Mohon tunggu...
santi hartini
santi hartini Mohon Tunggu... Guru - Guru TIK

Guru TIK

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Berpacu dengan THR

15 Mei 2020   23:48 Diperbarui: 16 Mei 2020   00:29 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudahkah anda dapat THR ?

Tunjangan Hari Raya ini sangat dinanti oleh seluruh pekerja di berbagai bidang pekerjaan, dengan perhitungan dan mekanisme yang berbeda-beda pada setiap perusahaan atau instansi.

Ada yang sudah menerima dari 2 minggu sebelum Hari Raya Idul Fitri, ada juga yang belum menerima sampai H-7 Lebaran. Yang sudah menerima banyak-banyak bersyukur masih diberikan rejeki untuk dirinya dan keluarga. Dan yang masih belum dapet harap bersabar karena apabila bekerja di perusahaan yang terdaftar di Departemen Tenaga Kerja otomatis akan mendapatkan hak THR ini walaupun jumlah nya tidak sama karena ada kebijakan perusahaan yang mengaturnya, dan setelah menerimanya nanti jangan lupa bersyukur dan berbagi juga ya.

Kenapa harus banyak bersyukur nih? Karena tidak banyak kalian tahu diluar sana banyak pekerja yang malah mendapatkan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) menjelang Lebaran tahun ini, dikarenakan krisis perusahaan yang merupakan dampak dari wabah corona yang mendunia ini menggoyangkan ekonomi.

Bagi perusahaan sendiri mungkin berat melakukan PHK ini akan tetapi itu juga telah melalui proses pertimbangan yang matang. Kemudian ada juga para pekerja yang dirumahkan dan tidak mendapatkan THR bahkan gaji bulanannya pun dipotong, sungguh menyedihkan pada kondisi seperti disaat setiap orang membutuhkan biaya besar malah dilakukan pemotongan sepihak, tapi hal tersebut merupakan resiko bagi para pekerja yang menggantungkan penghasilannya terhadap suatu perusahaan.

Ada beberapa perusahaan yang memang tidak terdampak langsung wabah corona ini sehingga tidak mempengaruhi penghasilan dan tunjangan yang diberikan seperti ASN, beberapa BUMN dan perusahaan besar lainnya.

Berbicara THR banyak yang menggunakannya dengan cara yang kurang bijak, mungkin karena namanya tunjangan hari raya maka harus dihabiskan benar-benar untuk hari raya Lebaran dan dihabiskan saat itu juga. Sehingga banyak pusat perbelanjaan membludak penuh dan orang-orang berbelanja seolah berlomba-lomba memenuhi keranjang belanjaannya, sampai tidak sedikit menyebabkan kekacauan dan kerusakan untuk area tertentu karena mereka fokus memilih barang sampai tidak menghiraukan situasi disekitarnya dan orang-orang lain sesama pembeli.

Yang banyak diburu adalah pusat perbelanjaan baju atau fashion, karena mereka terikat dengan tradisi Lebaran dengan baju baru, atau sekedar untuk berbagi baju lebaran dengan keluarga atau kerabat. Dan pusat perbelanjaan yang ke 2 adalah pusat sembako atau makanan, tempat ini pun tak kalah penuhnya dengan pusat fashion tadi, dalihnya sama untuk berbagi. Alhamdulillah berbagi memang sangat dianjurkan dan baik sifatnya, akan tetapi kita harus bijak pula dalam menggunakan uang THR ini akan lebih baik kita punya manajemen keuangan yang tertata rapi, perhitungkan untuk diri sendiri dan keluarga inti, untuk berbagi dan untuk menabung, presentasikan ke 3 bagian tersebut, dan buat catatan prioritas sehingga kita tidak kalap dalam berbelanja. Beli barang-barang yang memang sangat diperlukan dan sedikit demi sedikit keluar dari kebiasaan bahwa lebaran harus dan wajib memakai pakaian serba baru, karena tradisi ini dibuat oleh manusia maka mari biasakan diri untuk hidup sederhana artinya apabila memang baju lama atau baju yang ada dirumah masih banyak yang pantas untuk dipakai maka dianjurkan untuk tidak usah membeli yang baru, dan tularkan juga hal ini terhadap anak-anakkita sehingga mereka pun mengerti bahwa Lebaran ini yang terpenting adalah tulus dari hati untuk saling memaafkan dan bersilaturahmi dengan baik.

Karena banyak kejadian malah bukan hanya menghabiskan THR saja, bahkan sampai menggunakan dana yang lain hanya demi berbagi dan mempertahankan gengsi tertentu inilah yang celaka bagi keuangan keluarga, maka berbagilah semampunya dan jangan memaksakan.

Jangan melihat orang lain sebagai tolak ukur keberhasilan karena setiap dari kita diciptakan unik dan berbeda dengan kelebihannya masing-masing maka pandai lah membaca diri sendiri dengan menjadikannya motivasi untuk bertindak positif dan tidak berlebihan. Jangan pula latah dengan situasi yang ada, artinya melihat orang berlomba-lomba berpacu dengan THR terus kita menjadi terbawa suasana dan ingin berperilaku yang sama, stop ubah pemikiran kita jadilah pribadi yang bijak, terencana dan prioritas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun