Mohon tunggu...
Santi Dwi Hapsari
Santi Dwi Hapsari Mohon Tunggu... -

terus belajar, semangat, pantang menyerah, dan positive thinking

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lupa Mencintai yang Lain

29 Januari 2014   14:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:21 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari itu adalah hari pertama aku masuk SMA dan mengikuti masa ospek di SMA tersebut. Aku berhasil masuk di salah satu SMA terfavorit di Jakarta. Hari itu, perasaanku campur aduk, antara senang dan takut membayangkan aku harus mengikuti ospek yang biasanya dilaksanakan selama 3 hari.

Hari itu aku hanya diam, sendirian, dan mengikuti perintah dari para senior. aku belum bisa beradaptasi dengan teman-teman yang lainnya. Memang aku termasuk orang yang sulit untuk beradaptasi dengan lingkungan dan suasana baru. Keesokan harinya saat makan siang aku berhasil berkenalan dengan putri, ellen, dan hanifah.

“Hai, boleh gw duduk di sini?”, tanyaku kepada sekelompok wanita.

“Oh,,ia silakan”, jawab mereka bertiga.

“oh, ia namanya siapa?”

“Kenalin nama gw putri, yang ini namanya ellen, dan satu lagi namanya hanifah”, kata putri memperkenalkan dua orang temannya tersebut.

“Kalau gw dwi”

Aku bersalaman dengan mereka satu persatu sambil menyebutkan namaku..

“Kalian dari SMP yang sama?“, tanyaku kepada mereka.

“Ia, kami dulu satu sekolahan”, jawab ellen.

“Memangnya kalian dari SMP mana?”

“Kami dari SMP Putri, lo?”, kata hanifah.

“Kalau gw dari SMP 21”, jawabku padanya.

Obrolan pun semakin berlanjut, kami bercerita panjang lebar dan bertukar nomor HP satu sama lain. Kamipun menjadi akrab satu sama lain. Besok adalah hari terakhir aku mengikuti masa ospek dan besok akan diumumkan dikelas mana aku akan berada. Keesokan harinya kami berempat juga telah janjian untuk berkumpul bersama dikantin saat jam pulang.

Akhirnya jam pulang tiba, kebetulan aku keluar duluan jadi aku segera kekantin menunggu ellen, putri, dan hanifah.

“Hai, disini...”, aku melambaikan tangan kepada mereka.

“Hai,,udah dari tadi disini?”,tanya putri.

“Yah, lumayan deh. Soalnya gw tadi keluar lebih cepat”, jawabku.

“Oh, ia kan tadi udah dibagiin penempatan kelasnya. Kami satu kelas. Kami dikelas X-2 . Lo dimana dwi?, kata hanifah.

“Gw juga di X-2. Berarti kita satu kelas dong?”.

“iaaa....asiiiiikkkkkkkkkkk kita satu kelas”, kata ellen.

Kamipun duduk berdekatan, kemana-mana selalu berempat, dan menjadi teman dekat. Tidak terasa sudah satu bulan aku menjadi siswa di SMA tersebut. Selama beberapa waktu tersebut aku telah akrab dengan semua teman sekelasku, terkecuali sosok cowo tersebut. Entah mengapa sulit sekali buat diriku untuk dekat dengannya. Jika di pikir-pikir dari awal masuk hingga saat ini aku jarang sekali mengobrol dengan cowo itu. Akupun jadi penasaran dengan sosok cowo bernama fadil. Tanpa sadar aku jadi sering memperhatikan perilakunya dikelas. Menurutku, dia adalah cowo yang cukup pintar, supel,dan cukup humoris. Terkadang aku merasa kagum dengan fadil.

Seiring dengan berjalannya waktu aku merasa ada rasa yang bergejolak setiap kali melihat sosok fadil. Sosok dirinya yang pintar, supel, dan humoris itu telah membuatku jatuh cinta padanya. Semakin lama rasa suka aku terhadap dirinya semakin dalam. Namun, aku tidak pernah berani untuk mendekatinya dan mengobrol dengan fadil. Setiap harinya yang ada dipikiranku hanya fadil. Di sekolah aku diam-diam selalu memperhatikan fadil dari kejauhan. Dirumahpun aku terus memikirkan dia, membayangkan seandainya aku bisa menjadi pacarnya, dan sebagainya. Terkadang, akupun menangis diam-diam di dalam kamar karena melihat fadil disekolah dekat dengan wanita lain.

Akupun menceritakan perasaanku ini kepada ketiga sehabatku. Kami berempat memang sudah seperti keluarga dan tidak ada hal yang ditutupi diantara kami. Saat jam istirahat makan siang, seperti biasa kami saling bercerita dan pada saat itu aku pun mulai menceritakan perasaaanku pada fadil.

“Ada yang ingin gw ceritakan pada kalian bertiga”, kataku.

“Ada apa wi?”, tanya hanifah.

“Gw suka sama fadil...”

“Hah,sejak kapan? Ko bisa lo suka sama dia?”tanya ellen.

“Gw juga ga tahu sejak kapan. Yang pasti gw tiba-tiba jadi suka banget sama fadil. Enggak tahu kenapa ada sesuatu di dirinya yang buat gw jadi suka sama dia”. Gw pengen banget bisa deket dan ngobrol sama dia. Tapi kalian kan tahu gw ga pernah deket apa lagi ngobrol sama dia”.

“Yaudah, lo ajak ngobrol dong dia seperti ke kita biar lo bisa deket sama dia”, kata putri.

“Gw pengen banget bisa kaya gitu. Tapi gw malu dan ngga tahu kenapa kalau sama cowo yang gw suka memang ga pernah bisa dekat”.

“Emmmm...yaudah nanti kita bantuin lo biar bisa dekat sama fadil”, kata hanifah.

Beberapa bulan kemudian saat pulang sekolah, fadil tiba-tiba menembak putri sahabatku sendiri di depan mataku. Aku sangat kaget dan baru tahu bahwa selama ini fadil suka dengan putri. Karena selama ini fadil tidak pernah memperlihatkan bahwa dia suka sama putri. Perasaaanku campur aduk sekali, antara tidak percaya, kecewa, dan pastinya sedih banget. Akupun berusaha untuk merelakan fadil dan tidak sedih di depan sahabatku. Meskipun putri saat itu menolak fadil. Sejak saat itu, aku berusaha untuk melupakan fadil meski tidak pernah bisa. Aku pun tetap bersahabat dengan putri, hanifah, dan ellen.

Tidak terasa saat ini aku sudah kelas 3 SMA. Aku tidak pernah satu kelas lagi dengan fadil dan ketiga sahabatku itu. Namun, rasa sukaku terhadap fadil tidak pernah hilang. Suatu hari, aku menjadi dekat dengan fadil. Awalnya, karena fadil sering sekali main kekelasku untuk menemui sahabatnya tomi. Sedangkan aku dekat sekali dengan tomi. Dikelas kami sering ngobrol dan bercanda serta istirahat bareng. Oleh karena itu, aku jadi sering ngobrol bareng dengan tomi dan fadil. Aku jadi sering berhubungan dengan fadil.

Saat jam istirahat fadil seperti biasa datang kekelasku dan dia mengajakku nonton pada hari sabtu. Hari yang aku tunggu-tunggu itupun tiba.

“Assalamuailaku, dwi..dwi..”, panggil fadil didepan rumahku.

“Walaikumsalam..ia fad silahkan masuk dulu. Sebentar ya gw ambil tas dulu didalam”.

“Oh, ia wi”, jawab fadil.

“ayooooo fad..gw udah siap nih”.

Kamipun tiba di sebuah mall....

“Kita mau nonton apa fad?”, tanyaku padanya.

“Emmm,,nonton film itu aja gimana?, tunjuk fadil pada salah satu poster film.

“Okeee...kayanya filmnya bagus”.

Kamipun nonton filmtersebut. Setelah selesai nonton kami makan di satu tempat makan dan saat itu fadil menembak aku.

“Emmm, dwi sebenernya aku suka kamu. Kamu mau ga jadi pacar aku?”, tanya fadil.

“Iaaa aku mau fad”, jawabku sambil tersenyum.

Kami akhirnya pacaran. Satu bulan, dua bulan, tiga bulan masa pacaran hubungan kami baik-baik saja bahkan sangat indah. Maklum baru jadian. Namun, saat jalan empat bulan fadil berubah, dia jadi sangat cuek, sulit banget untuk di temui, dan kami jarang sekali berkomunikasi. Meskipun sikapnya seperti itu tapi aku selalu memberitahukannya segala hal yang aku lakukan dan selalu memberi perhatian padanya walaupun dia tidak pernah menanggapi. Tidak hanya itu, aku juga sering mencoba menelfonnya dan menemuinya.

Sudah empat bulan sikapnya selalu seperti itu. Aku pun berusaha untuk terus bertahan karena aku sangat sayang padanya. Sampai pada akhirnya, aku tahu dia sedang dekat dengan seorang wanita dan fadilpun mengakuinya. Aku memang marah dengan dia tapi ketika dia minta maaf dan menjelaskannya, akupun memaafkannya karena aku tidak bisa membohongi perasaanku. Hubungan kamipun kembali seperti yang dulu. Tidak lama kemudian sifatnya kembali cuek seperti waktu itu. Sampai satu setengah tahun kami pacaran dia sifatnya berubah-ubah. Kadang dia sangat cuek nanti kadang dia baik lagi seperti awal pacaran. Fadil sering sekali bersikap sangat cuek denganku. Sifat fadil yang seperti itu membuat aku jadi malas untuk makan, susah tidur, sering menangis, dll. Ketiga sahabatku, yaitu putri, ellen, dan hanifah juga sudah sangat sering menasehatiku untuk melepaskan dia dan untuk apa bertahan dengan cowok seperti itu. Tetapi aku selalu berusaha untuk terus bertahan dan memahami sifat fadil yang seperti itu.

Tidak terasa sudah dua tahun kami berpacaran. Akupun memutuskan untuk putus dengan fadil, karena aku sudah tidak tahan dengan sifatnya yang seperti itu meskipun aku masih sayang dengannya. Aku sadar bahwa rasa sayang ku yang begitu besar pada fadil telah membuat aku lupa untuk mencintai yang lain. Aku lupa untuk mencintai diri sendiri, bahkan pada keluarga dan sang pencipta. Aku terlalu sibuk memikirkan fadil dan melakukan segala hal untuknya tapi aku lupa untuk membahagiakan keluarga, meluangkan waktu bersama mereka, mendekatkan diri pada sang pencipta, dan bahkan aku lupa untuk memikirkan diriku sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun