Mohon tunggu...
santi diwyarthi
santi diwyarthi Mohon Tunggu... Dosen - Wanita adalah bunga, indahnya dunia, tiang penjaga damai dunia.....
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

a wife, a mother, a worker....

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menikmati Lokakarya, Srawung Seni, dan Diskusi di Samuan Tiga

8 Maret 2019   15:56 Diperbarui: 8 Maret 2019   16:12 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada waktu itu di Jawa Timur ada lima pendeta bersaudara. Ke-lima pendeta bersaudara tersebut kerap dijuluki Panca Pandita atau Panca Tirta. Mereka adalah Mpu Semeru, Mpu Ghana, Mpu Kuturan, Mpu Gnijaya dan Mpu Bharadah. Empat di antara kelima pendeta tersebut didatangkan ke Bali secara berturut-turut, yaitu:

1. Mpu Semeru datang di Bali pada tahun saka 921 (999 M) ber parhyangan di Besakih.

2. Mpu Ghana datang pada tahun saka 922 (1000 M) ber parhyangan di Gelgel.

3. Mpu Kuturan datang pada tahun saka 923 (1001 M) berparhyangan di Silayukti, Padangbai.

4. Mpu Gnijaya datang pada tahun saka 928 (1006 M) berparhyangan di Lempuyang (Bukit Bisbis).

Mpu Kuturan yang berpengalaman sebagai kepala pemerintahan di Girah dengan sebutan Nateng Girah, oleh Gunapriyadharmapatni diangkatlah beliau sebagai senapati dan sebagai Ketua Majelis Pakira-kiran I jro Makabehan.

Melalui posisi yang dipegang itu, Mpu Kuturan melaksanakan musyawarah bagi sekte keagamaan yang berkembang di Bali bertempat di Pura Penataran kerajaan. Pada masa itu, setiap kerajaan di Bali memiliki tiga pura utama: Pura Gunung, Pura Penataran (di pusat kerajaan) dan Pura Segara (laut). Musyawarah tersebut berhasil menyatukan semua sekte untuk penerapan konsepsi Tri Murti yaitu kesatuan tiga manisfestasi Tuhan (Dewa Brahma, Dewa Wisnu dan Dewa Siwa) dalam satu kesatuan yang tak terpisahkan.

Konsepsi "three in one" ini (aryapengalasan) berlaku di seluruh Bali dan menghapuskan dominasi satu sekte terhadap sekte lainnya, meskipun belakangan sekte Siwa Sidhanta yang tampil dominan. Penyatuan ini serupa dengan apa yang dilakukan oleh Mpu Kuturan di Jawa dengan mendirikan Candi Loro Jonggrang (Prambanan) yang memuja Dewa Brahma, Wisnu dan Ciwa.

Untuk memperingati peristiwa penting tersebut maka tempat dimana terjadi musyawarah tersebut, yakni Pura Penataran kerajaan tersebut, diberi nama Pura Samuantiga.

Konsep Tri Murti yang diperkenalkan oleh Mpu Kuturan kemudian diterapkan dalam pola Desa Pakraman dengan pendirian pura Kahyangan Tiga yakni Pura Desa (Brahma), Pura Puseh (Wisnu) dan Pura Dalem (Siwa) pada setiap desa. Bagi setiap keluarga, diterapkan pembangunan Sanggar Kamulan Rong Tiga (tempat pemujaan dengan tiga pintu).

Ini yang menjadi pitenget bagi siapapun, bahwasanya, harmoni akan tercipta bila didasari dengan niat tulus dalam diri setiap umat manusia, pemahaman mendalam terhadap latar belakang sejarah, saling menghargai satu sama lain,dan aplikasi nyata dalam berbagai aspek kehidupan. Karena setiap orang memiliki peranan dan fungsi nya masing-masing yang akan saling melengkapi satu sama lain. Pemimpin, pengusaha, penguasa, tokoh masyarakat, pemuka agama, petani, nelayan, guru, seniman, budayawan, guru dan murid, ibu rumah tangga. Semua sama penting dan mulianya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun