Mohon tunggu...
santi dewi
santi dewi Mohon Tunggu... Lainnya - MAHASISWA

;0

Selanjutnya

Tutup

Money

Rumput Laut sebagai Komoditi Unggulan di Desa Seppong, Sulawesi Selatan

14 Juni 2022   22:39 Diperbarui: 14 Juni 2022   22:57 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Luas wilayah Indonesia sebagian besar, yaitu dua per tiganya merupakan wilayah perairan. United Nation Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) pada tahun 1982 melaporkan bahwa luas perairan Indonesia adalah 5,8 juta km2  dan didalamnya terdapat 27,2% dari seluruh spesies flora dan fauna di dunia. Rumput laut atau lebih dikenal dengan sebutan seaweed merupakan salah satu sumber daya hayati yang sangat melimpah di perairan Indonesia yaitu sekitar 8,6% dari total biota di laut (Dahuri, 1998). Luas wilayah yang menjadi habitat rumput laut di Indonesia mencapai 1,2 juta hektar atau terbesar di dunia (Wawa, 2005). Potensi rumput laut perlu terus digali, mengingat tingginya keanekaragaman rumput laut di perairan Indonesia.

Rumput laut atau lebih dikenal dengan sebutan seaweed merupakan salah satu sumber daya hayati yang sangat melimpah di perairan Indonesia. Keanekaragaman rumput laut di Indonesia merupakan yang terbesar dibandingkan dengan negara lain. Pemanfaatan  rumput  laut  secara  ekonomis  sudah  dilakukan  oleh beberapa negara. Cina dan Jepang sudah dimulai sejak tahun 1670 sebagai bahan obat-obatan, makanan tambahan, kosmetika, pakan ternak, dan pupuk organik.

Desa Seppong merupakan salah satu Desa yang ada di Kabupaten Luwu. Mata pencaharian para warga Desa Seppong adalah sebagai petani rumput laut. Rumput laut yang banyak di budidayakan di Desa tersebut adalah rumput laut jenis "Eucheuma Cottonii". Dimana pembudidayaannya masih dilakukan secara tradisional oleh masyarakat Desa. Para petani rumput laut harus menghadapi permasalahan terkait sering terjadinya gagal panen akibat pembudidayaan yang masih dilakukan secara tradisional yang berpatokan oleh cuaca dan ombak laut.  

dokpri
dokpri

"Warga di Desa ini sering sekali mengalami yang namanya gagal panen karena kami masih mengharapkan cuaca, dan ombak laut" ujar salah satu petani rumput laut Saharia.

Cuaca buruk dan gelombang ombak laut yang besar membuat para petani di Desa tersebut gagal panen dan harus melakukan tanam ulang yang tentu membutuhkan  biaya yang tidak sedikit sehingga parah petani harus mengeluarkan banyak biaya sedangkan harga beli yang ditawarkan para pengumpul sangat rendah sehingga para petani sering sekali tidak mendapatkan untung atau rugi. Belum lagi BUMDES pada desa tersebut tidak menjalankan tugasnya secara merata sehingga masi ada saja masyarakat yang tidak merasakan pelayanan adanya BUMDES di Desa tersebut.

Solusi yang dapat dilakukan yaitu pemerintah dapat memfasilitasi serta memberikan penyuluhan kepada masyarakat terkait peningkatan kualitas tali yang digunakan untuk mengikat rumput laut agar dapat tahan terhadap ombak yang dan cuaca yang tidak menentu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun