membuat atlet asal Cimahi, Jawa Barat itu tak mampu menuntaskan laga pada final beregu putra Asian Games 2018 antara Indonesia dan China tepatnya pada Rabu 22 Agustus 2018. Namun, Lucia, ibunya Anthony menyrankan agar Ia menggunakan minyak urut khas Karo, Sumatra Utara untuk membantu mengatasi keram otot yang dialaminya.
Minyak karo merupakan salah satu ramuan yang dibuat dari beragam rempah seperti buah pala, kencur, lada, rempah ratus, daun kapal kapal, daun jeruk purut, kemangi, akar pinang, tawar gegeh, tawar ipuh, bulung nilam, akar riman, akar bambu, alang-alang, kunyit, pinang akar pengkih, akar enau,bawang merah dan bawang putih dan bahan lainnya. Oleh orang-orang Karo sendiri, minyak ini biasa disebut minyak pengalun yang artinya minyak pijat. Minyak ini biasanya digunakan untuk meredakan sakit kepala dan demam, mengatasi nyeri rematik, juga berkhasiat meredakan nyeri otot, mabuk perjalanan hingga mengeringkan dan mengobati kulit yang terluka bakar. Minyak karo juga  memiliki rasa hangat yang cocok digunakan untuk kusuk dan menghangatkan badan.
- Pultak-pultakÂ
 Physalis angulate atau dalam bahasa Indonesia disebut ceplukan memiliki banyak manfaat kesehatan. Untuk beberapa daerah di Sunut, tanaman ini sering digunakan untuk mengatasi cacar. Ketika  terserang cacar, mandi dengan menggunakan air rebusan ceplukan dipercaya bisa mengobati cacar tanpa meninggalkan bekas.
- Unte Pangir