Mohon tunggu...
Santi Mulawarman
Santi Mulawarman Mohon Tunggu... wiraswasta -

Orang yang paling miskin bukanlah orang yang tak memiliki uang tapi orang yang tak memiliki visi (Africa's Proverb)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Wanita Simpanan Itu Bukan Pelacur

27 Desember 2012   20:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:56 1905
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Dasar pelacur!! Cewek gatal, murahan, pengganggu suami orang” suara wanita menjerit nyaring dan dengan kalap menyerang, mencakar wajah wanita di depannya. Orang-orangberdatangan dan menahan amukan wanita yang nampak sangat marah dan kalap, sehingga perempuan itu terbebas dari cakaran wanita itu. “Sabar bu..sabar…ini di tempat umum, malu sama orang” Ku lihat bapak-bapak berkumis mencoba menenangkan wanita itu.

Kejadian di mall siang itu manarik perhatianku yang sedang asyik menikmati makan siangku sendirian. Ku perhatikan wanita bercelana jean dan T-shirt yang dipegangi oleh dua orang lelaki berkumis. Rambutnya ikal dan semrawut. Rasanya aku kenal wanitaitu, kuperhatikan lebih dekat lagi, ah … ya..itu Mita salah satu temanku ketika SMA dulu.

“Cuih…cewek keparat kamu” diludahinya perempuan itu. Wanita yang di teriaki Mita pelacur itu tetap diam tak bergeming. Kulihat segaris senyum samar tergurat dibibirnya. Hidungnya tidak terlalu mancung, malah cenderung agak membesar, bibirnya tipis dan make up nya sangat sederhana dan samar. Sekilas dia tampak biasa saja, tidak menunjukan kecantikan yang luar biasa. Tapi matanya yang sejak tadi tajam memandangi Mita memang sangat indah, matanya berwarna coklat, ukurannya sempurna tak terlalu besar seperti ikan mas koki atau terlalu kecil, kelopak matanya besar dengan bulu mata yang lebat dan lentik, ditunjang oleh alis yang tebal panjang dan sangat rapi tertata. Dengan melihat sorot matanya kita seolah membaca buku ensiklopedia, matanya menunjukan bahwa dia punya segudang ilmu pengetahuan. Dia memakai gaun pendek bermotif batik Bali yang eksotis. Perempuan itu tidak nampak seperti pelacur, dia bahkan terlihat anggun dan berkelas.

Sementara Mita sendiri sangat cantik, hidungnya mancung dan ramping malah cenderung kurus, bibirnya penuh dan menantang, rambutnya indah – walaupun nampak berantakan siang itu, tubuhnya langsing walaupun sudah punya empat anak. Di usia empat puluh lima dia tampak cantik. Tapi Mita selalu tampak lemah dan kesakitan. Mata Mita bertolak belakang dengan wanita itu, matanya besar dan bola matanya seperti hendak keluar dari tempatnya, pancaran matanya menunjukan kesedihan, amarah dan kemurkaan. Mita agak tertinggal secara akademis, pernah temanku Aldo bilang untung saja Mita itu punya wajah, karena Mita tak punya otak jika ditambah lagi tak punya wajah, bakalan hancur lebur dunia, itu bilang Aldo. Mita tak suka belajar hal baru, Mita tak suka membaca buku, Mita cukup nyaman melakukan hal rutin setiap hari menjadi ibu rumah tangga. Mita merasa nyaman berada di dalam zona kenyamanan sebagai istri seorang laki-laki yang kaya raya.

Sementara itu dia sangat beruntung bersuamikan laki laki tampan dan berharta sangat banyak. Suami Mita sukses berkarir, dia seorang pengusaha terkemuka di kota kami. Usahanya banyak, mulai dari pertanian hingga kelab malam, mirip dengan mafia Italy dalam hal mengelola bisnis. Tampang suami Mita memang keren, tinggi semampai, tubuhnya atletis dengan garis wajah yang kuat dan simetris. Suami Mita sangat ramah dan mudah bergaul, orangnya sangat menyenangkan. Jika Mita marah kepada wanita yang menjadi kekasih suaminya, ya..akupun sudah bisa menduganya kalau suami Mita itu bukan tipe yang setia. Apalagi dia punya tampang yang menggiurkan, punya uang banyak dan kekuasaan atas banyak perusahaannya sendiri, sangat masuk akal jika dia punya wanita lain sebagai kekasih atau simpanannya.

********

Diteriaki di tengah keramaian seperti tadi merupakan hal yang biasa aku alami. Aku cukup kuat menguasai emosiku. Walaupun usiaku jauh lebih muda dari wanita itu tapi kematangan jiwaku yang tertempa banyak kejadian hidup membuatku cukup kuat. Namaku Reni, usiaku duapuluh delapan tahun. Aku menjalin asmara terlarang dengan suami Mita. Ya…dengan sangat sadar aku memilih Wisnu sebagai kekasihku. Tapi aku bukan pelacur. Aku tahu dengan jelas beda pelacur dan simpanan; pelacur menawarkan seks yang cepat tanpa emosi, sedangkan simpanan menawarkan romantisme, perbincangan, jalinan emosi yang dalam, sudah barang tentu menawarkan seks yang hebat dan luar biasa.

Aku tahu bahwa kecantikan dan kemudaanku menjadi komoditi yang laku dipasaran bagi para lelaki yang tak pernah merasa cukup puas dalam perkawinannya. Sudah barang tentu aku tahu bahwa Wisnu adalah suami yang tidak setia kepada istrinya. Wisnu laki-laki tampan, kaya raya, berkuasa tetapi hatinya selalu merasa kesepian merasa kosong, hidup bersama istri dan empat anaknya terasa membosankan baginya. Aku menyadari walaupun wajahku tak secantik bintang film ternama di negeriku, tapi aku menawarkan Wisnu gairah kemudaanku, kecerdasan otakku dan hasratku yang sangat tinggi terhadap kehidupan dan hausnya diriku terhadap ilmu pengetahuan yang baru.

Aku menawarkan Wisnu jalinan asmara yang sangat lekat dan romantis. Aku mengirimi Wisnu dengan bunga, masakanku yang lezat dan surat-surat cinta dengan rayuan dan bahasa mengalir bak pujangga. Kecerdasanku menjadi daya pikat yang membuat Wisnu selalu terkesima, kecakapanku berkomunikasi membuat Wisnu betah berlama-lama bicara denganku. Aku bisa membuat Wisnu tersenyum simpul hingga tertawa tebahak-bahak dengan leluconku.

Aku mengerti Mita marah, terluka, terhina dan merasa tak dicintai lagi oleh suaminya sendiri. Seharusnya Mita tahu jika aku ada sebagai wanita simpanan suaminya, itu berarti ada keinginan, persetujuan dari Wisnu bahwa dia sepakat untuk menjalin asmara denganku. Jalinan cinta ini ada bukan hanya salahku, bukan hanya usaha dan keinginanku saja. Semua asmara terlarang ini tak akan terjadi tanpa Wisnu mengiyakan dan menjalaninya. Harusnya Mita tahu bahwa Wisnu punya dua, tiga wanita lain sebagai kekasihnya selain aku. Jadi tak seharusnya Mita membenci dan memakiku. Tak pelu Mita mengisi hari-harinya dengan dendam dan kebencian terhadapku, percuma saja, hanya malah merusak hati dan pikirannya.Sekalipun Mita bisa menyingkirkanku, akan ada Reni, Cyntia, Luna yang lain yang lebih cantik, yang muda dan cerdas yang akanselalu menarik perhatian Wisnu dan di undang untuk berada dalam kehidupan Wisnu. Semua jalinan asmara terlarang ini akan berhenti jika Wisnu memutuskan untuk menghentikan perilaku tak setianya.

Jika Wisnu tak mau berubah maka seharusnya Mita yang berubah, Mita harus segera memutuskan sikapnya terhadap Wisnu. Hanya ada dua pilihan untuk bisa melepaskan dendam dan kebencian dari hati Mita, yaitu berpisah dari Wisnu atau menerima ‘kekuasaan dan kegilaan’ suaminya terhadap wanita lain.

Kadang aku merasa kasihan terhadap Mita, hatinya penuh kebencian terhadapku, menyimpan kemarahan dan dendam tak berujung. Kasihan Mita mencintai lelaki yang sudah jelas menghianatinya. Lalu kenapa Mita masih bertahan dalam perkawinannya, jika Mita menderita dengan perlakuan Wisnu?

Ah… barangkali Mitapun tak sebaik yang dirinya kira. Kenapa Mita tetap bertahan dalam perkawinannya dengan laki-laki yang tak setia? Salah satu alasan yang bisa diterima akal sehatku sekarang adalah karenaMita pun butuh uang. Wisnu bisa mencukupi kebutuhan ekonomi Mita dan anak-anaknya. Sama sepertiku, aku memilih menjadi simpanan Wisnu karena aku butuh uang. Aku tak mencintai Wisnu, aku tak peduli apakah Wisnu mencintaiku atau tidak. Aku hanya butuh kekayaan Wisnu. Adapun layanan yang aku berikan pada Wisnu karena sepadan dengan uang yang aku terima. Sama seperti para kekasih Wisnu yang lain, kami semua butuh dukungan keuangan dari Wisnu. Hanya Wisnu laki-laki yang mampu dan mau membagikan kekayaannya dengan wanita-wanita seperti Mita, aku dan para wanita simpanan lainnya. Mita, aku dan wanita simpanan Wisnu adalah sama. Kami semua sama-sama membutuhkan uang Wisnu.

Campaign: STOP KEKERASAN EMOSIONAL DALAM RUMAH TANGGA

Salam Rindu Dari Semak Belukar Afrika

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun