Mohon tunggu...
santi diwyarthi
santi diwyarthi Mohon Tunggu... Dosen - Wanita adalah bunga, indahnya dunia, tiang penjaga damai dunia.....
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

a wife, a mother, a worker....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kupang, I'm Coming

7 Desember 2015   15:02 Diperbarui: 7 Desember 2015   15:16 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Begitu mendapat mandat untuk berangkat ke Kupang, aku segera mempersiapkan diri. Menjadi narasumber bagi para pengelola Desa Wisata yang ada di Kupang, menghantarkan materi Revolusi Mental. Seumur hidup belum pernah menginjkakkan kaki di bumi Kupang, namun, bila panggilan hati nurani dan Negara memanggil, maka, aku akan berusaha memberikan yang terbaik yang ku bisa.

Hari ini hari raya Pagerwesi, aku telah bersembahyang bersama anggota keluarga di pagi hari. Si sulung berangkat kerja, si bungsu sedang bermain bersama sahabatnya, suami sedang paruman bersama warga perum. Setelah berpamitan, aku berangkat dengan mengendarai motor si putih nyonya tua, meluncur menuju Bandara Ngurah Rai. Parkir di gedung parkir berlantai dua, lalu bergerak ke terminal keberangkatan dengan pesawat GA 438 pukul , tiba di bandara El Tari Kupang pada pukul 12.10. Tanpa membuang waktu, kuminta supir yang menjemputku untuk bergerak menuju Pura Oebananta, untuk bersembahyang disana.

Pura Oebananta terletak di daerah Oeba, di tepi Pantai Pasir Panjang.Untuk tiba di Pura Oebananta, kita harus melalui Pasar Oeba. Pasar Oeba terkenal sebagai pasar ikan yang terbesar di Kupang. Di pasar ini tidak hanya menjual ikan hasil tangkapan nelayan Kupang, namun juga sayur mayor, buah-buah an, bahan pangan lain, serta pakaian yang diperdagangkan disini.

Di Kupang terdapat banyak pantai yang menarik. Jika Pasar Oeba terkenal sebagai pasar ikan terbesar yang terletak di Pantai Pasir Panjang, maka Pasar Nunsui dikenal sebagai pasar ikan di tengah laut, dimana para pedagang mencegat para nelayan yang baru kembali dari menangkap ikan di tengah laut. Pasar Nunsui serupa dengan pasar terapung yang berada di Kalimantan Selatan. Pasar Nunsui terletak di dekat pantai Nunsui, sekitar 12 km dari pusat kota Kupang.

Data BPS NTT memperlihatkan, 190 ribu dari 4,6 juta penduduk Kupang berprofesi sebagai nelayan. Dengan jumlah tersebut, rata-rata hasil tangkapan ikan nelayan Kupang bisa mencapai 388.000 ton/ tahun. Tak heran jika berkunjung ke Kupang, para wisatawan selalu disajikan berbagai kuliner khas pesisir, salah satunya berpusat di pasar Solor yang terkenal dengan sajian ikan bakarnya.

Cukup 1 jam berada di Pura, kuajak supir yang bersamaku menikmati Se’I di Resto Aroma. Kami mencoba Se’I Babi dengan sayur daun ubi lembut yang disiram kuah santan.

Daging se’I merupakan daging asap sebagai makanan khas yang berasal dari propinsi Nusa Tenggara Timur. Daging asap diolah dengan menggunakan kayu bakar yang berjarak jauh dari makanan, sehingga yang mematangkan olahan makanan tersebut bukan api, melainkan asap panas dari kayu bakar. Se’I bias berupa daging sapi, daging babi, juga daging ikan. Se’I bisa dimakan langsung dengan mengiris tipis. Namun bila sudah disimpan selama beberapa hari, maka harus digoreng kembali, atau dimasak dalam tumisan sayur mayur.

Waktu sudah menunjukkan pukul 15.15 sore ketika aku tiba di Hotel On The Rock, di pinggir pantai Oesappa. Hotel yang berada di bawah manajemen Prasanthi ini merupakan hotel bintang 3 dan memiliki 84 kamar. Aku mendapatkan kamar 229, berhadapan dengan jalan Timor Raya, dimana banyak angkot berseliweran yang memudahkan mobilitas murah ke berbagai tempat tujuan di Kupang. Selesai meletakkan ransel berisi laptop dan berkas materi, aku bergerak menuju ruang Jasphire, tempat diklat sedang berlangsung. Kulihat Pak Cecep, dari Kementerian Pariwisata, sedang menyampaikan materi mengenai hygiene dan sanitasi peralatan yang dipergunakan dalam dunia pariwisata. Ada tiga narasumber dalam diklat Pembekalan bagi Para Pengelola Desa Wisata di Kupang, yakni Pak Djinaldi Gosana, Pak Cecep Tomi, dan aku sendiri. Diklat diadakan dari tanggal 1 – 3 Desember 2015. Aku baru akan menyampaikan materi pada hari terakhir, yakni Kamis, 3 Desember 2015.

Pada Diklat ini terdapat 40 orang peserta, yang berasal dari 5 Desa Wisata yang ada di Kupang, meliputi Batunona, Goacina
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Kupang adalah seorang perempuan, yakni Dra Ester Muhu. Beliau menjelaskan di Kupang, Jumat (20/11/2015), kota Kupang memiliki empat desa wisata, yakni Lasiana, Penfui, Mantasi dan Manutapen. Muhu menambahkan pengembangan desa wisata ini disesuaikan dengan kondisi desa masing-masing, misalnya di Lasiana ada sanggar tari dan warga sudah dilatih untuk membuat cenderamata, di Kelurahan Manutapen ada sentra tenun ikat dan ada kuburan Taebenu, dan di Penfui ada Tugu Jepang.

Gubernur Nusa Tenggara Timur, Frans Lebu Raya, tanggal 2 Mei 2015 menjelaskan target 2018 akan terdapat 273 desa wisata di NTT sebagai realisasi komitmen pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat NTT, khususnya yang ada di pedesaan (http://www.beritasatu.com/nasional/270583-ntt-targetkan-capai-273-desa-wisata-sampai-tahun-2018.html)
Kepala Dinas Pariwisata Nusa Tenggara Timur, Marius Ardu Jelamu, di Kupang mengatakan, hingga 2014 lalu NTT baru mempunyai 73 desa wisata. "Penambahan jumlah desa wisata merupakan bagian dari komitmen pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat NTT, khususnya yang ada di pedesaan. Karena itu pemerintah berkeyakinan bahwa desa wisata akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Secara otomatis, langkah ini akan menjadi lokomotif untuk menggerakkan sektor lainnya," lanjutnya.

Desa-desa wisata saat ini antara lain desa wisata Wae Sano, Cunca Lolos, dan Liang Dara di Kecamatan Sano Nggoang, Manggarai. Kemudian desa wisata Labuan Bajo, Komodo, Pasir Panjang, Desa Batu Cermin di Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat. Selanjutnya Desa Satarlenda, Kecamatan Satarmese, Kabupaten Manggarai dan Desa Nangalabang, Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur, serta desa wisata perkampungan tradisional Bena di Kabupaten Ngada dan perkampungan tradisional Boti di Kabupaten Timor Tengah Selatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun